Mohon tunggu...
Rabitha Humairah
Rabitha Humairah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

just do what u wanna do

Selanjutnya

Tutup

Film

She Said: "Just Say it"

30 September 2023   17:36 Diperbarui: 30 September 2023   17:38 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

She Said bukanlah satu - satu nya film yang menceritakan tentang pelecehan seksual yang pernah tayang di berbagai platform media sosial. Salah satunya adalah seri drama korea yang berjudul Law School, di salah satu episode nya menceritakan tentang pelecehan seksual yang terjadi antar mahasiswa. Dengan ditayangkan nya film dan drama ini saya jadi paham, bahwa kasus pelecehan seksual bukanlah kasus yang mudah untuk diselesaikan apalagi jika sudah dalam persidangan. Banyak sekali faktor yang dapat mempersulit kasus ini terpecahkan, salah satunya adalah kurang bukti yang kuat, tidak ada saksi mata saat kejadian berlangsung, ancaman dari pelaku kepada korban dan faktor eksternal lainnya yang membuat korban menyerah.

Dalam film She Said ini kita disajikan bagaimana caranya para jurnalis memecahkan masalah pelecehan seksual!

Apakah kalian penasaran? Berikut adalah ulasan saya tentang She Said


She Said mengangkat kisah tentang dua jurnalis The New York Times yang mengungkapkan kisah paling penting yang menyangkut masalah pelecehan seksual di industri Hollywood. Mereka adalah Jodi Kantor dan Megan Twohey, dua jurnalis ini melakukan investigasi tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang produser film Hollywood bernama Harvey Weinstein. Jodi Kantor dan Megan Twohey sangat kesulitan untuk mengumpulkan informasi dan membuat para korban dari Harvey Weinstein untuk membuka suara dan mengakui segala kejahatan yang dilakukan oleh Weinstein kepada mereka. 

Banyak sekali faktor yang menjadi pemicu para korban tidak ingin membuka suara, salah satunya di karenakan posisi Harvey Weinstein yang sangat menguntungkan yaitu sebagai produser papan atas di Hollywood dan pemilik beberapa studio besar. Apalagi sebagian besar korban Weinstein adalah selebritas yang khawatir dengan jenjang karir nya apabila membuka suara atas perlakuan Weinstein. Namun, hal itu tidak membuat dua jurnalis ini menyerah begitu saja. Mereka tidak hanya menemui para korban tetapi mereka juga mencoba untuk menemui para mantan pekerja Weinstein untuk mendapatkan informasi tentang dirinya. Mereka bahkan rela bepergian jauh hanya untuk bertemu narasumber yang mereka harapkan dapat memberikan informasi yang mereka butuhkan.

Selain mengangkat tentang pelecehan seksual, film ini juga menayangkan bagaimana keseharian Kantor dan Twohey sebagai ibu rumah tangga. Dapat dilihat bahwa mereka bisa menyeimbangkan pekerjaan mereka sebagai jurnalis dan sebagai ibu rumah tangga. Namun itu semua tidak akan berjalan mulus tanpa dukungan suami mereka. Yang selalu mensupport dan membantu mereka bahkan mereka tidak pernah protes jika Kantor dan Twohey terlalu sibuk dengan pekerjaan nya.

Usaha Kantor dan Twohey memang tidak mudah, namun mereka selalu mendapat dukungan dari rekan mereka. Para editor terus menyemangati dan memberikan tips kepada dua jurnalis ini untuk melanjutkan investigasinya. Dengan segala usaha yang mereka lakukan, pihak Weinsten merasa terusik dengan investigasi mereka dan berusaha mengintimidasi mereka. Namun berkat bantuan salah satu editor besar, Dean Baquet, yang membuat tim redaksi tidak terintimidasi sama sekali. Para editor siap menghadapi segala konsekuensi yang akan terjadi kepada Kantor dan Twohey dengan berita yang akan mereka tulis. Karena hal ini akan sangat berdampak besar terhadap masyarakat.

Hingga akhirnya laporan hasil investigasi tersebut membuahkan hasil sebanyak 82 pengakuan perempuan yang menjadi korban dari Harvey Weinsten yang pada akhirnya memunculkan gerakan #MeToo, dengan puluhan di antara korban nya adalah nama nama besar yang salah satunya adalah aktris Ashley Judd, yang turut serta membintangi dalam She Said dan berperan sebagai dirinya sendiri. Keterlibatan Judd sangat membawa dampak besar dalam film ini, karena korban langsung menyuarakan perasaan nya dalam film ini.

sumber : Cinemags
sumber : Cinemags
She said berusaha menggambarkan realita penderitaan para korban pelecehan seksual Harvey Weinsten. Memang tidak diperlihatkan secara detail ketika kejadian berlangsung tetapi sutradara film ini, Maria Schrader memberikan rekaman suara dan gambaran tentang lokasi kejadian. Dan seperti yang sudah saya katakan sebelumnya kasus pelecehan seksual bukan lah kasus yang mudah untuk di selesaikan. Butuh begitu banyak bukti dan saksi untuk menyelesaikan masalah ini.

Tentunya saya sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton, film ini banyak menunjukan nilai positif baik dari sisi perjuangan para wanita untuk mengungkapkan kebenaran dan juga mengapresiasi usaha para jurnalis dalam mencari dan menggali informasi suatu masalah untuk berita yang sangat berguna bagi kita semua. Hal penting lainnya adalah pesan moral pada film ini juga dapat dijadikan sebagai self awareness terhadap kasus pelecehan seksual di lingkungan kerja. Saya berharap dengan adanya film ini, para perempuan diluar sana lebih berani untuk speak up jika hal serupa menimpa mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun