MUNGKINKAH???
   :PAPUA ADALAH PANCASILA =============================
      ( Yosef MP Biweng )
Hari ini kita memperingati hari lahirnya pancasila pada 01 Juni 1945. Saya mau meneropong dari sudut pandang yang berbeda dari pandangan umum tentang Papua yang terjadi hari ini. Saya akan mengupas dan membedanya dari dari sudut pandang nilai yang berbeda. Perbedaan pandangan, konsep, metode, dan teori dalam mengaplikasikan suatu nilai pasti berbeda, dalam hal ini Pancasila.
Dalam catatan ini, saya ingin memberikan ruang sedikit tentang bagaimana pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Papua. Ruang yang tersediah ini berkonteks implisit membahas tentang nilai-nilai pancasila dalam praktek hidup keseharian berbangsa dan bernegara dalam kontks Papua. Perlu kita akaui bahwa masih banyak hal yang belum sejalan dengan pedoman hidup atau pancasila, akan tetapi paling tidak ada sentuhan-sentuhan yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila itu.
Pertanyaan adalah: Apakah masih ada kesadaran bahwa pancasila menjadi dasar Negara dan bangsa Kesatuan Republik Indonesia? Apakah butir-butir pancasila masih diperjuangkan dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Bagaimana pelaksanaan nilai-nilai dasar Pacasila dalam segala aspek? Mungkinkah prinsip-prinsip nilai dasar pancasila ini sudah runtuh walaupun secara de facto tertulis selalu dibacakan setiap upacara bendara di sekolah tingkat dasar dan menengah?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanyalah sebuah pengantar untuk membuka carakawala dan cara pandang kita terhadap bagaimana mengaplikasikan pedoman pancasila tersebut. Bangsa dan Negara Indonesia akan memasuki umur 67 tahun, umur yang sudah sangat matang dan dewasa dalam perhitungan usia manusia. Tapi, apakah nilai-nilai pancasila juga sudah menjadi matang dalam setiap pribadi manusia Indonesia?
Kalau kita berbicara soal pengamalan nilai-nilai pancasila, sangat sesuai kalau kita melihat dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indoensia adalah ada di Papua. Penyebaran semua suku bangsa yang ada di dalam bingkai NKRI, ada semua di Papua. Ada suku Jawa (Madura, Sunda, Bali, dll), suku Batak, suku Toraja, Suku Kawanua, sangger, suku dari Ambon, suku buton, suku Bugis, suku Daya, suku Papua, dll. Semua suku ada di Papua. Papua sangat nasionalis.
Selain suku bangsa, juga ada agama. Semua agama ada di Papua. Dan hanya di Papua yang memiliki sikap toleransi beragama paling tinggi. Kalau penilaian, pasti Papua mendapat nilai 100, benar bukan? Toleransi sudah sangat tinggi, ada nilai gotong royong yang dipraktekan juga. Saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain antar sesama maupun berbeda sangat dijunjung tinggi. Sangat kental dan sangat dijunjung ditinggi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, Beragama, berbangsa dan bernegara.
Kelima nilai pancasila amat terasa di Papua. Semua nilai pancasila tersebut teraplikasi dalam semua lini kehidupan berbangsa yang hidup dan tinggal di tanah Papua. Jiwa dan roh pancasila sangat nampak dan berdampak dalam kehidupan berbangsa yang ada di Papua. Benturan dan kesalahpaman yang terjadi di tengah kehidupan berngsa dan bernegara, sebenarnya sedang mempertajam dan medewasakan bangsa dan Negara Republik Indonesia dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila.
Perbedaan yang ada di Papua, semakin memberikan nilai tersendiri pada pluralisme yang ada dalam mempraktekan nilai-nilai pancasila. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah kata bung Karno sebagai tokoh proklamator. Dan itu terwujud di Papua. Contoh realita, beragama, kelima agama yang ada di Indonesia semua ada di Papua, dan tidak ada batasan antara agama yang satu dengan yang lain. Toleransi beragama sangat dijunjung tinggi. Papua sebenarnya menjadi pusat indosianis yang mengindonesiakan bangsa Indonesia.
( Agats, 01 Juni 2022, 09:50 WIT )