Mohon tunggu...
Mukhamad Bisri
Mukhamad Bisri Mohon Tunggu... Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta -

Mahasiswa Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonomi Islam, Ekonomi Rabbani

25 Agustus 2017   11:46 Diperbarui: 29 Agustus 2017   23:20 8347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketiga, kebebasan. Kebebasan mengandung pengertian bahwa manusia bebas melakukan seluruh aktivitas ekonomi sepanjang tidak ada ketentuan Tuhan yang melarangnya. Manusia bebas membuat keputusan ekonomis yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya, karena dengan kebebasan itu manusia dapat mengoptimalkan potensinya dengan melakukan inovasi dalam kegiatan ekonomi.

Keempat, tanggungjawab. Pertanggungjawaban adalah konsekuensi logis dari kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia. Kebebasan dalam mengelola sumber daya alam dan kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi inilah yang sejatinya akan dipertanggungjawabkan manusia di hadapan Allah nantinya.

Dalam paradigma lain, Yusuf Qardhawi mengemukakan pondasi ekonomi Islam yaitu ekonomi ilahiyah(ketuhanan), ekonomi akhlak, ekonomi kemanusiaan dan ekonomi pertengahan. Pertama, ekonomi ilahiyah maksudnya adalah bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi ilahiyah, karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah, dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariat Allah. Semua aktivitas ekonomi baik produksi, konsumsi, penukaran dan distribusi adalah diikatkan pada prinsip ilahiyah dan pada tujuan Ilahi. Karakteristik Ilahiyah ini didasarkan pada beberapa ayat al-Qur`an :

Artinya : Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al Mulk : 15)

Kedua, ekonomi akhlak. Hal yang membedakan antara sistem Islam dengan sistem manapun, adalah bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya tidak pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami, sebab risalah Islam adalah risalah akhlak. Sabda Rasulullah SAW : "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Kesatuan antara ekonomi dan akhlak ini akan semakin jelas pada setiap aktivitas ekonomi, baik produksi, distribusi, konsumsi dan peredaran. 

Seorang muslim baik secara pribadi maupun bersamasama tidak bebas mengerjakan apa saja yang diinginkannya, atau apa saja yang menguntungkan saja. Tetapi setiap muslim terikat oleh iman dan akhlak pada setiap aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Yusuf Qardhawi mengutip pandangan penulis Perancis, Jack Aster, dalam bukunya Islam dan Perkembangan Ekonomi berkata : Islam adalah sebuah sistem hidup yang aplikatif dan secara bersamaan mengandung nilai-nilai akhlak yang tinggi. Kedua hal ini berkaitan erat, tidak pernah terpisah satu dengan lainnya. 

Dari sini bisa dipastikan bahwa kaum muslimin tidak akan menerima sistem ekonomi kapitalis. Ekonomi yang mengambil kekuatannya dari AL-Qur`an pasti ekonomi yang berkahlak. Akhlak mampu memberikan makna baru terhadap konsep nilai, dan mamapu mengisi kekosongan pikiran yang nyaris muncul akibat alat industrialisasi.

Ketiga, ekonomi kemanusiaan. Ekonomi Islam didasarkan pada Al-Qur`an dan Sunnah yang merupakan nash-nash ilahiyah. Oleh karena itu manusia adalah pihak yang mendapatkan arahan (mukhatab) dari nash-nash tersebut. Manusia berupaya memahamai, menafsirkan, menyimpulkan hukum dari nash-nash tersebut dan manusia pula yang mengusahakan terlaksanya nash-nash tersebut dalam realitas kehidupan, manusia pula yang memindahkan nash tersebut dari tataran pemikiran kepada tatanan pengamalan. 

Oleh sebab itu, ekonomi Islam bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang disyariatkan. Manusia perlu hidup dengan pola hidup yang rabbani dan manusiawi, sehingga ia mampu melaksanakan kewajibannya kepada Tuhannya, dirinya, keluarganya dan kepada manusia secara umum. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manusia adalah merupakan tujuan kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam, sekaligus merupakan sarana dan pelakunya, dengan memanfaatkan berbagai kemampuan dan saran yang diberikan Allah kepada manusia.

Keempat, ekonomi pertengahan/keseimbangan."Ruh" dari ekonomi Islam adalah pertengahan/keseimbangan yang adil. Hal ini sejalan dengan karakteristik umat Islam sebagaimana firman Allah pada Surat Al-Baqarah ayat 143 :

Artinya :...dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orangorang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. AlBaqarah : 143)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun