Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Cairo Oh Cairo" Viral

6 Oktober 2020   23:16 Diperbarui: 6 Oktober 2020   23:22 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata di Abu Simbel beberapa bulan sebelum Mesir Revolusi tahun 2011 (Foto : Bisyri)

Mesir mengalami revolusi setelah sebelumnya diawali oleh negara Tunisia yang sukses dan Libiya yang dalam proses. Semakin malam, sekitar wilayah Nasr City semakin sepi, apalagi yang menjadi tempat tinggal saya di Toubromly, hanya ada suara-suara anjing liar yang berkeliaran saja, tanpa ada manusia yang lalu Lalang.

Rupanya, saat pagi hari, saya membuka kembali televisi Al-Jazeera dan beberapa televisi yang menyiarkan berita. Dari sekian banyak televisi berita, tidak ada satupun televisi Mesir yang menyiarkan kerusuhan dan demonstrasi yang terjadi di Tahrir Square, apalagi televisi yang dimiliki oleh pemerintah.

Para demontran masih bertahan walaupun semalaman mereka harus berperang dengan gas air mata dan senjata peluru karet dari para polisi usai menghacurkan dan membakar gedung-gedung yang ada di Tahrir Square. Wilayah-wilayah lain selain Cairo masih belum merasakan dampak dari kerusuhan yang ternyata bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Hosni Mubarok yang sudah memerintah sekitar 30 tahun ini.

Beberapa hari para demonstran malah semakin membludak. Tahrir Square menjadi rumah mereka. Tenda-tenda didirikan. Demonstrasi mulai meluas di kota-kota lain selain Cairo, termasuk sampai di wilayah yang menjadi basis berkumpulnya kebanyakan mahasiswa Indonesia di Nasr City, demo terjadi di Mahattah Zahra, hanya sekitar 10 menit berjalan dari rumah tempat saya tinggal.

Dalam kondisi politik yang memanas. Bukan hanya terjadi di Mesir, tapi di banyak negara-negara arab. Pemerintah Indonesia di Syiria yang sudah ramai dengan ISIS memutuskan untuk mengevakuasi seluruh warga yang ada di sana. Di Mesir, pemerintah China, Malaysia, Jerman, dan banyak negara lain sudah mulai mengevakuasi warganya. Indonesia masih belum bergeming.

Saya yang bekerja di pengiriman barang dari Mesir ke Indonesia merasakan imbasnya. Gara-gara dalam kondisi kerusuhan Mesir seperti ini tetap bekerja, saya bersama Omar dan Asif harus berhadapan dengan beberapa kompi militer Mesir yang mendatangi rumah kami yang penuh dengan barang-barang yang hendak dikirim ke Indonesia.

Dengan ditodongkan senjata laras panjang yang pucuknya berupa pisau, saya duduk di antara para tentara itu di mobil militer. Kami diajak ke markaz militer yang paling dekat dari Toubromly. Awalnya saya yang dipanggil untuk diinterogasi, namun Omar yang kebetulan juga dibawa bersama kami, memberikan aba-aba kepada pimpinan militer agar dia saja yang bicara. Omar pernah bertugas wajib militer selama 3 tahun sebelum bekerja bersama kami.

Beberapa jam kami diinterogasi, satu alasan yang membuat rumah kami digerebek adalah akibat laporan dari tetangga atas rumah, entah lantai berapa, yang menelpon pihak militer, karena dia mencurigai adanya aktifitas di lantai satu setiap hari yang ramai lalu lalang orang asing yang membawa barang. Mereka takut barang-barang itu dikumpulkan untuk mensuplay para pendemo di Tahrir Square untuk menggulingkan pemerintah.

Omar berhasil membujuk pimpinan militer yang menginterogasinya. Entah bagaimana cara dia membicarakan perihal aktifitas yang kami lakukan setiap hari di rumah flat apartemen lantai satu untuk mengumpulkan barang-barang dari Mesir yang hendak dikirim ke Indonesia. Sebelum kami digelandang ke markaz militer tadi, banyak sekali karton-karton yang dibuka paksa oleh prajurit militer Mesir dengan menggunakan pisau di ujung senjata laras panjangnya, memastikan tidak ada benda terlarang.

Mesir benar-benar kacau. Kerusuhan semakin meluas. Seluruh aktivitas sekolah dan perkantoran di seluruh negara diliburkan termasuk di Universitas Al-Azhar. Internet sempat diblokir hingga hampir satu minggu. Kami tidak bisa membuka facebook, tidak bisa bermain twitter. Hanya bisa menonton kondisi Mesir lewat televisi dan menonton film yang sudah disimpan di laptop.

Hampir tiap malam, Toubromly yang menjadi wilayah pinggiran sudah sering terjadi tembakan. Bahkan beberapa hari, saya sering menemukan selongsong bekas tembakan peluru yang dilakukan pada malam hari. Kalau malam tiba, orang-orang Mesir juga mulai banyak yang turun ke jalan untuk ronda malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun