Mohon tunggu...
Armunanto Heri
Armunanto Heri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nasionalis Lahir dan Besar di Temanggung Menetap Di Cimahi dari 1997 hingga sekarang

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kemerdekaan... Apa Benar Indonesia Telah Merdeka?

7 Agustus 2012   22:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DR. Arif Budiman menulis dalam kata pengantar buku Imperialisme Ekonomi Baru:

"Tanpa kita tahu, tanpa bunyi, binatang yang bernama neo-imperialisme sedang me-rayap masuk ke kamar tidur kita pada saat kita sendiri sedang tidur nyenyak, dibuai mimpi ketidakpedulian. Belumkah datang saatnya kita untuk bangun?"

Drs. Kwik Kian Gie menulis dalam artikel "Proses Terjajahnya Kembali Indonesia Sejak Bulan November 1967" (www.kwikkiangie.com) sebagai berikut:

"Dari berbagai studi oleh ahli sejarah, baik dalam maupun luar negeri yang boleh dikatakan objektif, sejak tahun 1967 kita sudah tidak mandiri. Jauh sebelum itu, tetapi menjadi sangat jelas setelahnya, dapat kita lihat hubungan yang sangat erat antara kebijakan pemerintah Indonesia dan apa yang tercantum dalam country strategy report yang disusun oleh Bank Dunia dan Bank pembangunan Asia, serta segala sesuatu yang didiktekan kepada pemerintah Indonesia dalam bentuk Memorandum of Econo-mic and Financial Policies (MEFP) yang lebih dikenal dengan sebutan Letter of Intent."

Setelah membaca pengakuan pelaku sejarah dan pernyataan para pakar dari luar dan dalam negeri sendiri kiranya setiap anak bangsa perlu lebih jauh mengetahui bahwa:

Akibat pemerintah Orde Baru tertipu ideologi pembangunan yang ditawarkan agen-agen penjajah asing, yang cirinya antara lain: penyusunan anggaran (APBN) yang selalu defisit dan boros, bertumpu pada utang luar negeri, bersifat diskriminatif/anti keadilan (menguntungkan pihak asing dan segelintir WNI), dan menggunakan kekuatan legislasi melalui proses demokrasi yang dicurangi, maka sejak saat itu sesungguhnya pemerintah kita tidak lebih dari boneka yang dikendalikan kaum rentenir internasional, sehingga tidaklah aneh apabila hasilnya bukan kemakmuran bagi semua, melainkan jatuhnya sebagian besar kekayaan alam kita ke tangan asing, munculnya kaum elite ekonomi (sekitar 400-an keluarga) yang menguasai ribuan perusahaan dan mengendalikan ekonomi nasional, dan mayoritas rakyat yang terpinggirkan hidup dalam kemiskinan dan harus pula menanggung utang yang sulit dilunasi, plus banyaknya pengangguran dan kerusakan moral mewabah di seantero negeri;

Bahwa pemiskinan bangsa melalui utang, politik diskriminasi dan pengurasan kekayaan alam itu begitu dahsyatnya sehingga pemerintah sejak 1987 tak lagi mampu membayar cicilan pokok utang dan bunganya kecuali dengan utang baru (bayar utang dengan utang);

Bahwa setelah reformasi, para bandit politik telah mensahkan (menurut BIN) tidak kurang dari 72 undang-undang yang memihak kepada kepentingan/penjajahan asing, di antaranya UU Migas yang isinya antara lain menyatakan bahwa, Indonesia hanya boleh menggunakan maksimal 25% dari produksi gas alam-nya dan rakyat Indonesia harus membeli gas dengan "harga dunia" (yang 5X lebih mahal dari harga semestinya);

Bahwa total utang pemerintah kita (2012) mencapai hampir 2000 triliun (naik hampir 500 triliun setelah reformasi), dan bila dihitung per kepala maka setiap orang menanggung Rp 7,9 juta. Hampir bisa dipastikan utang itu akan bertambah lagi di masa datang dan tidak seorang pun dapat memprediksi kapan pemerintah dapat melunasi utangnya, yang berarti bahwa anak cucu kita, entah sampai berapa generasi, akan terus menanggung pembayaran utang yang terus berbunga melalui aneka pajak yang telah dan akan diadakan, dan membayar berbagai kebutuhan pokok seperti air, gas, BBM dan listrik dengan harga yang selalu meningkat dari waktu ke waktu.

Bahwa salah satu tindakan pemerintah yang sangat gila dan menista rakyat Indonesia adalah keputusannya menyangkut BLBI yang membebankan bunga utang para bankir konglomerat sebesar puluhan triliun rupiah per tahun selama 30 tahun kepada seluruh rakyat Indonesia;

Fakta tersebut di atas hanyalah sebagian dari potret penjajahan baru yang menyengsarakan bangsa kita saat ini dan generasi mendatang. Bangsa-bangsa lain di Asia, Afrika dan Amerika Latin juga mengalami nasib serupa. Sudah banyak artikel dan buku yang ditulis oleh para pakar tentang neo-imperialisme di negeri kita ini. Akan tetapi mengapa mayoritas bangsa Indonesia, seperti kata DR. Arif budiman di atas, terus saja tak peduli akan penjajahan ini dan tak kunjung bangkit melakukan perlawanan? Mengapa kita seperti tak punya nyali mengha-dapi kaum neo-imperialis? Apakah kita telah terbius dengan ilusi kemerdekaan yang setiap tanggal 17 Agustus kita rayakan dengan penuh suka cita ataukah bangsa kita memang terlalu dungu untuk mampu membedakan kemerdekaan dari penjajahan? Ataukah senjata mind control (pengendalian pikiran) yang digunakan kaum penjajah telah benar-benar berhasil mengecoh dan melumpuhkan akal kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun