Mohon tunggu...
Satria Rasyidin Hadddade
Satria Rasyidin Hadddade Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Journalist

Jurnalis Lepas Jurnalis Ruang-online.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Konsep Amor Fati Amatir hingga Lanjutan Dalam Film "Yes Man"

28 Mei 2020   18:30 Diperbarui: 28 Mei 2020   18:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nietzche berkata dalam Ecco Hommo "Resep saya untuk kebesaran manusia adalah Amor Fati". Bagaimana bisa Nietzche mengkonsepkan Amor Fati?

Hal ini bermula ketika Nietzche yang semasa hidupnya pernah berandai-andai, berandai jika dia lahir di Prancis, berandai jika karyanya populer, berandai jika dia bisa bersama seorang yang ia cintai (meski pada akhirnya cinta Nietzche ditolak). 

Konsep Amor Fati tidak akan pernah menghapus memori buruk dalam hidup, Amor Fati adalah tentang menerima apa yang buruk atau baik, yang salah ataupun bijak dalam hidupnya, Amor Fati tidak akan menuduh, melainkan mencintai apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kehidupan. Begitulah Amor Fati yang lahir dari momen krisis Nietzche.

Apa yang Nietzche lakukan rupanya menjadi fenomena yang biasa disebut overthinking. Overthinking biasa dilakukan pada momen krisis kehidupan kita hadir, dimana pada waktu tertentu(biasanya terjadi pada malam hari) kita akan memikirkan apa yang tidak kita lakukan, apa yang seharusnya kita lakukan pada waktu yang sudah terlewat, hingga akhirnya kita tenggelam dalam rasa takut akan masa depan yang padahal belum tentu terjadi seperti masa lalu yang sudah kita bayangkan. 

Amor Fati merupakan konsep yang Nietzche ciptakan untuk mendapatkan kembali kewarasannya setelah proses berpikir yang panjang mengingat kejadian yang tidak terjadi dan berandai-andai pada satu malam, singkatnya overthinking di malam hari. Karena itu overthinking merupakan hal yang buruk, dan bukanlah sebuah proses yang siapa saja bisa lewati sebagai sarana untuk mengevaluasi diri.

Menjadi sebuah korelasi, entah juga belum pernah ada pertanyaan kepada sang sutradara Peyton Reed bahwa filmnya merupakan aktualisasi dari Amor Fati(Yes Man sendiri diadaptasi dari pengalaman hidup Danny Wallace yang akhirnya dia bukukan dengan judul Yes Man).

 Akan tetapi, sebagai seorang yang suka menganalisis, hal ini terpikirkan oleh saya dan keduanya merupakan hal yang sama dalam permasalahan takdir, hanya saja Yes Man lebih seperti Amor Fati pada tahap awal. 

Pada akhir kalimat, sebagai sarana intelektual dan aksiologis, bisakah kamu menggunakan Amor Fati untuk kehidupanmu menjadi lebih baik?

*Bila ada kritik dan saran bisa disampaikan langsung melalui komentar atau email satria.mixer@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun