Mohon tunggu...
Ebit Frista
Ebit Frista Mohon Tunggu... Pegawai swasta -

ebitfrista.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sepakbola Itu Sebetulnya Biasa Saja

13 November 2016   21:05 Diperbarui: 13 November 2016   22:20 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola sebuah permainan mengejar satu bola oleh dua puluh dua orang di lapangan. Ke-dua puluh dua orang itu terbagi menjadi dua regu. Setiap regu saling bahu membahu memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Caranya sangat bervariatif mulai dari yang sportif sampai yang curang.

Itulah sepakbola yang kita tonton baik secara langsung maupun tak langsung. Mulai dari pertandingan bola tingkat dunia sampai tingkat kampung. Sebagai tontonan sepakbola sebenarnya tidak menciptakan drama yang dramatis-dramatis amat. Jika pertandingan final UCL 1998/1999 antara Manchester United melawan Bayern Munchen atau pertandingan final AC Milan melawan Liverpool di tahun 2005 dianggap sebagai pertandingan paling dramatis dalam sepakbola. Maka dalam basket sebetulnya hal dramatis macam itu lebih sering terjadi. Seringkali kemenangan dalam olahraga basket tidak dapat ditentukan bahkan di saat waktu pertandingan hanya menyisakan 5 detik saja.

Sepakbola juga tidak indah-indah amat. Kita masih bisa membandingkan keindahan olahraga lain untuk dibandingkan dengan sepakbola. Jika tendangan salto dapat dianggap sesuatu yang indah dari sepakbola mengapa sepak takraw yang jauh lebih banyak mempertontonkan tendangan salto tidak mendapatkan sambutan yang lebih meriah dari sepakbola. 

Begitu pula dengan taktik. Jika taktik merupakan daya tarik keindahan sepakbola sehingga mendatangkan banyak penonton. Bukankah basket, hockey, dan banyak olahraga lainnya juga memiliki taktik yang tak kalah indahnya. Rumit? Jika yang ditanyakan soal kerumitan kenapa mereka (atau kita) tidak menonton pertandingan catur saja.

Menurut Jorge Luis Borges seorang sastrawan dari Argentina orang-orang datang ke stadion bukan karena tertarik untuk menikmati pertandingan sepakbola melainkan mereka datang ke stadion hanya untuk melihat kesebelasan yang didukungnya menang. Di sana orang-orang tidak peduli siapa yang akan bermain lebih baik, mana yang lebih terampil dan mana yang lebih kuat.

Tapi tentu saja ada alasan mengapa sepakbola menjadi olahraga paling banyak ditonton di dunia. Tidak seperti olahraga yang lain, sepakbola mungkin adalah olahraga yang paling masuk akal untuk dapat dimainkan oleh hampir setiap orang. Meski sepakbola tidak seindah katanya, tapi kenyataannya sepakbola memang dapat dimainkan oleh setiap kalangan. 

Jika basket identik dengan tinggi badan atletnya yang menjulang, sepakbola tidak demikian. Setiap orang dapat memainkannya dengan menyiasati perannya masing-masing. Misal si tinggi yang sering mengambil peran sebagai penjaga gawang sedangkan si pendek yang relatif lebih lincah sering berperan sebagai pemain sayap. 

Belum lagi soal kemampuan individu yang unik dan amat bervariatif. Pemain yang memiki kekuatan fisik biasanya digunakan sebagai penghancur permainan lawan, sedangkan pemain yang memiliki otak cerdas digunakan sebagai pengatur serangan. Hal-hal demikian membuat sepakbola lebih kompleks namun bisa dinikmati dengan sedemikian rupa. Tidak terbatas pada satu atau dua tipe orang saja.

Juga dalam hal perangkat pertandingan. Sederhananya sepakbola dapat dimainkan dengan syarat memiliki bola dan cukup teman saja. Sisa perangkatnya bisa kita akali sendiri.

Misal, gawang yang dibuat imajiner yang kenyataannya hanya ditiangi oleh puing-puing atau sendal jepit. Sedangkan tinggi gawangnya tergantung jangkauan sang kiper. Tentu perangkat sepakbola jauh lebih mudah untuk disediakan bahkan jika dibandingkan dengan olahraga badminton yang harus menggunakan raket dan kok. Dan hanya dapat dimainkan oleh maksimal 4 orang saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun