Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., pada sore hari ini membawakan tema berjudul "Mengelola Keberagaman Bangsa : Cross, Culture and Adabtability". Beliau membuka presentasinya. Ada slide power point yang sudah diatur oleh tim dari PIC PK dengan ketuanya Pak Shabahul Arafi. Beliau menyebutkan sebuah ayat dalam al-qur'an dalam surat Ibraim ayat 7.
"Jika Kalian bersyukur atas segala nikmat yang aku berikan, niscaya akan kutambahkan nikmat itu. Namun, jika kalian kufur, tidak mau bersyukur, sesungguhnya siksaku sangatlah pedih", begitu kira-kira dari ayat yang beliau sebutkan dalam surat Ibrahim ayat 7 itu. Kami sebagai penerima beasiswa dari LPDP harus banyak bersyukur, tidak setiap orang bisa mendapatkan beasiswa. Kami terpilih dari jutaan orang yang tidak mendapatkan beasiswa LPDP.
Pesan pertama ini merupakan pesan yang hampir sama juga disampaikan oleh Bapak Rional Silaban yang berbicara sebelum beliau hadir. Prof. Azyumardi menceritakan kisahnya saat dulu beliau pernah mendapatkan beasiswa dari kementrian agama pada masa Presiden Bapak Soeharto. "Dulu mendapatkan beasiswa dari negara itu sulit sekali. Zaman saya dulu, dari banyaknya yang mendaftar, pada masa Menteri Agama dipegang oleh Bapak Munawwir Syadzali, hanya 6 orang yang diterima".
"Diantara 6 orang itu adalah beliau, Bapak Prof. Dr. Din Syamsuddin dan Prof. Mulyadi Kartanegara", lanjut beliau. Kalau menghitung jumlah, sebagaimana yang disebutkan Pak Rio tadi, 4000 sampai 5000 penerima beasiswa LPDP setiap tahun, jika dibandingkan dengan 6 orang penerima beasiswa pada masa Pak Harto dulu, sungguh perbandingan yang tidak imbang sama sekali. Sudah banyak kemajuan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini untuk mencerdaskan rakyatnya.
Apalagi tidak ada satupun negara di dunia ini yang memberikan beasiswa khusus untuk santri. Adanya beasiswa khusus untuk santri berarti negara menganggap santri ini istimewa. Sehingga ayat dalam surat Ibrahim ayat 7 tadi menjadi pegangan yang tepat agar kami semua selalu mengucap syukur kepada Allah Swt., selalu berterimakasih kepada negara, bukan malah mengolok-olok kepada negara yang diwakili oleh LPDP yang memberikan beasiswa.
Prof. Azyumardi memberikan penyadaran kepada kami bahwa, sekarang ini banyak kasus orang dikasih sesuatu, tapi malah 'menggigit' yang ngasih. Sudah diberikan beasiswa oleh negara, tapi di mana-mana dia malah menjelek-jelekkan negara. Bahkan sampai menganggap bahwa Indonesia ini adalah negara thogut, sistemnya adalah system kufur. Sehingga Indonesia harus dibubarkan dan diganti dengan system yang belum teruji keberhasilannya.
Padahal kalau mau melihat kondisi negara tetangganya Indonesia hingga ke arah barat, tidak usah jauh-jauh, ada Myanmar, Filipina, Bangladesh, Afganistan, hingga negara timur tengah. Negara-negara itu tidak seteduh di Indonesia. Mereka sedang mengalami konflik. Antar anak negeri terpecah belah. Setiap orang dari rakyat sipil boleh membawa senjata.
Kami semua di Indonesia, walaupun terjadi kegaduhan di media sosial, masih bisa disatukan dengan Indonesia. Adanya Bhineka Tunggal Ika, menunjukkan kalau rakyat Indonesia itu memang berbeda-beda, tetapi punya tujuan yang satu, yakni Indonesia. Rakyat Indonesia masih punya Pancasila yang diakui oleh semuanya. Seandainya tidak ada Pancasila, entah seperti apa nasib bangsa ini.
Setidaknya inilah yang bisa saya tangkap dan saya fahami dari pemaparan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., yang menjadi pesan buat kami semua para santri yang berjumlah 114 dari seluruh Indonesia, agar selalu mengingat untuk menjaga Indonesia. Selalu bersyukur atas kenikmatan yang luar biasa berada di negara zamrud khatulistiwa ini.
"Saat ini ada tiga penyakit yang sedang menjangkiti banyak orang, termasuk orang Indonesia. Pertama adalah sulit untuk berterimakasih, kedua sulit untuk meminta maaf, dan ketiga adalah sulit untuk mengatakan minta tolong" , lanjut Prof. Azyumardi. Pesan yang mengena sekali. Saya merasa tertampar terhadap pesan beliau ini. Memang terkadang diri saya sendiri, sulit hanya untuk mengucapkan terimakasih, minta maaf dan meminta tolong, padahal ketiga kalimat ini adalah kata yang sederhana.