Hey tunggu dulu. Ini bukan iklan! Beneran. Saya akan menulis tentang sebuah kisah yang semoga menginspirasi buat teman-teman. Sederhana kisahnya. Ada seorang anak yang sejak kecil hidup di dunia pesantren dan tidak kenal dunia luar, namun ia menanamkan cita-cita dalam dirinya, kelak ia akan keliling dunia. Kelak ia akan sukses.Â
Hmm, seperti apa kisah selanjutnya? baca sampai akhir ya. Maksa banget sih. Hehe. Saat ia lulus SMA. Dia malah bingung, gimana mau mewujudkan cita-cita yang selama ini ia pendam dalam dirinya. Tapi ia nekat, gimanapun keadaanya. Apapun resikonya, dia harus bisa mendapatkan apa yang ingin dia dapatkan.Â
Dapat gak? akhirnya dapat. Saat dia ke Jakarta untuk mengikuti tes seleksi di salah satu perguruan tinggi miliknya Saudi, ternyata dia tidak masuk dan tidak diterima, namun, disinilah dia menemukan titik terang, dia dapat informasi untuk bisa melanjutkan studinya di timur tengah. Dia berusaha untuk bisa ikut tes di Surabaya sebagai perwakilan dari departemen agama dan akhirnya lolos.Â
Dia bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri. Udah tau diterima, bukannya suka malah susah. Ya, gimana gak susah. Dia gak punya uang, keluarganya juga bukan dari keluarga yang kaya dan gak punya uang, sementara untuk bisa berangkat ke luar negeri harus dari kantong sendiri. Paling tidak dibutuhkan dana 12 juta, untuk berangkat saja.Â
Dia bingung. Lagi-lagi nekad. Dia nyari sana sini, sampai mengumpulkan saudara-saudaranya untuk patungan dan gimana cara dia untuk meyakinkan para saudaranya? dia bilang, "selama ini keluarga kita belum ada yang pernah kuliah dan belajar ke luar negeri, kapan lagi kalo gak ada yang mengawali, aku yang akan mengawalinya, tapi ada satu hal, tolong bantu. Jika bareng-bareng, pasti mudah".Â
Awalnya ditolak, namun karena kegigihannya, usahanya berhasil, dia dapat uang untuk membeli tiket pesawat ke luar negeri. Sudahkah masalah itu? ternyata makin panjang. Makin banyak masalah yang dihadapinya. Saat dia take off, berangkat ke luar negeri, di sakunya hanya ada uang 40 Dollar saja, tidak ada yang lain dan hp jadul pemberian ayahnya.Â
Dia tidak membawa bekal apa-apa. Dia hanya memiliki niat yang kuat, impian yang tinggi dan nekad. Dia yakin, Allah pasti bantu. Saat mau berangkat dan ayahnya kelihatan ragu, dia meyakinkan ayahnya juga, "Allah gak tidur Pak, saya yang akan tanggung jawab dengan kehidupan saya nanti di luar negeri".Â
Sebenarnya, dia juga bingung, tapi dia berusaha tegar. Gimana kehidupan anak itu saat di luar negeri? Ya, saat baru menginjakkan kaki dan baru satu hari hidup di luar negeri, uang 40 dollar yang dia miliki langsung habis dan dia tidak memiliki sisa uang sama sekali. Dia memutar otaknya agar bisa terus bertahan hidup dan bisa melanjutkan studinya.Â
Mau gak mau, akhirnya dia menemukan cara, menjadi tukang cuci piring di salah satu keluarga dan menjadi tukang cuci baju. Pekerjaan ini dia lakoni sambil menikmati kehidupannya sehari-hari. Pekerjaan dia tingkatkan terus, sampai dia mendapatkan kepercayaan untuk mengurus laundry di KBRI di negara setempat.Â
Pernah juga dia menjual tempe dan tauge. Yang penting halal, dia hantam, asalkan dia bisa bertahan. Setelah satu tahun berjalan. Akhirnya dia dipercaya memegang perusahaan cargo pengiriman dari Mesir ke Indonesia dan setelah satu tahun berikutnya, dia memiliki usaha sendiri dengan perputaran uang puluhan juta per-bulan dan kadang malah mengirim uang ke saudara-saudaranya di Indonesia.Â
Kebetulan, bukan bermaksud sombong, alhamdulillah anak itu adalah saya sendiri. Ini adalah sedikit kisah kehidupan yang saya jalani selama ini. Entah, kadang saya menangis sendiri saat mengingat masa-masa sulit dan harus menghadapinya. Namun, benar apa yang difirmankan oleh Allah, "Ada kesulitan, ada kemudahan". Dan, semua itu tidak berjalan begitu saja.Â
Untuk bisa merubah nasib-nasib itu, saya harus belajar kepada banyak orang. Bergabung dengan komunitas yang mendukung. Saya ingin fokus di dunia bisnis dengan tidak melupakan belajar dan akhirnya dipercaya untuk memegang KPMI (Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia) perwakilan Mesir.Â
Mas Ippho Santosa juga mempercayakan saat saya menawarkan untuk mengadakan seminarnya yang menjadi seminar terbesar dan terlaris di Indonesia dan sering diseminarkan di luar negeri yang bernama 7 Keajaiban Rezeki untuk juga diadakan di Mesir.Â
Saya yakin, semuanya tidak kebetulan. Allah sudah mengatur semuanya. Tinggal kitanya mau gak membaca tanda-tanda Tuhan yang ada setiap harinya. Berani untuk memilih yang baik dan sedikit nekat untuk meraihnya. Perjalanan masih panjang dan belum finish. Selama nyawa masih ada di dalam badan, disitulah tanggung jawab akan selalu dipikul.Â
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat yang lain, kata Nabi. Semoga kita semua termasuk dalam kategori hambaNya yang selalu memberikan manfaat. Menjadi tangan diatas. Menjadi orang-orang yang selalu memberi. Yuk, berjalan bersama.Â
Bermanfaat bersama. Sukses bersama. Berjama'ah akan lebih indah. Harga mahal akan selalu Allah kasih buat para hambaNya yang mau berusaha. Yakin itu! Salam Kompasiana Bisyri Ichwan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H