Mohon tunggu...
Bisma Putra Sampurna
Bisma Putra Sampurna Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial dan Politik. \r\n\r\n\r\nAnggota Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (APBIPA)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paspor Diplomatik Diperjualbelikan

7 Oktober 2013   17:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:52 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Max Brugger dalam cover The Ambassador

Dugaan Korupsi Varney Sherman:

Kegagalan

Masyarakat Internasional dalam Mengungkap Dugaan Korupsi Politik di Liberia ?

Tulisan ini akan membahas mengenai kegagalan peran masyarakat internasional dalam mengungkap dugaan korupsi politik di Liberia dengan merujuk Max Brugger sebagai individu yang terlibat. Korupsi politik sendiri dapat didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan public oleh pejabat/elit yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan dengan tujuan untuk melanggengkan kekuasaan atau akumulasi capital.

Dugaan korupsi yang dilakukan oleh Varney Sherman dalam kasus pembelian gelar diplomatik oleh jurnalis asal Denmark (Mads Brugger) dalam film dokumenter berjudul The Ambassador (2011) akan menjadi studi kasus yang digunakan untuk menjelaskan hal ini. Dalam misinya, Brugger ingin mencoba untuk membuka fenomena korupsi politik berupa praktek pembelian gelar diplomatik yang jamak terjadi di negara-negara berkembang, khususnya di kawasan sub-sahara, dengan berperan sebagai warga negara asing yang ingin mendapatkan gelar diplomatik untuk mendapatkan akses terhadap perdagangan berlian di Republik Afrika Tengah. Gelar diplomatik yang didapatkan pada umumnya digunakan untuk memperlancar kepentingan bisnis di wilayah tertentu.

Korupsi politik di Liberia terkait pembelian gelar diplomatik oleh warga negara asing pada dasarnya telah terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama dan dalam jumlah yang cukup besar. Dalam kurun waktu sepuluh tahun saja (1990-2000), tercatat terdapat lebih dari 2.000 gelar diplomatik telah diperjualbelikan oleh Pemerintah Liberia. Hal yang menjadi menarik adalah walaupun Liberia memiliki catatan yang cukup tinggi terkait hal tersebut, namun belum pernah ada investigasi yang diajukan oleh lembaga penanganan korupsi, baik dari dalam maupun luar negeri, terhadap pejabat pemerintahan yang terlibat. Berdasarkan hal ini, film dokumenter yang diproduseri Brugger dapat dikatakan merupakan salah satu pionir dalam mengungkap fenomena korupsi politik yang terjadi di Liberia.

Dalam film tersebut, Varney Sherman merupakan salah satu pejabat publik yang terlibat langsung dalam proses penjualan gelar diplomatik kepada Brugger. Sherman pada saat itu merupakan ketua dari partai yang berkuasa di Liberia, yaitu Unity Party. Dalam kasus penjualan gelar diplomatik, Sherman diduga menerima suap sebesar 30.000 dolar AS guna memperlancar proses administrasi yang dibutuhkan. Hingga saat ini belum ada tuntutan maupun investigasi terhadap tindakan yang dilakukannya oleh lembaga anti-korupsi, baik pada tingkat nasional dan internasional. Tidak adanya tindakan dari lembaga penanganan korupsi terhadap hal ini pada dasarnya dapat dipandang sebagai sebuah bentuk kegagalan masyarakat internasional dalam mendorong pengungkapan dugaan korupsi politik dalam kasus pembelian gelar diplomatik di Liberia. Berdasarkan hal tersebut, saya meyakini bahwa kegagalan Budger dalam mendorong pengungkapan kasus ini disebabkan oleh tiga hal utama, yaitu adanya ketidakseriusan Pemerintah Liberia dalam proses pengangan masalah korupsi, kurangnya dukungan dari lembaga-lembaga anti-korupsi internasional, dan kurangnya bukti empiris yang dimiliki oleh Budger.

Dalam konteks penanganan korupsi, secara keseluruhan pada dasarnya Pemerintah Liberia telah melakukan berbagai upaya strategis untuk menyelesaikan permasalahan ini. Namun dalam kasus korupsi mengenai pembelian gelar diplomatik terdapat kesan bahwa Pemerintah Liberia tidak bersungguh-sungguh dalam upaya penanganannya. Terlepas dari kepentingan nasional yang ada, berdasarkan laporan berkala yang dikeluarkan oleh Komisi Anti-Korupsi Liberia (LACC), hingga saat ini belum ada investigasi satupun terhadap kasus pembelian gelar diplomatik oleh warga negara asing. Investigasi terhadap dugaan penerimaan suap yang ditujukan pada Sherman juga belum pernah disinggung oleh lembaga pemerintah terkait pasca beredarnya film The Ambassador. Keadaan ini sangatlah memprihatinkan karena dalam rekaman video yang dimasukkan menjadi bagian dari film, terdapat rekaman percakapan antara Brugger dengan Sherman yang memperlihatkan secara jelas peran Sherman dalam membantu Brugger untuk mendapatkan gelar diplomatiknya. Seharusnya rekaman tersebut dapat menjadi basis yang kuat bagi lembaga penanganan korupsi untuk menjatuhkan tuduhan terhadap Sherman.

Ketidakseriusan Pemerintah Liberia dalam menangani hal ini juga dapat dilihat dari sikap pejabat-pejabat negara terkait dalam memandang permasalahan ini. Sekalipun Liberia telah meratifikasi African Convention on Preventing and Combatting Corruption pada tahun 2007, namun sikap yang ditunjukkan pejabat negara seringkali seolah-olah mengesankan bahwa mereka tidak melihat praktek korupsi sebagai hal yang sangat membahayakan. Sebagai contohnya, pada April lalu, Menteri Hukum Liberia, Christiana Tah, mengkritik laporan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengenai pandangan AS terhadap sistem penanganan korupsi di Liberia. Dalam laporannya AS memandang bahwa aturan legal bagi koruptor di Liberia cenderung ringan jika dibandingkan dengan tingkat kejahatan yang dilakukannya. Selain itu, cakupan kasus yang ditangani juga cenderung belum dapat melingkupi permasalahan-permasalahan korupsi yang ada. Terkait hal tersebut Tah mengkiritik bahwa laporan yang dikeluarkan AS pada dasarnya sangat subjektif dan tidak cukup ideal untuk dijadikan penilaian terhadap keadaan yang terjadi di Liberia. Selain itu, penolakan terhadap laporan Pemerintah AS oleh Presiden Ellen terkait permasalahan impunitas yang dimiliki oleh elit pemerintahan yang terlibat dalam permasalahan korupsi, merupakan contoh lain yang dapat dijadikan gambaran dalam memandang adanya ketidakseriusan oleh Pemerintah Liberia dalam penanganan kasus korupsi, khususnya dalam pembelian gelar diplomatik. Melihat hal ini saya berpandangan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pejabat Pemerintahan Liberia, khsususnya Tah, secara tidak langsung memberi kesan bahwa korupsi belum dipandang sebagai sebuah ancaman yang besar bagi Pemerintah Liberia. Munculnya pandangan ini disebabkan karena jika memang Pemerintah Liberia memiliki keinginan penuh untuk memperbaiki proses penanganan permasalahan korupsi, maka sebaiknya laporan ataupun data yang ada terkait korupsi dijadikan acuan lanjutan sebagai bahan evaluasi dari implementasi kebijakan yang telah dilakukannya.

Sebab lain yang menyebabkan masyarakat internasional (Brugger) cenderung gagal dalam mengungkap kasus dugaan penerimaan suap terhadap Sherman pada isu pembelian gelar diplomatik adalah dikarenakan kurangnya dukungan dari organisasi internasional yang ada. Sejak kasus dugaan penerimaan suap pembelian gelar diplomatik di Liberia terjadi pada 2010, kecenderungan yang ada memperlihatkan tingkat keterlibatan yang sangat rendah dari organisasi-organisasi internasional. Bahkan, organisasi seperti Uni Afrika, serta Department for International Development, yang memiliki agenda khusus untuk menyelesaikan permasalahan korupsi di Liberia, dalam rancangan agendanya tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap isu ini.

Dalam mengatasi permasalahan korupsi politik yang terjadi di suatu negara, tidak dapat dipungkiri bahwa organisasi internasional, baik non-governmental organizations (NGOs) maupun Inter-governmental organizations (IGOs), memiliki peranan yang sangat krusial. Hal ini dikarenakan organisasi internasional cenderung dapat berperan lebih independen. Dengan perannya yang independen, organisasi internasional menjadi lebih mampu untuk menghindari berbagai konflik kepentingan yang ada, jika dibandingkan dengan lembaga penanganan korupsi yang berada dibawah pemerintah. Sehingga dalam upaya penanganan kasus korupsi, organisasi internasional dapat lebih leluasa dalam memantau suatu permasalahan dalam konteks yang lebih spesifik. Sebaliknya,  ketika organisasi internasional tidak terlibat dalam suatu isu korupsi, maka dapat diasumsikan bahwa proses pengungkapan maupun investigasi suatu kasus akan sangat rentan dari adanya kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas pemantauan isu tersebut, atau bahkan dapat membuat isu tersebut cenderung disingkirkan dari kerangka agenda pemberantasan korupsi yang ada. Jika dikaitkan kembali kepada kasus dugaan penerimaan suap dalam pembelian gelar diplomatik, maka tidak mengherankan jika kasus tersebut seolah tidak pernah terjadi, dikarenakan tidak adanya pemantauan secara intensif dari organisasi-organisasi yang bersifat independen. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika Sherman menggunakan kekuasaannya untuk mengalihkan agenda pemberantasan korupsi LCCC. Karena berdasarkan fakta yang ada, Sherman merupakan ketua partai dari partai yang berkuasa di Liberia, yang notabene-nya merupakan partai dari Presiden Liberia saat ini. Oleh karena itu, maka pada dasarnya organisasi internasional merupakan aktor yang sangat dibutuhkan dalam membantu penyelesaian isu-isu korupsi, terutama di negara-negara berkembang yang rentan akan adanya konflik kepentingan diantara aktor-aktor politik yang terlibat.

Penyebab terakhir gagalnya masyarakat internasional dalam menjalankan perannya pada pengungkapan kasus dugaan penerimaan suap dalam pembelian gelar diplomatik di Liberia adalah karena Brugger tidak bisa memberikan bukti empiris yang cukup untuk membuktikan bahwa Sherman menerima suap. Dalam rekaman video memang terdapat indikasi bahwa Sherman  Brugger telah memberikan uang sebesar 30.000 dolar AS, namun uang tersebut tidak diserahkan langsung kepada Sherman, melainkan melalui salah satu asistennya. Tidak adanya bukti empiris yang dapat diverifikasi, secara tidak langsung membuat dugaan penerimaan suap ini menjadi sangat sulit untuk dibuktikan,

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan sebelumnya, dapat dipahami bahwa pada dasarnya terdapat tiga penyebab utama yang membuat masyarakat internasional gagal dalam menajalankan perannya secara optimal pada pengungkapan kasus korupsi politik di Liberia dalam isu pembelian gelar diplomatik, yaitu adanya ketidakseriusan Pemerintah Liberia dalam proses pengangan masalah korupsi, kurangnya dukungan dari lembaga-lembaga anti-korupsi internasional, dan kurangnya bukti empiris yang dimiliki oleh Brugger.

[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Varney Sherman"][/caption] [caption id="" align="alignright" width="680" caption="Max Brugger dalam cover The Ambassador"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun