Sekolah-sekolah tutup. Universitas tutup. Banyak pusat perbelanjaan yang tutup. Itulah yang aku rasakan saat ini yang sedang berada di wilayah Thailand Selatan, tepatnya di Hat Yai, salah satu wilayah yang terkena dampak dari banjir yang terjadi di beberapa daerah di Thailand Selatan, mulai dari Narathiwat yang menjadi basis banjir terparah, distrik Yala dan Pattani. Bahkan, ternyata dari berita yang aku tonton di televisi, banjir juga terjadi di negara sebelahnya, yakni di Malaysia, tepatnya di beberapa titik di Perlis, Kedah dan Kelantan.
Awalnya, aku dan Mr. John memiliki rencana sambil menunggu banjir ini reda, untuk shilaturahim berkunjung ke lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Distrik Hat Yai ini. Mulai dari sekolah-sekolah hingga universitas, tetapi ternyata kondisi di lapangan lain cerita. Saat tadi pagi jalan-jalan, tidak ada satupun lembaga yang buka, bahkan gerbangnya saja tertutup rapat dan tidak ada lalu lalang orang.
Sejak pagi tadi, aku dengarkan suara gemuruh dari suara helikopter yang terbang di atas apartemen tempat aku dan para mahasiswa dari UIMSYA Blokagung, Banyuwangi tinggal, beberapa kali juga terdengar suara ambulance yang lalu lalang dengan sirine yang terdengar keras. Mobil-mobil militer dengan personel berseragam juga saling kejar mengejar. Mereka semua sedang gerak cepat mengevakuasi para korban banjir yang terjadi di Thailand Selatan saat ini.
Tidak jauh dari tempat kami tinggali, ada dua rumah sakit besar, yakni Hat Yai Hospital dan Dr. Boon Chong Hospital, helikopter-helikopter itu terlihat turun di sana. Bahkan saat aku menuliskan catatan ini, masih terdengar beberapa suara sirine ambulance yang lalu lalang. Saat ambulance-ambulance itu lewat, suasana menjadi sunyi kembali.
Dalam kondisi seperti ini, aku justru teringat saat tahun 2011, ketika aku masih kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir. Saat itu bulan Januari 2011, aku dan teman-temanku sedang melaksanakan ujian di kampus. Keluar dari kampus, banyak sekali mobil-mobil militer yang lalu lalang, helikopter juga berseliweran di langit Cairo, ambulance banyak yang lewat dengan sirine yang keras. Awalnya aku tidak tau apa yang sedang terjadi, ternyata saat sampai rumah dan menonton televisi Mesir. Mesir sedang terjadi revolusi penggulingan presiden Husni Mubarok yang sudah berkuasa selama 30 tahun.
Barusan aku keluar untuk mencari makan malam bersama Mr. John. Walaupun ini adalah malam minggu, sekitar apartemen tempat kami tinggal lumayan sepi. Ada beberapa cafe yang masih buka dan beberapa orang Thailand yang sedang nongkrong. Kami menuju ke arah kiri dari apartemen tempat kami menginap dan memutuskan untuk berjalan kaki, sekalian untuk olahraga karena seharian tadi aku hanya rebahan di kamar saja.
Saat tiba di sebuah toko kelontong, Mr. John ngobrol dengan ibu-ibu Thailand memakai bahasa inggris. "Where is restourant moslem here?". Ibu Thailand itu menjawab dengan bahasa Thailand dan kami sama-sama bingung. Beberapa kali kami menggunakan bahasa isyarat dan tetap bingung dan tidak faham. Di tengah kebingungan itu, akhirnya hp android memberikan solusi. Mr. John membuka google translete, lalu ngomong dan ditranslitkan dalam bahasa Thailand, barulah obrolan kami nyambung. Dibantu oleh suara mbak Google yang menerjemahkan ke bahasa Thailand.
Intinya sebenarnya kami bertanya, dimana warung yang menjual makanan halal. Tapi karena kendala bahasa itu tadi, akhirnya obrolannya tidak nyambung. Kami diarahkan ke sebuah warung yang tidak jauh dari toko kelontong yang kami datangi. Setelah pengalaman barusan, akhirnya kami langsung menggunakan google translete untuk ngobrol. Kami mereka tidak faham bahasa inggris dan kami tidak faham bahasa Thailand.
Kami memesan makanan sederhana, nasi telor dan sambel Thailand, kami juga memesan nasi goreng telur untuk persiapan makan nanti di apartemen. Sambil makan, kami ngobrol dengan dibantu google translete tentunya. Kami bertanya nama ibu-ibu yang jualan dan anaknya yang setelah kami tau, baru umur 10 tahun yang cekatan membantu ibunya. Dan aku lupa namanya, karena memakai bahasa Thailand dan asing dilidahku.Â
Aku bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik di negara Thailand ini. Sejak kami mendarat di bandara Hat Yai kemarin. Karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan agenda yang sudah direncanakan UIMSYA, kampus tempatku mengabdi. Kami terus kordinasi dengan Pak Lukman yang ada di Narathiwat dan Mas Lukman yang ada di Songkhla tentang kondisi terkini di Thailand Selatan.