Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketukan Tongkat Musa

15 Juni 2012   13:13 Diperbarui: 27 Agustus 2019   17:50 3289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih seputar jalan-jalan. Ya, benar. Saya ingin sekali mengamalkan apa yang pernah Allah katakan dalam Al-qur'an yang kira-kira arti bebasnya begini: Wahai jin dan manusia, jika kamu mampu mengelilingi langit dan bumi, maka kelilingilah! Dan sekali-kali kamu gak bisa mewujudkannya kecuali dengan "Sulthan". 

Ada yang bilang, sulthan itu bermakna kekuasaan, ada yang bilang ilmu, ada yg bilang harta. Semoga semuanya benar. Wallahu a'lam. Nah, makanya saya suka jalan-jalan. Keliling dunia. Hehe. Kali ini saya bersama guru saya, Mas Ippho Santosa. Satu tempat yang jarang dikunjungi oleh turis Indonesia. Kalo teman-teman mahasiswa Indonesia udah sering. 

Tempat ini bagi saya spesial. Bagaimana tidak, dia disebutkan dalam al-qur'an, di juz satu di ayat 60. Silakan dibuka ya. Saat Musa disuruh Allah untuk mengetukkan tongkatnya dan dengan ketukan itu keluarlah mata air sebanyak 12 mata air. Dan ternyata sumur-sumur mata air itu sampai sekarang masih ada. 

Subhanallah ya. Allah sengaja tetap mengadakan sumur-sumur Musa ini, bisa jadi sebagai bukti bahwa apa yang dikisahkan oleh Al-qur'an itu benar adanya. Gak mengada-ngada. Namun, dari 12 sumur yang dikisahkan dalam al-qur'an, saat ini yang tersisa ada 6. Yang lain kemana ? Ya, namanya juga udah berumur ribuan tahun, bisa saja udah ketutup padang pasir. 

Apalagi, asal tau saja, keberadaan sumur-sumur ini sangat dekat dengan pantai laut merah. Kalo kita melihat agak melebar. Bukan hanya sumur-sumur Musa yang Allah sengaja adakan sampai sekarang. Di Mesir ada tempat bejibun sebagai bukti kebenaran al-qur'an. Saat Allah bilang Fir'aun, emang masih ada si fir'aunnya. Nanti deh, saya akan menuliskan tentang fir'aun ini secara khusus, insya Allah. 

Saat Allah bilang, "Wath thur", demi gunung Tursina. Gunungnya emang masih ada. Saat Allah bilang tentang Qorun. Peninggalan-peninggalan qorun jg masih ada. Subanallah dah pokoknya. Dengan kecepatan 120 km/jam, karena memburu sore. Kami melewati pinggiran laut merah arah pulang dari gunung Tursina. 

Masih capek karena tadi habis mendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 2000 meter, melihat kebesaran ciptaan Allah di sana dan mengingat-ingat kembali kisah yang pernah ada di sana, saat Nabi dikhianati oleh sebagian kaumnya, saat Nabi Musa memarahi Nabi Harun karena ditinggal 40 hari aja udah banyak kaumnya yang nyembah berhala, saat Musa pingsan karena Allah tampakkan cahaya kepadanya dan Tursina hancur berkeping-keping. Subhanallah lagi. Jalannya lurus. Mas Irwan yang menyetir mobil. Dia tadi gak naik ke puncak gunung, jadi masih fresh. 

Kami semua lebih banyak diam di dalam mobil dan menikmati perjalanan yang sudah memakan waktu lebih dari 15 jam dari Cairo sejak kemarin. Letak 12 sumur musa berada di satu jalur dari gunung Sinai dan masih di kawasan laut merah. Di sepanjang jalur ini banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah yang masih utuh. 

Diantaranya, ada kamar mandi Musa, ada kamar mandi Fir'aun, ada beberapa peninggalan Mesir saat perang melawan Israel. Dan yang pasti seluruh kawasan ini adalah kawasan padang pasir. Kadang saya membatin, "padang pasir kayak gini sampai sekarang selalu buat rebutan ama Mesir dan Israel, apa istimewanya". Kalo bukan karena sejarahnya, mungkin gak akan sampai seperti itu. Mungkin loh ya. Kami mampir terlebih dahulu di pom bensin terdekat dan nanya-nanya lagi. 

Hari udah semakin sore. Kami sampai ditempat yang kami tuju pas maghrib tiba. Udah remang-remang. Kami hanya menyempatkan melihat satu sumur saja. 

Saat melihat-lihat inilah mas Ippho bilang, "saya berani mengelola ini menjadi tempat yang profesional dan tempat wisata yang menarik, bukan hanya karena uang, tapi melestarikan apa yang sudah disebutkan dalam al-qur'an. Bagian dari dakwah". Memang. Tempatnya sangat sederhana. Seperti tidak diurus. Bahkan di dalam sumurnya, ada beberapa sampahnya. Ya, kalo difikir-fikir maklum juga, karena Mesir emang gudangnya sejarah dan gudangnya tempat sejarah. 

Coba bayangkan, mulai dari sejarah Mesir kuno, terus lanjut sejarah Mesir saat dipegang Yunani, terus lanjut lagi saat Mesir dipegang Islam dengan banyak generasi, mulai dari Fatimiyyah, Ayyubiyah, Mamluk dan apa lagi. Belum lagi saat dipegang Perancis dan seterusnya. Dan peninggalan-peninggalan dari semua generasi itu sampai saat ini masih ada dan masih terjaga. 

Kalo saya melihat, ini penilaian saya. Mesir lebih suka membuat kota baru dan membiarkan keunikan kota lama. Coba lihat. Saat masa fir'aun, pusat kekuasaan berada di Luxor, sebuah kota yang berada dekat dengan Sudan. Saat kekuasaan Yunani, pusat ibu kota dipindah ke Alexandria, Saat kekuasaan Islam, ibu kota dipindah ke Cairo. 

Dan pada saat ini ibu kota tetap di Cairo tapi Mesir membuka kota baru yang berbeda dengan pusat kota yang dipakai oleh pada masa Islam dulu, sehingga seluruh kota peninggalan masa lalu masih utuh dan terjaga. Hanya beberapa menit saja kami menikmati sumur ketukan tongkat Musa. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan sekalian niat sholat jama' ta'khir setelah waktu isya' nanti. 

Walaupun bentar, paling gak rasa penasaran guru saya akan adanya sumur Musa ini yang telah disebutkan dalam al-qur'an sudah terobati. Penasaran emang gak ada harganya. Berapapun orang akan bayar untuk membunuh rasa penasaran. Iya kan?! Inilah catatan ringan saya kali ini. 

Pada akhirnya, ada satu kesimpulan yang bisa saya ambil, benar saja Allah kasih sepertiga bahkan hampir semua kisah dalam Al-qur'an itu tempat kejadiannya hampir di Mesir. Coba lihat dalam surat Al-Qashash, hampir semuanya bercerita tentang nabi Musa dan mana lagi tempatnya kalo bukan Mesir. Bisa jadi salah satu hikmahnya adalah biar manusia bisa buktikan sendiri. 

Tempat-tempat kisah itu sekarang masih ada Bos, fir'aun yang dibicarakan itu juga masih ada jasadnya, masih utuh. Bisa ente lihat sendiri. Oke. Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Salam dari Mesir. Tanggal 26 Juni besok, insya Allah saya pulang ke Indonesia, Liburan dong, jalan-jalan lagi. 

Yang ingin shilaturahim bisa menghubungi nomor saya, atau yang ingin nitip sesuatu dari Mesir bisa menghubungi saya (tapi transfer uangnya juga ya. Hehehe. Bercanda, tapi beneran. Hehe). SMS : +201142226291. :-) Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun