Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Doktor UIN Malang. Ketua Umum JATMAN Banyuwangi. Dosen UIMSYA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lika Liku ke Thailand

28 November 2024   16:09 Diperbarui: 28 November 2024   16:21 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 3 dinihari tepat, pintu terbuka, kami semua masuk untuk check in di counter maskapai Air Asia. Sudah bisa ditebak, saat berada di timbangan bagasi, hampir semua koper yang anak-anak mahasiswa bawa terkena overload dan harus ditata ulang. Kami yang awalnya termasuk rombongan awal yang cek in di konter, harus mengalah dengan para penumpang yang lain, alhamdulillah akhirnya setelah mengedit isi-isi yang ada di koper-koper itu, kami semua lolos dan berlanjut ke proses berikutnya.

Saat masuk imigrasi, Pak Ridwan atau Mr. John berada di barisan paling depan, anak-anak mahasiswa berada di tengah dan aku berada di barisan paling belakang. Mr. John yang membuka jalan, anak-anak tinggal mengikuti arahan dan aku bertanggung untuk antisipasi dengan hal-hal yang tidak diinginkan dari pertanyaan-pertanyaan pihak imigrasi.

"Untuk apa ke Thailand Pak?", itu salah satu pertanyaan yang diajukan oleh pihak Imigrasi di Bandara Juanda. Mr. John menjawab apa adanya sebagai mana surat resmi yang dibawakan oleh kampus UIMSYA. Namun ternyata ada satu pertanyaan yang kami tidak bisa menjawabnya dengan bukti surat tertulis, "Di print out ini yang ada hanya surat tugas untuk 8 mahasiswa, untuk 2 dosennya mana?", aku diam, Pak Ridwan juga diam. Lalu aku meminta maaf kepada petugas imigrasi dan aku jawab, "Maaf tertinggal Pak, tidak dibawa". Beberapa kata sebagai bentuk teguran mereka lontarkan, walaupun para akhirnya kami bisa lolos dan terbang menuju Malaysia.

Sesampainya di Bandara KLIA, Kuala Lumpur, Malaysia di terminal 2. Ternyata kami harus keluar dulu untuk mengambil bagasi kembali, padahal kami hanya transit. Tapi aturannya seperti itu. "Kak, ke mana kami ambil bagasi?", tanyaku kepada salah satu petugas dari pihak bandara Malaysia. "Ikut antri ke Imigrasi dulu, nanti baru ambil bagasi", jawabnya. "Kami hanya transit"., "Iya, tetap antri". Mau tidak mau, kami semua antri bersama dengan berbagai macam orang dari berbagai macam negara yang akan masuk negara Malaysia.

Setelah sekitar 2 jam antri, tibalah giliran kami ditanya oleh petugas Imigrasi dan orang pertama yang maju ke petugas langsung otomatis ditolak. "Kenapa?", tanyaku. "Belum ngisi form online di website imigrasi Malaysia. Orang-orang disekitar kami memperhatikan gerak gerik kami yang dari tadi antri dan ketika tiba giliran, malah ditolak semuanya. Ada Mbak-mbak memberikan info kepada kami, "Coba scan barcode ini mas, nanti otomatis terbuka webiste imigrasi Malaysia dan nanti tinggal ngisi saja data yang diminta".

Kami semua mengisi secara online. Aku juga mengisi dan ketika klik "Submit" ternyata "Failed!", sampai beberapa kali, sampai aku bertanya ke petugas imigrasi dan ujungnya, kami mengisi secara manual memakai beberapa komputer yang disediakan oleh pihak bandara.

Setelah antri di lorong imigrasi hampir 3 jam, lapar tentu menghampir kami, kami tadi keluar dari pesawat jam 8.30 pagi dan keluar dari imigrasi jam 11 siang. Waktu yang melelahkan. Kami mencari warung di dalam bandara yang cita rasanya tidak terlalu jauh dengan cita rasa makanan Indonesia. "Itu Nasi, kita beli itu gimana?",  Mr. John menawarkan menu makanan kepada anak-anak dan setelah melihat harga yang tertera masih masuk akal untuk ukuran jika dibandingkan dengan harga makanan di Indonesia. Kami makan dengan lahap, minuman yang kami pesan adalah teh tarik dengan es. Semua makanan dan minuman tanpa sisa.

Kami istirahat di mushola bandara setelah melaksanakan sholat dhuhur dan sholat ashar secara jamak qoshor. Kami melanjutkan langkah lagi untuk mencari penerbangan selanjutnya ke Thailand. Kami mulai dari awal, cek in lagi yang kali ini kami menggunakan cek in mandiri memakai komputer yang disediakan bandara, dan untuk bagasi tinggal mencari konter terdekat yang semuanya milik maskapai air asia. 

Melewati imigrasi lagi dan lancar. Lalu Boarding pas dan menunggu pesawat yang akan menerbangkan kami menuju Bandara Hat Yai yang berada di Thailand Selatan. Saat ini menuliskan cerita ini, aku sedang duduk santai menunggu jadwal keberangkatan pesawat yang di tiket tertulis pukul 18.20 waktu Malaysia. Sudah lama sekali aku tidak menuliskan kisah hidupku. Ini adalah awal yang baik. Semoga seterusnya!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun