Jadi isu Trust ini akhirnya kita angkat, karena wajar kita bertanya "Apa pantas Facebook memiliki kekuatan sosial sebesar ini - memahami demografik setiap struktur sosisal/masyarakat sampai ke level intim seperti "celana dalam favorit" "bentuk alis favorit" "preferensi seksual" "motivasi politik yang datang dari jiwa yang biadab dan serakah".
Sekarang Pemerintah dari berbagai negara bertanya-tanya, "Apa untungnya kita membiarkan rakyat dan bangsa kita dimata-matai Facebook, dengan iming-iming "borderless connection" atau "global friendship"???"
Kalau gw bisa kasih saran ke pemerintah Indonesia. Kita buat social media lokal dengan aturan yang tidak menjual privacy. Tapi tetap memiliki akses data demi penegakan hukum, karena social media banyak digunakan oleh pedofil, pemerkosa, maling, pencuci uang, koruptor, penculik, pembunuh dan teroris.Â
Tapi social media kita tidak perlu cari uang dari kehidupan pribadi dan pemikiran kita. China sudah mengambil jalan ini sejak lama, Facebook itu ga bisa diakses di China karena pemerintahnya menolak mengizinkan Facebook memata-matai komunikasi rakyatnya, apalagi sampai cari duit dari proyek mata-mata berkedok social media.
Karena faktor ambisi mengejar profitlah yang membuat Facebook cuek membiarkan pintu belakang keamanan datanya terbuka bebas bagi developer pihak ketiga. Dan kasus Cambridge Analytica yang berhasilkan mendapatkan data pribadi user juga beserta data teman-temannya - adalah bentuk kelalaian yang fatal dan trust abuse yang tidak etis dan melanggar hukum (ingat, perjanjiannya ... FB memang berhak mengakses data kita pribadi, akan tetapi pihak ketiga tidak bisa menggunakan akun kita sebagai jendela untuk merampas privacy teman-teman kita). Apalagi kalau terbukti MENJUAL data tersebut ke pihak ketiga, sebuah kecurigaan yang masih dibantah oleh Facebook. Karena dengan terminilogi menjual atau tidak menjual, si pihak ketiga sudah memiliki datanya.
Semua akibat Facebook lalai dalam menjaga Trust yang kita berikan ketika kita sign up akun.
Kesimpulan :
Pengandalian Privacy itu ada 2 jenis:
1. Visibility - only me / friends/ public
2. Data access - User tidak ada andil, karena hak akses dan hak guna 100% sudah diserahkan oleh user ke Facebook saat sign up
Konteks privacy yang kedua ini lah yang menjadi bahan investigasi dan perdebatan antara US Congress + Mark Zuckerberg beberapa hari terakhir. Pemicunya kasus Cambridge Analytica itu tadi. Dampaknya sampai terpilihnya Donald Trump dan malunya 87 pemilik akun yang bahkan sampai inbox dan riwayat teleponnya pun terbongkar.