Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Malaysia-Indonesia di Mesir

25 April 2012   19:37 Diperbarui: 27 Agustus 2019   17:59 2227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judulnya umum banget. Emang! Namun, inilah adanya. Saya akan menulis satu hal yang sederhana dari pengalaman saya berhubungan dengan mereka. Sebelum mendebat, tolong baca dulu sampai akhir dan silakan teman-teman menilai sendiri. Bagi saya, Malaysia seperti kaum Anshar dan Indonesia seperti kaum Muhajirin pada masa Nabi Muhammad. 

Jadi, mesti saling baik membaikkan. Saling membantu, saling menolong. Hidup di Mesir selama hampir 3 tahun dan fokus di studi dan bisnis, menjadikan saya banyak belajar apa arti sebuah pergaulan internasional. Tiap hari saya harus bergaul dan bertemu dengan teman-teman dari banyak negara dengan aneka pemahaman, aneka pemikiran, aneka madzhab sampai aneka agama. 

Banyak teman-teman saya dari Rusia, dari Malaysia, Singapore, Thailand, Brunei dan dari negara-negara lain. Kami disatukan dalam satu hal, sama-sama hidup di Mesir. Dan saat ini saya benar-benar merasakan, begitu indahnya pertemanan antar negara seperti ini. Bahkan, saya berani bilang, semakin sering kita bertemu dan berkenalan dengan teman baru, itu menyehatkan. 

Kalo gak percaya, silakan dicoba sendiri. Beneran! Apalagi sekarang, saat saya menjadi ketua tim seminar yang melibatkan peserta dari internasional khususnya teman-teman dari seluruh asia tenggara di Mesir, mulai dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore dan Brunei Darussalam. Hubungan baik dengan semuanya harus benar-benar saya jalin. 

Saya gak akan menulis terlalu luas. Saya ingin menilai saja dari teman-teman Malaysia yang saya kenal di Mesir. Kesan pertama saya saat bertemu dan berkenalan dengan Presiden mahasiswa seluruh pelajar mahasiswa Malaysia di Mesir yang saat ini sudah sangat akrab dengan saya, bahkan sudah seperti adik kakak, kesan pertama saya adalah mereka orang-orang yang sangat ramah dan begitu menghargai. 

Pertama kali saya bertemu dengan Presiden Perubatan bernama Wan Hafidzi, Perubatan adalah organisasi induk dari seluruh mahasiswa Malaysia di Mesir untuk jurusan kedokten. Jumlah masanya sekitar ada 7000 orang yang tersebar di seluruh kampus yang ada di Mesir, seperti halnya universita Al-Azhar, 'Ain Syams, Zaqaziq, Alexandria dan masih banyak lagi kampus lain. 

Saya tidak menyangka sebelumnya. Ternyata hubungan sedekat ini baru pertama kalinya. Mereka bilang sendiri ke saya, sebelumnya hubungan mereka dengan teman-teman dari organisasi Indonesia lebih cenderung begitu ceremonial, dan kami mengawali hubungan itu dengan sangat bersifat kekeluargaan, sudah layaknya sahabat. 

Bahkan, saking dekatnya, sudah 7 kali saya main ke kantor mereka. Shilaturahim, membahas strategi-strategi yang bisa kami lakukan dan gerak bersama, membicarakan negara masing-masing. Bahkan, wakil presiden yang bernama Abdurrahim, kedua orang tuanya berasal dari Jawa Tengah. Sehingga, dia sangat senang sekali ketika saya dan teman-teman bercerita tentang Indonesia. 

Saking dekatnya. Sampai-sampai, kemarin saya dan teman-teman dari tim seminar 7 keajaiban rezeki diajak ke kedutaan Malaysa. Semua urusan yang membantu mereka, mereka yang melobikan untuk bisa menembus duta besar Malaysia di Mesir. Mereka melakukannya begitu tulus. Sehingga secara pribadi, saya kagum dengan sikap mereka. 

Pantas apabila suatu waktu pada saat kami duduk bersama, saya katakan ke mereka : "kita itu, Indonesia ibarat kaum muhajirin dan Malaysia ibarat kaum anshar pada masa Nabi". Dan mereka tersenyum dan mengamini pernyataan saya ini. Coba sekarang kita fikir jernih. Secara keturunan, banyak dari mereka teman-teman kita di Malaysia yang masih banyak sekali memiliki saudara di Indonesia. 

Banyak dari orang tua mereka yang berasal dari Indonesia. Seorang teman saya yang lain bercerita, dia tidak memiliki saudara sama sekali di Malaysia. Dia hanya bersama orang tuanya yang keduanya sudah berkewarganegaraan Malaysia. Seluruh saudaranya masih di Indonesia dan berkewarganegaraan Indonesia. 

Kemarin malam, saat saya sedang makan malam di salah satu restoran, saya berkenalan dengan dua orang teman Malaysia dan kami ngobrol lumayan lama. Salah satu dari mereka bilang ke saya, dia ingin sekali main ke Indonesia, terutama Sumatra, karena saudara bapaknya semuanya di Sumatra. Dan cerita seperti ini bukan saya dengar satu dua kali, sudah berkali-kali. Ini adalah contoh kecil. 

Pastinya ibarat puncak gunung es. Belum lagi hubungan dari segi ekonomi. Di Mesir, hubungan Malaysia dan Indonesia sudah sangat erat. Faktanya, teman-teman Malaysia di Mesir jarang yang bisnis dan teman-teman dari Indonesia-lah yang banyak berbisnis dan target market besarnya adalah dari Malaysia. 

Maklum, jumlah mahasiswa Malaysia di Mesir sekitar hampir 13 ribu, sementara mahasiswa Indonesia di Mesir hanya 4000-an. Selisihnya lumayan jauh. Padahal, jumlah rakyat Malaysia hanya 30 juta dan jumlah rakyat Indoenesia coba tebak berapa ?! Teman-teman kalo ingin tau ramainya hubungan jual beli antara teman-teman Malaysia Indonesia di Mesir, bisa menengok di group facebook bernama : Pasar Mesir. 

Di sana akan kita temukan semuanya. Jual beli yang lumayan ramai. Catatan ini saya tulis apa adanya. Apa yang ada di otak saya dan apa yang saya ingat, ya saya tulis. Yang pasti muaranya pada satu hal, bahwa hubungan Malaysia dan Indonesia di Mesir sudah menjadi saudara sendiri. 

Tajuk yang selalu kita angkat adalah : Ukhuwah Nusantara. Ya, dulu kita pernah dipersatukan dengan Nusantara, sehingga mudah sekali bagi kita untuk melanjutkan ukhuwah ini walaupun sekarang keduanya memiliki nama yang berbeda, untuk kita, kita mengenal dengan Indonesia, untuk mereka kita mengenal dengan Malaysia. 

Sampai di sini dulu catatan ringan saya kali ini, semoga memberikan manfaat buat teman-teman ya. Pernah saya mendengar satu statemen yang membuat saya semangat untuk membangun hubungan lintas negara, "masa depan kita tergantung apa yang kita bangun hari ini, jika saat ini kita membangun hubungan internasional, ya, insya Allah, itulah cerminan masa depan kita". 

So, tetap semangat dan pastikan kita selalu memberikan manfaat untuk yang lain. Kalo gak bisa memberi manfaat, kenapa kita hidup?! :-) Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun