Padahal, belum lama, saya bersama Mahmudi dan Asif beberapa bulan yang lalu masih asyik berkeliling wisata di Luxor dan Aswan dan disponsori oleh Menteri pendidikan Mesir. Luxor dan Aswan adalah dua kota bersejarah dan pernah menjadi ibu kota pada masa Fir'aun. Di Luxor ada museum terbuka terbesar sedunia. Kami juga mengunjungi Abu Simbel yang hampir berbatasan dengan Sudan. Saya sudah mencatat banyak artikel sebelumnya tentang perjalanan ini.
Peristiwa penangkapan saya oleh para militer Mesir, saya tuliskan dalam catatan di Kompasiana ini berjudul "Cairo Oh Cairo" dan ternyata viral. Kabar itu sampai di tanah air dan besoknya beberapa kali saya mendapatkan telepon dari beberapa stasiun televisi tanah air untuk mengabarkan kondisi Mesir terkini, beberapa televisi yang menghubungi saya diantaranya adalah Metro TV, TV One, Kompas TV, Jak TV dan SCTV.
Dari sinilah, yang awalnya pemerintah agak cuek dengan kondisi WNI yang ada di Mesir, akhirnya memerintahkan Bapak AM. Fachir yang menjadi Duta Besar Indonesia di Mesir untuk memutuskan evakuasi total seluruh WNI yang ada di Mesir. Saya tidak ikut evakuasi dan tidak mendaftarkannya. Saat ramai evakuasi, awalnya saya mencari tiket pesawat di teman-teman yang ada di Cairo tapi kesulitan mendapatkannya.
Akhirnya seorang teman yang ada Dubai membantu saya, dia membelikan tiket pesawat Emirat untuk saya buat perjalanan dari Mesir ke Dubai dan menuju Jakarta. Ketika pulang di Jakarta, saya bertemu dengan teman-teman blogger Kompasiana di Taman Ismail Marzuki, termasuk diundang Kang Pepih dan Mas Isjet ke kantornya Kompas Gramedia.
Itulah kisah yang pernah saya alami pada tahun 2011 lalu saat Mesir mengalami revolusi. Semua kisah itu, dari peristiwa sebelum rusuh, ketika saya jalan-jalan keliling Mesir di kota Luxor hingga Aswan, temasuk di Bali-nya Mesir yang di Sarm Syeikh dan Hurgada yang ada di Laut Merah, sampai peristiwa kerusuhan yang mengakibatkan kami diinterogasi ke markaz militer dan akhirnya kisah itu viral, semua itu sekarang bisa dinikmati kisahnya di salah satu 3 buku serial "Catatan Perjalanan Mahasiswa Al-Azhar Mesir" berjudul "Cairo Oh Cairo", sama dengan judul catatan Kompasiana yang dulu juga sempat viral.
Serial "Catatan Perjalanan Mahasiswa Al-Azhar Mesir" terdiri dari tiga buku, pertama berjudul 926 Cairo, kedua berjudul Cairo Oh Cairo, dan yang ketiga berjudul Umroh Koboy. Masing-masing dari buku itu memiliki karakteristiknya sendiri.
Kembali ke pesan pertama tadi bahwa, Musibatu qowmin 'ala qowmin fawaidu, telah menjadikan saya mendapatkan banyak bahan untuk menuliskan tentang Mesir. Selama di Mesir, saya mengalami 4 kali pergantian presiden. Mulai dari Presiden Hosni Mubarok yang nota bene kalau di Indonesia ibarat zamannya Pak Soeharto.
Lalu kedua menjumpai masa revolusi, digantikan oleh Presiden masa transisi adalah bernama Adli Mansour, selanjutnya digantikan oleh Presiden hasil pemilihan umum yakni Presiden Mohamed Morsi, dan kembali lagi Presiden dari kalangan Militer Mesir yakni Presiden Abdul Fattah As-Sisi. Semua masa pemerintahan memiliki ceritanya masing-masing.
Saya mendapatkan keberkahan hidup di Mesir di semua 4 masa itu. Dengan kondisi pemerintahan yang berbeda-beda itu, saya mendapatkan banyak catatan dan akhirnya alhamdulillah lahirlah 3 buku "Catatan Perjalanan Mahasiswa Al-Azhar Mesir" yang berjudul 926 Cairo, Cairo Oh Cairo, dan Umroh Koboy ini.
Selamat mencari buku itu dan membacanya.