Pak Nanik duduk satu arah, empasan air yang membasahi tubuhnya seakan tidak ada pengaruh karena saking takut dan gugup. Sedangkan ibu Risma bilang saya, pak guru bilang pak Oto ke tepi saja dulu, biar kita tunggu saja. Saya diam saja, karena kalau saya bicara lagi situasi akan berubah kepanitan semua. Anaknya pak Oto bilang ke bapaknya, bapa kita ke pinggir dulu, tapi bapanya sedikit kata kasar bilang ke anaknya ko diam.
Pak Orpan santai duduk di depan mocong perahu seakan menikmati ayunan gelombang datang kian pergi. Pak Opan sangat menikmati perjalan. Situasi saat itu juga hening, tenang tanpa suara. Mungkin ada doa dalam hati badai ini cepat berlalu, biar kita sampai di kali Ayip dengan selamat dan aman-aman saja.
Amukan gelombang muara Ayip walaupun sebentar saja, tetapi memberikan pelajaran yang bermakna. Mungkin kadang kita perlu melawan alam demi keselamatan. Akhirnya badai itu pun berlalu. Situasi kembali hangat, canda gurau mengenang kejadian tadi. Semua tertawa.
Kami menyusuri kali Ayip melewati beberapa hingga sampai di kampung Comoro ditrik Ayip. Dari ditrik Ayip ke distrik Awyu tidak jauh. Kami singgah sebentar untuk beli dan makanan ringan. Kami bertolak dari distrik Ayip menuju kampung Wagi distrik Awyu. Kami tiba pukul 16:59 wit dengan selamat.
Catatan refleksi
Tantangan itu perlu agar kita menjadi pribadi yang lebih dewasa dan setia pada tugas dan tanggungjawab. Setiap kita pasti memiliki rintangan dan tantangan hidup masing-masing. Mungkin ada yang ringan, sedang dan berat. Semua itu kembali ke pribadi kita masing-masing dengan cara kita sendiri menanggapi dan menjawabnya.
Rintangan dan tantangan ini memang tidak seberapa dengan pengalaman para senior guru yang telah berpulang dan yang berjuang sampai saat ini.
Pengalaman rintangan dan tantangan hari ini, kami boleh lewati karena kami percaya bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan umatnya tersesat, apalagi dalam situasi sulit apapun.
Wagi,
Sabtu, 22 Oktober 2022, pukul 16:50 wit.
Â