Situs Megalitik di Desa Rinduhati, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan merupakan salah satu lokasi penting yang mencerminkan peradaban megalitik di kawasan perbukitan Pasemah. Kawasan ini dikenal kaya akan tinggalan masa prasejarah yang menjadi saksi bisu kehidupan dan kepercayaaan masyarakat masa lalu, terutama perkembangan tradisi megalitik. Berbagai arca batu berukuran besar menghiasi situs ini, seperti arca manusia, arca hewan, dan lumpang batu. Setiap artefak memiliki detail yang unik, mencerminkan nilai simbolis dan fungsi tertentu dalam masyarakat prasejarah. Namun, situs yang menyimpan warisan budaya berharga ini kini terancam oleh berbagai aktivitas manusia yang berpotensi merusak keberlangsungan tinggalan bersejarah tersebut.Â
Pesona Megalitik Desa Rinduhati
Desa Rinduhati, yang dikeliling oleh kebun karet dan kopi dengan latar belakang Perbukitan Gumay Ulu yang asri, menyimpan tinggalan budaya megalitik yang berharga. Di desa ini terdapat dua situs penting, yakni Situs Batu Tigas dan Situs Batu Besak, yang menjadi saksi peradaban megalitik pada masa lalu.
Situs Batu Tigas menampilkan sejumlah arca batu berukuran besar yang menggambarkan manusia sedang menunggang hewan, seperti gajah dan kerbau. Beberapa arca tersebut menghadap ke sebuah dolmen dengan posisinya berada di tengah. Lalu, di Situs Batu Besak terdapat dua arca manusia, satu dalam kondisi utuh dan satunya lagi dalam kondisi tidak utuh. Arca manusia dengan kondisi utuh berada dalam posisi duduk dengan lutut menekuk dan mengenakan busana yang menyerupai ponco.
Ancaman KerusakanÂ
Namun, keindahan situs ini kini menghadapi permasalahan pelestarian salah satunya yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Contoh perilakunya seperti memanjat arca sembaranga di Situs Batu Tigas yang menimbulkan risiko kerusakan pada material batu.
"Anak-anak dari desa sebelah sering berkumpul di sini, terkadang mereka naik ke arca-arca. Kadang mereka datang untuk minum-minuman keras atau sekadar mencari sinyal, karena sinyal di lokasi ini memang cukup kuat," ujar Juru Pelihara Situs Batu Tigas, Dirmansyah. Meski demikian, Juru Pelihara Situs Batu Tigas telah memperingatkan anak-anak tersebut agar tidak berkumpul di area situs, dan kini mereka sudah jarang terlihat di sekitar situs.
Pada Situs Batu Besak, salah satu arca mengalami kerusakan parah setelah sebuah ekskavator mengenai arca tersebut saat pembukaan lahan. Kepala arca terpenggal dan punggungnya terlepas dari badannya.
"Menurut cerita warga setempat sekitar tahun akhir 90-an, dahulu lahan di sekitar arca-arca merupakan tanah yang datar. Warga berencana membuka jalan di sekitar lokasi tersebut. Maka didatangkanlah ekskavator untuk membersihkan area itu. Namun, para pekerja tidak mengetahui keberadaan arca di lokasi tersebut. Saat pekerjaan berlangsung, salah satu arca tergusur dan akhirnya roboh dan rusak," ucap Juru Pelihara Situs Megalitik Batu Besak, Mirhansyah.
Selain itu, Situs Batu Besak yang berada di lingkungan dengan banyaknya tanaman tahunan juga menghadapi ancaman tertimpa batang pohon besar. Sebagai gambaran situs ini berada di dalam lahan perkebunan karet, sehingga kondisi batu juga terancam pelapukan alami akibat tumbuhan lumut dan jamur yang dapat mempercepat kerusakan tinggalan megalitik tersebut.
Namun, terdapat upaya pelestarian yang sudah dilakukan pada Situs Batu Besak, salah satunya upaya pencegahan pertumbuhan lumut dengan memasang batu kerikil pada bagian dasar arca di salah satu arca manusia yang berdiri tegak. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga area di sekitar arca tetap kering atau tidak lagi lembap sehingga meminimalisir pertumbuhan lumut di permukaan batuan arca.
"Batu-batu ini dipasang agar bagian bawah arca tidak lembap dan melindungi arca saat hujan," ujar Juru Pelihara Situs Batu Besak, Mirhansyah.
Harapan dan Masa Depan
Pemerintah setempat diharapkan memberikan dukungan lebih dalam melestarikan tinggalan megalitik di Situs Batu Tigas dan Situs Batu Besak, yang terletak di Desa Rinduhati. Para pemerhati budaya berharap agar situs-situs ini dapat memperoleh perhatian dan pelindungan yang memadai dari pihak terkait, termasuk langkah-langkah seperti pemasangan pagar, atap pelindung, dan perawatan rutin. Dengan adanya pengamanan yang lebih baik, situs-situs ini diharapkan dapat terhindar dari kerusakan lebih lanjut.
Selain itu, pemerintah dapat mengangkat nilai sejarah dan budaya dari kedua situs ini sehingga mereka berpotensi menjadi daya tarik wisata budaya. Letaknya yang strategis di jalur lintas Lahat-Pagar Alam -jalur yang sering dilalui pengendara- membuka peluang bagi kedua situs tersebut untuk menjadi destinasi wisata yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H