Mohon tunggu...
Bisma Putra Sampurna
Bisma Putra Sampurna Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial dan Politik. \r\n\r\n\r\nAnggota Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (APBIPA)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Konsep Kohesi Sosial

7 Oktober 2013   15:40 Diperbarui: 4 April 2017   17:30 15597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kohesi Sosial

Membahas mengenai hubungan sosial terdapat berbagai macam konsep kohesi sosial yang sangat beragam tergantung kepada waktu, budaya, dll.  Dalam kohesi sosial kontemporer dapat didefinisasikan sebagai kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anggotanya termasuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup didalamnya. Definisi ini mengacu terhadap penjelasan dari Council of Europe’s Strategy for Social Cohesion yang menekankan komitmen sosial untuk mengurangi perselisihan dan mencegah pengelompokan.

Secara etimologi kohesi merupakan kemampuan suatu kelompok untuk menyatu, dan kohesi sosial merupakan hasil dari hubungan undividu dan lembaga. Pengertian mengenai konsep kohesi sosial yang asli sendiri berasal dari tesis Emile Durkheim. Menurutnya terdapat solidaritas mekanik yang diindikasikan dengan adanya aktor yang kuat dalam masyarakat, lalu terdapat solidaritas organik yang diindikasikan dengan saling bergantungnya individu maka akan terbentuk suatu kohesi sosial dengan sendirinya. Definisi lainnya didasarkan kepada keterikatan masyarakat yang terbentuk dengan sendirinya dan bukan hasil dari pemahaman untuk mencapai kohesi sosial. Lalu terdapat definisi yang didasari oleh persamaan nilai dan rasa memiliki, menjelaskan bahwa kohesi sosial tercipta karena persamaan nilai, persamaan tantangan dan kesempatan yang setara didasari oleh harapan dan kepercayaan. Pengertian atau definisi yang terakhir didasari oleh kemampuan untuk bekerja bersama dalam suatu entitas yang akan menghasilkan kohesi sosial.

Kohesi sosial bukanlah konsep yang tercipta secara teknis, melainkan suatu interpretasi yang didasarkan pada pengalaman empirik yang dialami oleh pelaku di lembaga yang termotivasi karena rasa tanggung jawab untuk mencari solusi dari konflik yang terjadi di masyarakat. Kohesi sosial juga memfokuskan kepada tujuan politik. Tujuan politik yang ingin dicapai pada masa kini menekankan mengenai upaya pemenuhan hak individual berupa hak sipil dan politik serta ekonomi dan sosial. Sementara itu, kohesi sosial dianggap bukan merupakan suatu proses natural yang terjadi begitu saja, namun merupakan hasil dari hubungan dari individu dengan lembaga atau institusi dalam suatu aturan yang diakui dalam suatu komunitas. Maka dari itu aturan main yang berlaku berasal dari komunitas tertentu untuk lingkungan didalamnya.

Terdapat empat elemen yang secara mutlak tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keadaan dimana masyarakat  sejahtera dan lingkungan terbebas dari konflik sosial. Keempat elemen ini secara garis besar merupakan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) yang berupa kesetaraan tanpa adanya diskriminasi, harkat dan martabat dijunjung tinggi, komitmen untuk berpartisipasi serta kebebasan individu dengan adanya pengembangan diri.

Keempat hal ini merupakan bagian yang terikat dan saling bergantung satu sama lain, sehingga untuk mewujudkan kohesi sosial yang didasari oleh kesejahteraan masyarakat diperlukan keseimbangan akan empat instrumen ini. Sedangkan dalam menjawab tantangan tentang bagaimana menciptakan kohesi sosial dalam masyarakat kontemporer, jawabannya kembali kepada mewujudkan lingkungan yang berdasar pada solidaritas organic, karena masyarakat kontemporer sangatlah  tergantung akan pemenuhan hak bagi setiap individu yang menyebabkan ketergantungan antar individu yang ada.

Kohesi sosial dapat terbentuk dan diidentifikasi melalui suatu pendekatan, akan tetapi terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memahaminya. Sedangkan hubungan masyarakat kontemporer tidak lagi tercipta melalui kebiasaan dan pengetahuan yang melegitimasi tindakannya, melainkan lingkungan dari hubungan masyarakat ini yang meligitimasi tindakannya didasari dengan rasa hormat kepada sesama.

Pendekatan yang pertama ialah negative approach (pendekatan negatif). Pendekatan ini memandang kohesi sosial di masyarakat tidak terjadi karena adanya hal/faktor negatif yang menyebabkan tidak terciptanya hubungan masyarakat yang baik. Seperti kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktrr penyebabnya.

Pendekatan yang kedua adalah positive approach (pendekatan positif). Pendekatan ini menekankan bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kemampuan untuk mendapatkan kualitas hidup yang bagus bagi dirinya atau dalam arti kata lain untuk membentuk keadaan dimana kohesi sosial dapat tercipta berdasar kualitas hidup.

Pendekatan postitif ini dibagi menjadi empat penedekatan. Pertama, Territorial cohesion approach yang berdasar kepada prinsip solidaritas teritorial yang terjadi antara aggota uni eropa dengan wilayahnya. Solidaritas teritorial ini dianggap akan menciptakan kohesi sosial karena keadaan ini akan mengurangi adanya perbedaan di wilayah tersebut. Kedua, Social  capital approach yang melihat adanya persamaan nilai, standar hidup dan kepercayaan bersama akan menciptakan masyarakat yang berupaya untuk menyelesaikan masalahnya secara bersamaan. Dalam hubungan ini terdapat badan untuk mengkoordinasi hubungan mereka sehingga hubungan ini menciptakan kohesi sosial yang efektif.

Ketiga, Quality of life approach, pendekatan ini dikenalkan oleh European Foundation for Improvement of Living and Working Conditions. Pendekatan ini melihat bahwa kualitas sosial dalam masyarakat dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas ekonomi dan hubungan sosial mereka. Kualitas sosial ini memiliki empat kakarakteristik, yaitu kestabilan ekonomi, keterbukaan hubungan sosial, perluasan kohesi sosial dan kebebasan individu. Keempat, Acces to right approach yang melihat bahwa dengan menganalisa kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak mereka maka dapat dilihat apakah kohesi soasial dapat tercipta. Contohnya dapat dilihat dari sistem  informasi dan komunikasi sera penanganan keuangan dan sumber daya manusia. Keempat pendekatan ini merupakan cabang dari pendekatan positif yang menekankan kepada kualitas hidup sebagai faktor tercipta kohesi sosial.

Sebagai kesimpulan maka proses terjadinya kohesi sosial merupakan suatu fenomena yang dapat dilihat dengan strategi pendekatan. Dalam melihatnya terdapat dua pendekatan, yaitu negatif yang menekankan kepada faktor tidak terjadinya kohesi sosial dan positif yang menekankan kepada kualitas sosial yang memberikan dampak terbentuknya kohesi sosial

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun