Judulnya umum banget. Emang! Namun, inilah adanya. Saya akan menulis satu hal yang sederhana dari pengalaman saya berhubungan dengan mereka. Sebelum mendebat, tolong baca dulu sampai akhir dan silakan teman-teman menilai sendiri. Bagi saya, Malaysia seperti kaum Anshar dan Indonesia seperti kaum Muhajirin pada masa Nabi Muhammad.Â
Jadi, mesti saling baik membaikkan. Saling membantu, saling menolong. Hidup di Mesir selama hampir 3 tahun dan fokus di studi dan bisnis, menjadikan saya banyak belajar apa arti sebuah pergaulan internasional. Tiap hari saya harus bergaul dan bertemu dengan teman-teman dari banyak negara dengan aneka pemahaman, aneka pemikiran, aneka madzhab sampai aneka agama.Â
Banyak teman-teman saya dari Rusia, dari Malaysia, Singapore, Thailand, Brunei dan dari negara-negara lain. Kami disatukan dalam satu hal, sama-sama hidup di Mesir. Dan saat ini saya benar-benar merasakan, begitu indahnya pertemanan antar negara seperti ini. Bahkan, saya berani bilang, semakin sering kita bertemu dan berkenalan dengan teman baru, itu menyehatkan.Â
Kalo gak percaya, silakan dicoba sendiri. Beneran! Apalagi sekarang, saat saya menjadi ketua tim seminar yang melibatkan peserta dari internasional khususnya teman-teman dari seluruh asia tenggara di Mesir, mulai dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore dan Brunei Darussalam. Hubungan baik dengan semuanya harus benar-benar saya jalin.Â
Saya gak akan menulis terlalu luas. Saya ingin menilai saja dari teman-teman Malaysia yang saya kenal di Mesir. Kesan pertama saya saat bertemu dan berkenalan dengan Presiden mahasiswa seluruh pelajar mahasiswa Malaysia di Mesir yang saat ini sudah sangat akrab dengan saya, bahkan sudah seperti adik kakak, kesan pertama saya adalah mereka orang-orang yang sangat ramah dan begitu menghargai.Â
Pertama kali saya bertemu dengan Presiden Perubatan bernama Wan Hafidzi, Perubatan adalah organisasi induk dari seluruh mahasiswa Malaysia di Mesir untuk jurusan kedokten. Jumlah masanya sekitar ada 7000 orang yang tersebar di seluruh kampus yang ada di Mesir, seperti halnya universita Al-Azhar, 'Ain Syams, Zaqaziq, Alexandria dan masih banyak lagi kampus lain.Â
Saya tidak menyangka sebelumnya. Ternyata hubungan sedekat ini baru pertama kalinya. Mereka bilang sendiri ke saya, sebelumnya hubungan mereka dengan teman-teman dari organisasi Indonesia lebih cenderung begitu ceremonial, dan kami mengawali hubungan itu dengan sangat bersifat kekeluargaan, sudah layaknya sahabat.Â
Bahkan, saking dekatnya, sudah 7 kali saya main ke kantor mereka. Shilaturahim, membahas strategi-strategi yang bisa kami lakukan dan gerak bersama, membicarakan negara masing-masing. Bahkan, wakil presiden yang bernama Abdurrahim, kedua orang tuanya berasal dari Jawa Tengah. Sehingga, dia sangat senang sekali ketika saya dan teman-teman bercerita tentang Indonesia.Â
Saking dekatnya. Sampai-sampai, kemarin saya dan teman-teman dari tim seminar 7 keajaiban rezeki diajak ke kedutaan Malaysa. Semua urusan yang membantu mereka, mereka yang melobikan untuk bisa menembus duta besar Malaysia di Mesir. Mereka melakukannya begitu tulus. Sehingga secara pribadi, saya kagum dengan sikap mereka.Â
Pantas apabila suatu waktu pada saat kami duduk bersama, saya katakan ke mereka : "kita itu, Indonesia ibarat kaum muhajirin dan Malaysia ibarat kaum anshar pada masa Nabi". Dan mereka tersenyum dan mengamini pernyataan saya ini. Coba sekarang kita fikir jernih. Secara keturunan, banyak dari mereka teman-teman kita di Malaysia yang masih banyak sekali memiliki saudara di Indonesia.Â
Banyak dari orang tua mereka yang berasal dari Indonesia. Seorang teman saya yang lain bercerita, dia tidak memiliki saudara sama sekali di Malaysia. Dia hanya bersama orang tuanya yang keduanya sudah berkewarganegaraan Malaysia. Seluruh saudaranya masih di Indonesia dan berkewarganegaraan Indonesia.Â