Mohon tunggu...
Armunanto Heri
Armunanto Heri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nasionalis Lahir dan Besar di Temanggung Menetap Di Cimahi dari 1997 hingga sekarang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mau Dibawa ke Mana Negeri ini

28 Juli 2018   21:32 Diperbarui: 28 Juli 2018   21:33 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Menyimak pernyataan Roky Gerung beberapa waktu yang lalu,

Pemerintah/penguasa adalah produsen hoax terbesar dan terbaik. 

Pada kurun sekarang ini, hampir semua media adalah milik seputaran penguasa. Berita yang benar bisa dipelintir menjadi berita tak benar demikian sebaliknya. Inilah kekuasaan memproduksi hoax. 

Sementara pihak aparat sudah dalam genggaman penguasa melalaikan sumpah prajurit dan nilai2 agung dari agama, adat, norma hukum, dan norma lainnya. Prinsip mereka, tiada kejahatan yg sempurna sementara setiap manusia pasti punya salah dan pelanggaran.... Bahkan ada yg bilang, kalau kita comot orang sembarang dijalan yg tidak kita kenalin pasti ada kesalahan orang tersebut. Inilah dasar kriminalisasi, begitu mudah untuk menjadikan seseorang target ditangkap, dihukum, dan diadili sekehendak penguasa. 

Nafsu syahwat berkuasa dari kelompok yg sudah haus akan kekuasaan yg ingin melanjutkan kekuasaan akan mengerahkan semua kekuatan hoax media, aparat dengan kriminalisasi, manipulasi, bahkan mereka tidak tanggung2 untuk mengerahkan kekuatan iblis dengan sihir, hipnotis, racun kimia, dll. Ancaman dan kekuatan asing juga  ditarik untuk membantunya. Menggantin atau mengambil kekuasaan dari tangan mereka ini adalah sebuah revolusi, sebuah perjuangan berat, tanpa doa yang kuat dan kebersamaan kekompakan maka perjuangan ini akan berat bahkan akan bisa kalah.

Yang jahat dikemas dengan pancasilais, yang kriminalisasi dikemas kebhinekaan, yang ingkar janji dikemas keberhasilan, 

Yang benar dikemas intoleransi,bahkan dikemas teroris, yang baik dijebak, yang vokal dikemas radikal, dll

Negara ini mau dibawa kemana?

Kalau mengelola negara layaknya perusahaan, ya otaknya main jual main sogok, otaknya cuma uang dan uang saja. Lantas apa bedanya dengan VOC? Pejabat yg diuntungkan dan rakyat yang dikorbankan.

Produk2 hukum banyak yang dirubah dan disalahgunakan asal menguntungkan penguasa yg menganggap negara sebagai perusahaan. Ini sudah jelas melanggar cita2 pendiri bangsa. Carut marut dan amburadul, tinggal tunggu kehancuran totalnya saja.

Untuk itu langkah terbaik ada revolusi, kembalikan negara pada cita2 semula para pendiri bangsa. Yaitu kembali kepada UUD 45. Laksanakan dan amalkan UUD 45 secara murni dan konsekuen.

Tanpa kembali kepada UUD 45, maka negara ini benar2 tergadai kepada pihak kompani dan asing.

Rakyat akan menanggung derita berkepanjangan, sistem demokrasi yg membutuhkan biaya sangat besar uangnya akan menyedot dari bawah karena mereka yg ingin duduk dalam kekuasaan legislatif maupun eksekutif membutuhkan dana besar yg mereka juga tidak mau rugi untuk mengembalikan dana yg dipinjam atau yg diambil dari tabungan mereka.

Mari kita upayakan untuk meluruskan arah dan haluan negara ini pada jalur yg benar sesuai cita2 para pejuang yg mengorbankan nyawa dan darah mereka demi meraih kemerdekaan. Sudah merdeka jangan dirusak kembali dengan mengembalikan kekuasaan kepada asing atau kompani/perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun