Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harapan Bangsa di Pundak Awardee LPDP

13 Oktober 2019   06:21 Diperbarui: 13 Oktober 2019   06:58 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku kumpulan kisah inspratif yang ditulis oleh para awardee LPDP UIN Malang (foto : Bisyri)

Hari jum'at kemarin, kelurahan LPDP UIN Malang sedang melaksanakan pergantian kepengurusan dari yang lama menuju pengurus baru tahun 2019-2020. Pengurus lama sudah mulai focus pada tesis dan menghabiskan masa kontrak belajar dari LPDP serta menunggu kelulusan untuk diwisuda. 

Wajah-wajah baru dari awardee dengan semangatnya, siap mengabdi untuk meramaikan organisasi yang membawahi para penerima beasiswa LPDP yang ada di lingkungan UIN Malang ini, yang saat ini dinahkodai oleh mas Rizal Falaki.

Selama dua tahun ini, menjadi tradisi teman-teman LPDP di lingkungan UIN Malang untuk menuliskan pengalaman mereka bisa diterima beasiswa oleh Lembaga pengelola dana Pendidikan (LPDP) ini untuk dijadikan sebuah buku. Lembaga ini menjadi yang paling bonafit saat ini di Indonesia. 

Satu-satunya Lembaga Beasiswa Pendidikan yang disokong oleh empat kementrian sekaligus, dari Kementrian Keuangan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kemenristek, hingga Kementrian Agama.

Bahkan bocoran dari Ibu Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan sebagaimana yang saya dengar langsung waktu pembekalan awardee LPDP dua bulan lalu di Jakarta, akhir tahun ini LPDP akan berada dibawah Sembilan kementrian seiring focus langkah pemerintahan Bapak Jokowi yang periode kedua ini untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, sebagaimana jargonnya saat perayaan HUT RI bulan agustus lalu "SDM Unggul, Indonesia Maju".

Kepengurusan mas Mahrus, sebagai lurah lama 2018-2019 kemarin, memberikan buku kepada kami yang hadir berjudul "Siluet Impian 2". Ada 26 kisah teman-teman awardee yang dituliskan di sana. Saat di rumah, saya membaca satu persatu dari kisah itu. 

Sebuah perjalanan perjuangan yang sangat menarik, penuh inspirasi, langkah seorang anak bangsa yang sangat mencitai negerinya. Dari membaca buku ini, setidaknya harapan para petinggi negeri ini untuk bisa menciptakan Indonesia Emas 2045 bukan angan-angan belaka.

Buku ini diberikan kata pengantar oleh Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag., beliau memberikan kesan yang luar biasa terhadap semangat teman-teman awardee yang menuliskan kisah-kisahnya yang beraneka ragam saat hendak daftar di Lembaga beasiswa LPDP. Semangat membuncah yang bukan hanya dalam belajar, berorganisasi di kampus, hingga peran mereka di masyarakat.

Saat angkatan kami melaksanakan PK (Persiapan Keberangkatan), sebuah pembekalan yang wajib diikuti oleh seluruh penerima beasiswa LPDP sebelum kontrak di Jakarta, yang merupakan angkatan pertama dari beasiswa afirmasi santri dengan kode PK 144, saat itu Direktur Utama LPDP Bapak Rionald Silaban memberikan bocoran bahwa LPDP tidak mencari anak yang cerdas dan pintar saja. 

LPDP tidak mau terjadi lagi kasus menyekolahkan tinggi-tinggi anak negeri ke luar negeri tapi ujung-ujungnya malah tidak mau pulang ke Indonesia untuk mengabdi dan malah kerja di sana memajukan negara yang sudah maju. LPDP tidak mau kecolongan lagi.

Ada banyak kasus yang terjadi seperti yang disebutkan beliau tadi. Sudah jelas disebutkan dalam visinya Lembaga LPDP, bahwa visinya LPDP adalah "Menciptakan Pemimpin Indonesia Masa Depan". Dengan beberapa misi yang semuanya disebutkan dalam laman resmi LPDP di www.LPDP.Kemenkeu.go.id. 

Beliau lalu menjelaskan bahwa LPDP mencari anak bangsa yang memiliki cinta terhadap negeri ini, setia kepada NKRI, mau mengabdi untuk kemajuan Indonesia dengan bidang yang mereka kuasai. Jadi bukan hanya cerdas untuk diri sendiri saja, melainkan juga bisa mencerdaskan yang lain dari rakyat Indonesia di negeri Indonesia.

Semangat inilah yang bisa saya petik dari artikel-artikel yang terkumpul dalam buku "Siluet Impian 2" yang ditulis oleh para awardee LPDP UIN Malang angkatan 2017-2018. 

Dimulai dari artikel yang ditulis oleh mbak Februarina risky, awardee asal Aceh ini sebelumnya sudah pernah ditolak saat mendaftar di LPDP, hingga akhirnya beliau menikah dan karena keinginan yang masih kuat, setelah menikahpun masih ingin mendaftar ke LPDP dengan meminta izin kepada suaminya, suaminya juga rela mengantarkan ke Jakarta dari Aceh untuk melaksanakan serangkaian tes yang dilakukan oleh LPDP setelah lulus seleksi administrasi hingga seleksi substansi yang berisi LGD (Leadership Group Discusion), wawancara dan review berkas hingga akhirnya beliau dinyatakan lulus.

Kisah ketiga ditulis oleh mbak Fitri Kurnia Rahim, hampir sama, beliau pernah juga gagal ikut seleksi di LPDP di tahun 2016, namun tetap mencobanya  lagi di tahun 2017 dan akhirnya berhasil. Ada lagi yang ditulis oleh mbak Eka Lutfiyatun yang hobinya adalah mengajar. 

Hal yang paling membahagiakan buat beliau adalah bisa mendampingi anak-anak usia SMP dan SMA dalam pengajaran, ada banyak pelajaran yang bisa didapatkan bukan hanya transfer ilmu saja, tetapi juga mengajarkan karakter di jiwa mereka, mengajarkan sikap demokratis, bekerja keras, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, kreatif, hingga belajar tanggung jawab.

Dari pengabdian mengajar inilah, seiring berjalannya waktu paradigma itu berubah, semula beliau menganggap dengan sarjana S1 saja sudah cukup kalau untuk mengajar, ternyata tidak. Dari sini beliau akhirnya mendapatkan informasi untuk mendaftar di LPDP dan dengan perjuangan yang tidak mudah, akhirnya sukses diterima menjadi awardee.

Kisah nomor tujuh ditulis oleh mas Arifka Mahmudi, saat hari jum'at kemarin, beliau baru pulang dari Korea Selatan setelah mengikuti seminar Internasional, dan makalah yang beliau presentasikan menjadi salah satu yang terbaik dari banyak peserta dari beberapa perwakilan negara-negara di dunia yang hadir. 

Di buku ini, beliau bercerita tentang sedikit kondisi keluarganya, jerih payah ayahnya yang pantang menyerah dalam menghidupi keluarga, hingga terjadi sebuah insiden kecelakaan sekeluarga di Lubuk Linggau yang mengakibatkan cacat permanen di kepala beliau.

Namun, mas arif menuliskan di dalam buku ini bahwa sejak setelah peristiwa kecelakaan itu, beliau awalnya merasa beda dengan yang lain karena cacat permanen di kepalanya dan sering menjadi objek bullyan dari teman-temannya di sekolah. 

Kondisi ini justru tidak menjadikan beliau minder dan rendah diri, justru menjadi penyemangat untuk membuktikan bahwa beliau bisa berprestasi, dan benar saja, beliau menjadi lulusan terbaik di kampus waktu S1 dan saat ini mampu mendapatkan beasiswa LPDP di S2.

Di kisah nomor 13 ada artikel yang ditulis oleh mantan lurah LPDP UIN Malang; mas mahrus, beliau bercerita bahwa sebenarnya secara akademik tidak terlalu cerdas namun selalu aktif dalam organisasi. Sebenarnya beliau ingin sekali kuliyah ke luar negeri seperti Turki dan Lebanon, namun ketika mengajukan keinginan itu kepada orang tuanya, beliau berdua tidak merestuinya. 

Ridlo orang tua menjadi kunci dalam setiap langkah yang ingin ditempuh oleh mas mahrus, termasuk ketika setelah menyelesaikan S1 dan hendak daftar beasiswa di LPDP. 

Saat ibu beliau mengatakan, "Iya nak, Kami hanya bisa mendoakanmu", itu menjadi senjata ampuh motivasi untuk terus maju berkompetisi bersama ribuan para pendaftar calon penerima beasiswa LPDP se Indonesia dengan berbagai latar belakang keluarga dan Pendidikan baik dalam maupun luar negeri. 

Berkat ridlo orang tua, beliau berhasil dan saat ini sedang menyelesaikan tesisnya, beliau berharap bisa lanjut S3 juga lewat jalur LPDP dan menikah.

Itulah beberapa cuplikan kisah yang tulis oleh teman-teman LPDP UIN Malang dan masih banyak kisah yang tentunya tidak bisa saya sebutkan satu persatu di artikel ini. 

Dari semua kisah yang tertulis, saya mendapatkan sebuah pelajaran akan arti motivasi, usaha, mimpi, sabar, tawakkal, ridlo orang tua hingga cinta dan pengabdian terhadap tanah air tercinta Indonesia. 

Membaca buku ini, harapan akan masa depan Indonesia dengan generasinya yang cemerlang menjadi doa yang semoga Allah Swt. mengabulkannya. Aamin ya Robbal 'Aalamin

Malang, 13 Oktober 2019 Pukul 06.09 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun