Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Penampakan di Gua Hira (39)

1 April 2012   01:44 Diperbarui: 27 Agustus 2019   18:35 5022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yes, alhamdulillah bisa melanjutkan menulis lagi untuk catatan yang tertunda, perjalanan umroh ramadhan waktu lalu. Yuk, mari berimaginasi bersama. Kali ini adalah mengenai pengalaman saya bersama teman-teman menuju Gua hira. 

Yup, ini adalah goa yang sangat bersejarah, di sinilah Nabi Muhammad menyepi beberapa bulan sebelum akhirnya mendapatkan wahyu dan diangkat menjadi Nabi. Seperti apa kisahnya? Baca sampai akhir ya. Setelah hari raya. Saya dan teman-teman masih di Saudi, padahal jatah visa udah habis. Apalagi alasanya kalo bukan karena masih kangen ama masjidil haram, masih ingin memperbanyak umroh. 

Mumpung sepi. Ini satu alasan juga. Saat banyak sekali jama'ah dari banyak negara mulai pulang ke negaranya masing-masing. Suka-suka, seperti itulah yang kami lakukan. 

Sampai-sampai saya bersama teman-teman berangkat ke Gua Hira pas jam 2 dinihari, saat enak-enaknya tidur. Kami mencegat setiap mobil yang lewat di kawasan dekat asrama Rubbath. Masih ingatkan Rubbath? baca catatan-catatan saya sebelumnya edisi umroh. Hehe. 

Rubbath adalah asrama teman-teman dari Jawa di Makkah dan umurnya udah lama banget. Lama banget menunggu, sampai akhirnya kami harus ke jalan raya, karena gak dapat kendaraan. Ya mana mau kendaraan ditumpangi hampir jam 3 pagi. Tapi, akhirnya dapat juga, masih mobil bak terbuka. Seingat saya sejenis Hilux Toyota. 

Untungnya masih musim panas, jadi kalo malem anginnya sejuk. Dan saat kami tiba di bawah Jabal Nur, tempat bersemayamnya gua hira, masih sangat sepi sekali, seperti tidak ada kehidupan, semua orang masih pada istirahat. Rupanya, baru saja melangkah, kami bertemu dengan beberapa orang. 

Dari wajahnya sih orang Indonesia. Saat sama-sama menaiki tangga gunung, barulah saya mencoba berkenalan dengan beberapa orang. Hmm, rupanya mereka semua dari Jakarta dan dari travel ESQ, miliknya Pak Ary Ginanjar. 

Rupanya juga, ada salah satu dari rombongan mereka yang sangat akrab wajahnya di kami, dia bernama : Dik Doang. Ya, ada dik doang di sana. Kami berpapasan saat dia turun tangga dan saya bersama teman-teman naik tangga. Akhirnya ya bersalaman saja dan dia turun ke bawah. Saya kira awalnya kami adalah orang pertama, eh, travel ESQ udah duluan ternyata dan mereka lebih pagi mengawalinya untuk mendaki di jabal Nur. 

Jalan agak saya cepatkan. Sehingga sampai di puncak gunung bisa sebelum adzan subuh. Di Jabal Nur lumayan santai mendakinya, udah kayak di Gunung Muria saja, tempat Sunan Muria disemayamkan. 

Banyak tangganya yang rapi dan ada pemegangnya juga di sisi kanan dan kiri. Berbeda keadaannya di jabal Tsur, tempat gua Tsur, tau gua tsur? Yup, goa tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar saat hendak ke Madinah, udah saya catatkan di tulisan sebelumnya. Baca ya. Di atas gak ada air, saya membeli dua botol aqua dan menggunakannya untuk wudlu. 

Sama dengan di kota-kota Saudi lain, hampir semua para pedagannya adalah bukan orang lokal. Di puncak jabal Nur, para pedagangnya adalah berwajah India, Pakistan, Bangladesh, pokoknya wajah-wajah serumpun mereka-lah. Ya, mana mau orang Saudi jualan asongan. Mas Irfan yang berjiwa paparazzi selalu membidikkan Nikonnya ke mana-mana. 

Saya berdiam di pojok, di atas goa, melihat pemandangan indah masjidil haram dari jarah jauh. Dulu, sebelum jam raksasa ada, pemandangan indah itu adalah ka'bah, namun sekarang, pemandangan indah itu adalah jam dan hotel super mewah. Ka'bah tertutup oleh bangunan megah di samping kanan kirinya. Zaman telah berubah. Adzan subuh bersahut-sahutan. Indah sekali. 

Dalam hati berdoa, semoga shalat tetap Allah langgengkan hingga kiamat tiba, selama masih ada bumi dan langit, semoga masih ada orang-orang para hambaNya yang mendirikan shalat, inilah inti dari segala inti, ibadah dari segala ibadah. 

Usai shalat, ada yang menarik perhatian saya. Saya bersama teman-teman, shalat berjama'ah subuh di atas bebatuan di jabal Nur, persis dekat sekali dengan gua hira yang sudah dipadati oleh banyak jama'ah dari banyak negara, termasuk Turki. Imam shalat dari salah satu pembimbing jama'ah travel ESQ. 

Tausiyah. Ini yang menarik perhatian saya itu. Nasehat dari pembimbing travel ESQ. Dia menarik para jama'ah ESQ ke masa lalu dan menghubungkan dengan keadaan kekinian, saya mendengarkan saja dan lama-lama banyak dari mereka yang menangis. Gimana gak nangis, bukti ada di depan mata dan saat menerangkan tentang kisah Nabi, di sinilah dulu Nabi benar-benar mengalami semuanya. 

Jadi bukan hanya teori. Tidak cukup sampai disitu, rupanya di mulut goa sedang ramai. Penasaran membuat saya pergi ke sana. Rupanya, teman-teman jama'ah dari Turki yang ramai dan dari India, mereka beramai ramai membaca shalawat atas Nabi Muhammad. Indah sekali, bahasanya dicampur-campur, tidak hanya bahasa arab. 

Awalnya saya ingin ke depan, melihat dari dekat tempat Nabi dulu sujud dan menyendiri, namun, makin pagi, makin antri, niat saya urungkan, saya dan teman-teman akhirnya duduk di atas gua, menikmati pemandangan indah pagi hari kota Makkah dari puncak gunung. Rasa syukur terucap tulus : Alhamdulillah. 

Nikmat yang begitu agung bisa menikmati keindahan alam pagi. Narsis-narsis. Ya, apalagi kalo bukan ini. Bahkan, ada beberapa teman yang mengambil view bareng para kera. Haha. Ya, beneran loh, di Jabal Nur ini banyak sekali kera liarnya, di sisi kanan kiri gunung. Saya kurang tau, apakah kera-kera ini sudah ada sejak zaman Nabi. Wallahu A'lam. 

Ada penampakan. Hehe. Ini nih intinya, saat kami duduk-duduk santai di dekat warung kelontong masih di puncak gunung, mas irfan yang jago fotografi memperlihatkan penampakan itu, coba tebak apa? Ya, penampakan itu adalah gadis cantik dari negeri seberang, dari Turki. Ini saja sebenarnya penampakan itu. 

Ya, lumayan buat merefresh hari minggu ini saat teman-teman menikmati liburan. walaupun libur, harus tetap produktif ya. Demikian catatan umroh kali dan semoga bisa terus menulis untuk berbagi. Semoga mengispirasi dan bisa umroh lagi. Amin.

Mereka membaca solawat di depan mulut goa hira (Foto : Irfan Islami)
Mereka membaca solawat di depan mulut goa hira (Foto : Irfan Islami)
Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun