Di bawah langit yang terlupa, Â
Kita berdiri, menatap sunyi, Â
Tak ada bintang, tak ada cahaya, Â
Hanya jejak waktu yang merintih sendiri.
Langit ini pernah kita kenal, Â
Di mana angin membawa cerita, Â
Tentang mimpi yang terbang tinggi, Â
Tentang harapan yang tak pernah mati.
Namun kini, semuanya pudar, Â
Tersapu oleh debu dan bayangan, Â
Langit biru menjadi abu-abu, Â
Seperti kenangan yang perlahan hilang.
Di bawah langit yang terlupa, Â
Kita mencari jejak-jejak lama, Â
Sebuah cerita yang tertinggal, Â
Di antara dahan-dahan waktu yang patah.
Apakah kita terlalu sibuk mengejar? Â
Hingga lupa pada tempat kita berdiri, Â
Apakah kita terlalu lelah bermimpi? Â
Hingga langit ini menjadi asing lagi.
Mungkin, di sini kita harus berhenti, Â
Sekadar menatap, sekadar mengingat, Â
Bahwa di bawah langit yang terlupa ini, Â
Ada kisah yang pernah hidup, pernah nyata.
Dan meski langit tak lagi sama, Â
Kita adalah saksi, Â
Bahwa segala yang hilang, Â
Tak selalu berarti terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H