Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Santri Berterima Kasih

17 Oktober 2020   18:41 Diperbarui: 17 Oktober 2020   20:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi ketika menyanyikan lagu Cantrika Binaya Nagarajaya (Foto: Tim PK 144)

Beliau mencontohkan sebuah kasus di Australia. Di Australia ada oknum golongan Muslim yang sulit berterimakasih kepada negara Australia. Mereka adalah golongan minoritas, bahkan rata-rata adalah para pendatang, namun mereka seringkali menentang hukum negara. Mereka berkeinginan agar Australia menjadi negara Islam. Seharusnya mereka berterimasih bisa hidup di Australia dan menghormati hukum negara yang sudah berlaku.

Kalau melihat negara-negara barat saat ini, kemajuan mereka di antaranya karena menerapkan etos kerja Protestan, sebenarnya Indonesia juga bisa meniru untuk maju dengan etos kerja Islam. Dalam ajaran Islam Nusantara, ada pelajaran Tasamuh, Tawazun dan Ta'awun. Toleransi, Moderat dan Saling tolong menolong. Ketika tiga nilai ini benar-benar dilakukan, Indonesia bisa maju seperti barat.

Pemaparan Prof. Azyumardi yang serius, membuat saya mulai merasakan kantuk. Bukan hanya saya, Mas Anwar yang duduk di depan sebelah kanan dari saya duduk, malah sudah tertidur pulas di kursinya. Sehingga dia menjadi ajang objek fotografi dari Mbak Fida dan timnya. Seperti tadi siang, saya mensiasatinya dengan membasahi jari dengan air yang ada di botol tumbler dan menempelkan airnya di mata. Mahsus dan Aljabar malah menertawakan saya.

Prof. Azyumardi di samping sebagai seorang tokoh nasional yang sangat aktif dalam organisasi internasional dan nasional, pernah juga menjadi rector di UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, beliau juga sangat aktif menulis dan mengeluarkan buku baru. Beliau memberikan tips dan trik agar sukses. Kata beliau, kunci kesuksesan itu adalah kedisiplinan.

Disiplin terhadap diri sendiri, juga harus istiqomah, konsisten terhadap sesuatu yang menjadi tujuan dan cita-cita yang sudah dituliskan. Tidak banyak alasan untuk mewujudkan keinginan itu. "Kuliyah diselesaikan tepat waktu, sesuai kontrak yang ditanda tangani dengan LPDP. Yang berada di luar negeri, setelah lulus kuliyah langsung pulang ke Indonesia, mengabdi untuk negeri, jangan malah tidak mau pulang", pesan terakhir beliau sebelum masuk ke sesi diskusi.

Salah satu penanya dari teman-teman adalah Mbak Masyitoh Anis yang akan melanjutkan kuliyah di University of Warwick. Mbak Anis menanyakan tentang rencana teman-teman yang akan mendirikan Santri Foundation dengan konsepnya adalah berdiri di semua golongan, bukan hanya mewadahi santri dari satu golongan saja.

Beliau menjawab bahwa menyatukan seluruh golongan yang ada di Indonesia itu adalah hal yang mustahil. Justru gaduhnya Indonesia akhir-akhir ini ya karena ada satu golongan yang menganggap dirinya paling benar dan yang lain salah. Prinsip yang harus dipegang ketika mau mendirikan Santri Foundation adalah tetap berpegang pada Tasamuh, Tawazun dan Ta'awun  tadi. Toleransi yang tinggi, moderat dalam arti tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri, serta saling tolong menolong.

Tepat jam 18.00, sudah masuk waktu maghrib. Pak Rafi yang menemani Prof. Azyumardi menutup sesi ini. Acara akan dilanjutkan setelah sholat isya. Setelah shalat maghrib, jadwal yang kami lakukan adalah makan malam di restoran hotel. Seluruh restoran hotel hanya kami yang mengisi dan hanya kami yang menghabiskan makanannya, tidak terlihat tamu hotel yang lain. Hari ini kami mendapatkan pelajaran luar biasa dari pemateri yang istimewa. Terimakasih LPDP. Terimakasih Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun