Mohon tunggu...
Bisma Ziyad Arafat
Bisma Ziyad Arafat Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bukan kutu buku tapi kadang suka baca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dilema Aktivis: Program Kampus Merdeka Membunuh Organisasi ?

29 Agustus 2024   00:45 Diperbarui: 29 Agustus 2024   20:54 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa pada tahun 1998 dimana Gedung DPR Republik Indonesia diduduki oleh lautan mahasiswa yang menandai berakhirnya orde baru menjadi suatu memori yang melekat dan selalu digaungkan hingga saat ini oleh mahasiswa-mahasiswa yang ikut organisasi untuk dijadikan pembelajaran. 

Peristiwa tersebut memberikan gambaran yang nyata bahwa mahasiswa berperan penting dalam terjadinya suatu perubahan sosial dan memberikan kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan. Terlepas dari kejadian itu, sudah banyak pergerakan-pergerakan aksi-massa yang dilakukan para aktivis mahasiswa yang progresif-revolusioner hingga saat ini.

Seiring berkembangnya zaman dan alih tangan roda pemerintahan, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi organisasi kemahasiswaan. Pada periode ke-2 pemerintahan presiden Joko Widodo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mencanangkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan tujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja. Program ini memberikan sebuah pukulan telak terhadap paradigma mahasiswa dalam mengarungi dunia perkuliahan.

Pengaruh yang diberikan oleh program pemerintah, terkhususnya Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merambat secara langsung dan komprehensif terhadap cara pandang mahasiswa dalam berorganisasi, dan secara khusus kepada para aktivis mahasiswa. 

Ini memberikan dilema kepada para aktivis mahasiswa untuk menganggap apakah program pemerintah ini disebut sebagai ancaman atau peluang. Ini menjadi problematika yang pelik hampir pada seluruh kampus yang tersebar di Indonesia.

Disatu sisi, program MBKM memberikan angin segar bagi mahasiswa untuk lebih jauh mengeksplorasi minat dan bakatnya selama berkuliah. Mahasiswa juga mendapatkan tawaran menarik berupa rekognisi SKS sehingga tidak perlu lagi untuk mengikuti perkuliahan didalam kelas. Beberapa program juga memberikan insentif kepada mahasiswa dalam pelaksanaannya. 

Hal ini membuat banyak mahasiswa yang berbondong-bondong untuk mengikuti program-program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Di sisi lain, program ini (MBKM) dipandang memberikan dampak negatif dalam keberlangsungan organisasi kemahasiswaan. Banyak mahasiswa yang beralih dan lebih memilih program MBKM karena dirasa lebih menjanjikan daripada organisasi mahasiswa yang konveksional dan tradisional. 

Ini menyebabkan beberapa mahasiswa yang sebelumnya sudah berorganisasi beralih untuk fokus pada program-program MBKM. Para aktivis mahasiswa pun mulai menganggap bahwa keberadaan MBKM ini bagaikan racun yang perlahan membunuh kehidupan organisasi.

Dalam dilema seperti diatas, para aktivis mahasiswa diuji pikirannya dalam menemukan titik terang problematika tersebut. Disini saya mengungkapkan bahwa selama kita ini adalah makhluk sosial dan saling membutuhkan, maka ilmu organisasi ini tetap relevan tak luput dimakan zaman. 

Pengalaman yang didapatkan dalam organisasi berupa kemampuan memecahkan masalah, public speaking, dan relasi akan menjadi poin penting dalam kehidupan bermasyarakat nantinya. Maka dari itu, dibandingkan harus meng-eleminasi salah satu, para aktivis mahasiswa harusnya menemukan suatu sinthesa agar organisasi kemahasiswaan ini dapat berjalan berdampingan dengan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). 

Organisasi kemahasiswaan harus dirancang agar adaptif terhadap perubahan dan harus melakukan program kerja yang dapat berkolaborasi dengan program-program MBKM. Sehingga keberadaan dari program-program MBKM ini malah menjadi suatu peluang untuk menarik minat mahasiswa untuk berorganisasi. Namun, pada dasarnya memang tidak semua program-program yang ditawarkan MBKM dapat diselaraskan dengan kegiatan organisasi kemahasiswaan. Disini lah peran para aktivis mahasiswa untuk selalu menemukan terobosan-terobosan baru agar kegiatan berorganisasi tetap hidup dan mencetak intelektual organik yang bermanfaat terhadap masyarakat nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun