Mohon tunggu...
Uwaz 1453
Uwaz 1453 Mohon Tunggu... Lainnya - Gemar membaca dan lagi belajar menulis tentang Bisnis Digital

Jika ingin MENGENAL dunia maka MEMBACALAH dan bila ingin DIKENAL dunia maka MENULISLAH kemudian ikatlah ilmu dengan menuliskannya.

Selanjutnya

Tutup

Money

BDS #22: Sepotong Cerita dalam Bisnis Digital

6 November 2020   05:15 Diperbarui: 6 November 2020   05:25 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                BisnisDigital101 present

Bisnis digital Series Artikel ke-22

"Mimpi Buruk Budi"


Setiap tahun pertumbuhan bisnis digital di
Indonesia semakin besar.

Dari hari ke hari ada saja orang yang memulai
bisnis digital.

Mereka menjual apa saja yang bisa dijual secara
online.

Mulai dari pakaian, sepatu, jam tangan, parfum,
tas, makanan, aksesoris mobil, sampai ke jualan
rumah!

Memang semakin kesini semakin mudah untuk
memulai bisnis online.

Informasi semakin banyak.

Modal yang dibutuhkan semakin terjangkau.

Supplier produk juga ada dimana-mana.

Saya punya teman, sebutlah namanya Budi yang sudah
berbisnis digital sejak tahun 2016.

Di internet dia menjual pakaian untuk wanita.

Dia cerita ke saya, semakin hari keuntungan
bisnisnya makin menurun.

Makin banyak saja orang yang ikut meramaikan
jualan pakaian di internet.

Banyak yang menggunakan Facebook, Instagram,
Twitter, dan Whatsapp.

Dia bilang bahwa sekarang ini anak sekolah saja
sudah mulai jualan online.

Padahal mereka masih ikut dengan orang tuanya.

Masih belum punya beban finansial yang harus
ditanggung.

Sekolah masih dibiayai oleh orang tuanya.

Makan dan tidur juga masih menumpang di rumah
orang tuanya.

Tapi dia sudah mulai jualan.

Sudah menjadi saingan yang serius untuk bisnis
milik teman saya tersebut.

"Sialan!" begitu kata Budi, teman saya.

Dia memiliki tanggungan seorang istri dan
dua orang anak.

Dia harus menurunkan harga supaya produknya
tetap laku.

Kemudian dia juga kadang memberikan bonus khusus
kepada konsumennya.

Yah, tentu saja akhirnya dia mengeluh bahwa
bisnisnya makin hari semakin kecil keuntungannya.

Akhirnya Budi menacari-cari lagi produk baru
untuk dia jual disamping pakaian wanita.

Dia mencoba menjual jilbab, keripik, kaos, juga
kosmetik.

Dia juga mencoba membuat makanan unik sendiri
untuk bisa dijual di internet.

Anggapannya adalah dia harus mencari produk yang
unik.

Produk yang tidak ada di pasaran, sehingga dia
bisa menjual tanpa saingan.

Kalau tanpa saingan, berarti kan keuntungannya
masih besar, itu yang ada dalam pikirannya.

Tidak selalu benar bahwa tidak ada saingan itu
berarti bisa untung besar.

Kadang Anda harus mengedukasi pasar bahwa produk
baru yang Anda jual itu bisa bermanfaat.

Nah, untuk mengedukasi itu dibutuhkan usaha
ekstra, yang tentunya biaya ekstra.

Teman saya Budi belum menyadari hal tersebut.

Dia memfokuskan bisnisnya ke produk yang dia
jual.

Lain halnya dengan teman saya yang satu lagi,
sebut saja namanya Wati.

Bagi Wati, berbisnis itu adalah fokus pada
konsumen.

Dengan fokus terhadap kebutuhan konsumen, maka
dia bisa menjual lebih banyak.

Saya akan menceritakan bagaimana caranya Wati
menjual lebih banyak dengan metodenya.

Yaitu fokus terhadap kebutuhan konsumen.

Tapi cerita mengenai metode yang digunakan
Wati akan saya lanjutkan di artikel berikutnya.

Semoga bermanfaat dan memberi inspirasi.

NB: Saya boleh minta tolong?

...terima kasih untuk bantuan RATING nya dengan

...KLIK  tombol BERMANFAAT atau INSPIRATIF...

...sehingga saya bisa terus semangat untuk terus berbagi

melalui tulisan di blog ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun