Tulisan ini bukan cerita khayalan atau angan-angan masa depan, tetapi merupakan kisah benar-benar terjadi di Jerman di awal tahun 1900-an tentang seekor kuda yang membuat kagum masyarakat karena jago berhitung. Â Siapa sebenarnya Hans ini dan apakah dia benar-benar kuda jenius atau akal-akalan saja?
Adalah Wilhelm von Osten, seorang guru matematika sekolah menengah dan pelatih kuda amatiran di Jerman yang benar-benar percaya bahwa manusia pada umumnya memandang remeh keahlian berpikir hewan. Â Untuk membuktikan teorinya, von Osten melatih dengan tekun kudanya yang diberi nama Hans beberapa pelajaran dasar berhitung dan Hans dilatih untuk memberi jawaban dengan cara mengetuk kakinya ke tanah dengan jumlah ketukan yang sesuai dengan angka jawaban - sebagain contoh, Hans akan mengetuk kakinya sebanyak 3 kali untuk angka 3, 5 kali untuk angka 5 dan seterusnya.Â
Setelah menguasai pelajaran dasar, van Osten menaikan tingkat kesulitan pelajaran dan Hans sama sekali tidak kesulitan mengikuti dan menguasai teori matematika dan aritmetika, dari penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian, bahkan teori akar kuadrat dan pemecahan pun berhasil dikuasainya. Â Yakin dengan kepintaran kuda asuhannya, van Osten mulai membawa Hans keliling ke beberapa tempat untuk menunjukan ke orang-orang awam betapa jeniusnya si Hans.
Dari satu tempat ke tempat yang lain, orang-orang mulai membicarakan Hans si kuda pintar tersebut. Â Bagaimana tidak, Hans dengan tepat bisa menjawab "Berapa 4 x 3?" dengan mengetuk kakinya 12 kali, "Berapa 20-9?" dengan mengetuk kakinya 11 kali, "Berapa akar dari 16?" dengan mengetuk kakinya 4 kali dan sebagainya. Â
Tidak masalah pertanyaan diajukan secara lisan atau tulisan, Hans tetap bisa memberi jawaban yang benar. Memang Hans tidak selalu 100% memberi jawaban yang tepat, tetapi sekitar 90% jawabannya benar dan untuk ukuran seekor kuda (dan hewan) prestasi ini benar-benar tidak masuk di akal. Â Kepintaran Hans bahkan di sejajarkan dengan anak-anak umur 14 tahun.
Kehebatan Hans menarik perhatian departemen pendidikan Jerman dan untuk membuktikan kepintaran Hans, mereka membentuk sebuah tim pencari fakta yang beranggotakan ahli-ahli dari berbagai bidang, seperti psikologi, pelatih kuda, guru sekolah, pengurus circus dan ahli hewan.Â
Tim ini mencoba berbagai cara, termasuk memisahkan Hans dari pemiliknay, von Osten dan menyuruh orang-orang berbeda untuk memberikan pertanyaan ke Hans. Â Setelah berbagai cara dicoba dan melalui beberapa eksperimen selama lebih dari 1 tahun, tim ini menyimpulkan keahlian Hans adalah nyata alias tidak ada trik-trik dan tipuan khusus.
Sampai kemudian, seorang psikolog dan biolog bernama Oskar Pfungst mendapat kesempatan untuk mempelajari Hans dengan metode yang lain dari yang lain. Â Oskar mencatat bahwa jawaban Hans mulai ngawur ketika si penanya-nya sendiri tidak tahu jawabannya dan ketika mata Hans ditutup sehingga dia tidak bisa melihat. Â
Oskar kemudian menyimpulkan rahasia kehebatan Hans terletak di keahliannya membaca gerak tubuh dan wajah orang. Â Pertama, Hans tahu bahwa dia harus mengetuk kakinya untuk memberi jawaban. Â Kedua, Hans menunggu dan mencermati perubahan gerak tubuh dan ekspresi wajah orang yang memberikan pertanyaan sambil terus mengetuk kakinya. Â Ketiga, ketika Hans melihat perubahan gerak tubuh dan ekspresi wajah, dia tahu bahwa dia sudah memberikan jawaban yang benar dan dia berhenti mengetuk kakinya. Â
Contoh konkritnya: Â ketika ditanya "Berapa 15/3?" Hans mulai mengetuk kakinya dan ketika ketukannya mulai mendekati 5 kali, Hans melihat bagaimana bahasa tubuh dan ekspresi wajah orang yang bertanya mulai berubah dan menjadi klimaks dan tidak jarang disertai suara kagum dan tepuk tangan di ketukan ke 5. Â Hans tahu bahwa dia sudah sampai di ketukan yang benar dan berhenti mengetukan kakinya.