Dengan masuknya kerajaan Inggris, Agra fort jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1803, dan sekitar 50 tahun kemudian, tahun 1857, tempat ini menjadi ajang terjadinya pemberontakan India (Indian rebellion) yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan British East India Company (semacam VOC-nya Inggris).
Seperti disebut diatas, Agra fort merupakan peninggalan bersejarah yang masuk dalam UNESCO's World Heritage. Area Agra Fort mencakup 380 ribu m2. Â Secara arisetktur, tempat ini merupakan peninggalan sejarah yang lengkap, terutama dari masa kejayaan dinasti Mughal. Jahangir Palace, tempat tinggal wanita kerajaan, misalnya merupakan bangunan campuran antara pengaruh Hindu dan Asia tengah.
Yang tak kalah menarik adalah bangunan Diwan I Am, atau bangsal tempat raja atau kepala pemerintahan berdialog dengan rakyat. Â Uniknya di depan bangunan ini terdapat makam John Colvin, seorang pemimpin pemerintahan yang meninggal karena sakit kolera. Â Karena pada waktu dia meniggal sedang panas-panasnya peristiwa pemberontakan India, jasadnya tidak bisa dibawa keluar dari Agra Fort, dan dia dimakamkan di depan bangunan Diwan I Am, yang sampai sekarang diprotes karena dianggap tidak sopan.
Sayangnya, banyak bagian dari Agra Fort yang sampai sekarang dipakai oleh militer setempat, terutama di bagian utara sehingga publik tidak boleh masuk. Â Banyak juga bangunan-bangunan asli yang dihancurkan oleh tentara Inggris sewaktu mereka masuk dan menguasai benteng.
I'timad-ud-Daulah
Tempat menarik ke 3 di kota Agra adalah I'tmad ud Daulah - seperti juga Taj Mahal, tempat ini merupakan makam, tepatnya makam Mizra Ghiyas Beg yang tak lain adalah kakek dari Mumtaz Taj, istri dari Shah Jahan yang dimakamkan di Taj Mahal.