"Seharusnya Bisri ini bukan hanya menulis buku 926 Cairo ini saja. Tapi juga menulis buku dengan judul Di bumi demokrasi, saya HTI. Di bumi HTI, saya berdemokrasi. Ini judul buku yang menarik", teman-teman lansung bertepuk tangan dan ramai atas saran dari Gus Malik. Saya tersenyum dan berharap suatu saat bisa menuliskan apa yang sudah menjadi saran dari beliau. Perlu diketahui, dulu waktu di pesanten Blokagung, saya sempat ikut kajian HTI dan menggegerkan pesantren, namun itu dulu, saat ini saya suka dengan kajian tasawwuf seperti ngofi ini.
"Dalam tasawwuf Imam Ghozaly itu ada yang namanya darajaat, maqomaat, dan 'aqobaat. Masing-masing dari nama ini punya arti dan derajatnya", Gus Malik mulai secara serius menjelaskan dan mencontohkan konsep tasawwuf yang dibawa oleh Imam Ghozali. Beliau menghubungkan teori-teori tasawwuf dari kitab Ihya' Ulumiddin dengan fakta yang ada di masyarakat.
"Pernah satu waktu saya dinasehati oleh kakak saya; almarhum KH. Ahmad Qusyairi Syafaat, beliau mengatakan, nikmatnya hidup itu ada 3, Pertama adalah kesehatan. Kedua, memiliki keluarga, ketiga punya uang. Ada tambahan satu lagi dari yang ketiga yaitu bisa beli apa-apa. Jadi ketika butuh sesuatu, diberikan kemampuan untuk beli. Karena kalau punya uang, tapi tidak mampu beli, itu nelongso, susah", lanjut beliau.
Beliau juga banyak bercerita pengalaman kehidupan mulai dari masa muda sampai sekarang. Pengalaman ketika berpolitik, pesan beliau, seorang ulama', seorang sufi itu mesti ngerti dan tau tentang politik, politik itu berhubungan dengan mengurus masyarakat. Ulama' sufi zaman dulu, banyak mencontohkan bahwa hidup bukan hanya hablum minalloh, berhubungan kepada Allah saja, tapi juga ada hablum minannas, hubungan terhadap manusia.
Hingga jam 10 malam, Gus Malik bercerita dan menerangkan banyak hal, termasuk berkaitan dengan tarekat. "Bis...tarekat itu masuk ilmu hikmah apa ilmu tasawwuf?", Gus Malik bertanya dan menunjuk ke saya secara langsung. Beliau terus menjelaskan jawaban dari kedua hubungan ini, tanpa saya memberikan tanggapan dari pertanyaan beliau.
Acara ditutup dengan berdoa bersama. Pak Aris mengeluar daun pelepah pisang sebagai alas untuk makan bersama. Malam ini acara ngofi ke 21 ini bagi saya istimewa. Kami bisa memperingati malam spesial Maulid Kanjeng Nabi, bisa Ngobrol Sufi, hingga laucing 3 buku Mesir yang telah saya terbitkan lewat penerbit YPTD di Jakarta. Semoga keberkahan selalu menyertai dalam hidup ini. Bulan depan acara ngofi ke 22 rencananya di Kalibaru, di rumahnya Pak H. Hasan. Kita ketemua di ngofi selanjutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI