Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ideologi Kebencian Merebut Kebenaran

11 Oktober 2019   19:51 Diperbarui: 11 Oktober 2019   20:10 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Mudjia Raharja saat memberikan mata kuliah filsafat bahasa sebelum bertolak ke Jakarta (Foto : Bisyri)

Melihat dari yang sudah dijelaskan oleh Prof. Mudjia ini, saya memahaminya sebagai teori penting dalam kita memahami fenomena di masyarakat saat ini. Bahwa makna kebenaran ini akan selalu diperebutkan sepanjang masa. Saat ini, yang mengemuka adalah ada ideologi kebencian yang ingin merubah norma yang sudah berlaku di Indonesia. Secara norma yang berlaku sejak dulu, Indonesia memiliki norma yang terkenal dengan keramahannya. Inilah yang ingin mereka rubah.

Saat ideologi kebencian menguasai. Semua norma yang berlaku akan dibangun di atas kebencian semuanya dan menjadi sebuah kebenaran baru yang disepakati. Saat banyak orang diam dan menganggap fenomena yang ada selama ini sebagai hal yang tidak terlalu serius, ideologi kebencian akan semakin cepat menemukan momen untuk mewujudkan hal itu di Indonesia dan apa yang diprediksikan oleh Bapak Prabowo bahwa tahun 2030 Indonesia bubar bisa jadi terwujud akan lebih cepat lagi.

Namun ketika ada orang-orang yang masih peduli dengan keutuhan norma kebenaran yang ramah dan berlaku di Indonesia saat ini terus bergerak, selalu mengingatkan keindahan akan norma itu. Maka cita-cita Indonesia Emas tahun 2045 yang digaungkan oleh Bapak Jokowi bukanlah menjadi cita-cita yang kosong belaka. Bukan saatnya orang-orang yang menganut ideologi ramah untuk diam. Detik ini, saat ini, hari ini, semestinya para pecinta negeri ini perlu untuk menggaungkan lebih keras lagi dalam menyebarkan ideologi ramah ini.

Sejak dulu keramahan menjadi ciri khas dalam perkembangan negeri ini, keramahan gaya Nusantara hingga menjadi Indonesia sekarang. Ideologi ramah itu terkumpul dalam makna Pancasila dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak ada ruang buat Ideologi kebencian yang diimpor dari pengalaman keberhasilan memporak-porandakan bangsa yang dilakukan oleh ISIS (didukung Israel dan beberapa negara Barat) di Timur Tengah. Sekali lagi, mari bangun! Jangan sampai kita baru sadar saat ideologi kebencian menjadi norma resmi negara dan semuanya sudah hancur. Ideologi kebencian sedang merebut kebenaran.

Malang, 11 Oktober 2019 Pukul 19.43 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun