Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kuil Nil Philae

17 Juni 2010   10:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_169695" align="alignnone" width="500" caption="Kuil Philae tetap tegar di usianya yang sangat tua (doc. pribadi)"][/caption] Philae (Yunani: Φιλαί, Philai; Kuno Mesir: Pilak, P'aaleq; Arab: أنس الوجود, Anas el Wagud adalah sebuah kuil yang berada di wilayah selatan Mesir di Aswan. Kuil Philae pada awalnya didedikasikan untuk pamakaman dewa Oziris. Kuil Philae juga terletak di pulau yang berada di tengah sungai nil. Di kuil ini ada beberapa bangunan kuil lain yang dibangun oleh beberapa generasi pada masa Mesir kuno. Perjalanan wisata kami di Aswan akhirnya sampai disebuah kuil yang dibangun pada saat Mesir dipegang oleh Yunani pada masa Ptolemeus. Pada saat kami tiba di pintu gerbang masuk menuju sungai nil, ada beberapa kendala yang dihadapi, seorang petugas menghalagi masuk dan meminta seorang pemimpin rombongan untuk membeli tiket terlebih dahulu, namun, setelah tahu bahwa travel yang membawa kami langsung mendapatkan rekomendasi dari departemen pendidikan nasional Mesir, seorang petugas tentara langsung mempersilahkan untuk menaiki perahu. Itupun sudah melalui perdebatan yang lumayan alot. Untuk bisa menuju kuil Philae, kami harus menaiki perahu selama sekitar 15 menit meyusuri sungai nil. Saya infokan lagi, pemandangan sungai nil di kota Fir'aun ini sangat berbeda dengan pemandangan nil di Cairo. Bebatuan, rumput ilalang, burung-burung yang terbang rendah di pinggir sungai dan singgah di batu masih banyak sekali di temukan di sungai nil Aswan, sedangkan di Cairo hanya di temukan keindahannya dari sektor pariwisata yang tidak natural yang berupa hotel, restoran dan perahu speedboat. Tetapi bagaimanapun juga, sungai nil tetap menjadi sensasi tersendiri diumurnya yang entah sudah berapa juta tahun. Melewati bebatuan dan lintasan-lintasan curam, akhirnya kami sampai di sebuah pulau yang berada tepat di tengah sungai nil, menurut wikipedia panjang pulau ini adalah 1.250 kaki (380 m) dan memiliki luas 400 kaki (120 m). Dari sungai sangat terlihat bangunannya yang indah, dari sebuah perahu kecil, pulau ini dari  pilar-pilar yang dimiliki, juga dari tiangnya, tampaknya muncul dari sungai seperti fatamorgana. Pigura batu bertumpuk di kedua sisinya, dan gunung-gunung ungu menutup jarak. Sebagai perahu meluncur semakin dekat antara batu berkilau, yang dipahat menara naik lebih tinggi dan bahkan lebih tinggi terhadap langit. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kehancuran atau usia. Semua tampak kokoh, anggun dan sempurna. Sejak dibuka menjadi tempat wisata, pulau yang di dalamnya ada kuil Philae itu selalu menjadi perhatian para wisatawan dan para ahli sejarah dunia, Pada tahun 1820-an, Joseph Bonomi Muda, seorang Egyptologist Inggris dan kurator museum mengunjungi pulau itu. Begitu pula Amelia Edwards, seorang novelis Inggris di 1873-1874. Turun dari perahu dan memasuki area kuil, kami seakan ditarik kembali ke masa lalu saat kuil ini masih menjadi tempat suci untuk para dewa. Dalam sejarahnya setelah melewati beberapa generasi, kuil pulau di Philae ini konstruksinya dilanjutkan selama tiga abad oleh Dinasti Ptolemeus Yunani dan para penguasa dari Principate Romawi. Dewa utama kompleks candi atau kuil itu adalah Isis, tapi candi dan kuil-kuil lain didedikasikan untuk anaknya Horus dan dewi Hathor. Masa Ptolemeus Hathor sering dikaitkan dengan Isis, yang pada gilirannya berhubungan dengan dewi Yunani Aphrodite. Selama berabad-abad kompleks candi adalah tempat suci untuk menyembah Isis. Candi akhirnya ditutup secara resmi di abad ke-6 M oleh kaisar Bizantium, Justinian (527-565 M). Itu adalah kuil pagan terakhir yang ada di dunia Mediterania. Philae adalah kursi dari agama Kristen serta iman Mesir kuno. Pada akhirnya, kuil Philae pernah diubah menjadi gereja yang didedikasikan untuk Bunda Maria, sampai akhirnya ditutup ketika para pemimpin muslim menaklukkan Mesir pada abad ke-7. Mengunjungi kuil Philae di tengah sungai nil di Aswan bisa menjadi pelajaran tersendiri untuk lebih memahami sejarah peradaban pada masa lalu. Mesir telah melewati generasi dari masa pharouh, Yunani, Romawi hingga Islam masuk dan kembali lagi ke masa penjajahan oleh Perancis dan hingga saat ini. Berwisata sejarah memang selalu mengasyikkan. Sumber : Guide tour dan wikipedia.org [caption id="attachment_169696" align="alignnone" width="500" caption="Philae dari sungai nil (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_169697" align="alignnone" width="500" caption="Reruntuhan yang dilestarikan (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_169699" align="alignnone" width="500" caption="Membaca Philae dari buku sejarah (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_169701" align="alignnone" width="500" caption="Philae dari sisi lain (doc. pribadi)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun