Mohon tunggu...
Otto von Bismarck
Otto von Bismarck Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mantan Kanselir Jerman .... Uber Alles ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Urusan KTP Tidak Pernah Tuntas

7 Maret 2018   09:45 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:12 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: nasional.kompas.com

Urusan dengan pemerintahan sejak saya lahir hingga saat ini tidak pernah memuaskan, selalu saja ada persoalan dengan alasan macam macam, pada akhirnya duit juga.

Dulu pada saat reformasi tahun 1996-1998, akan ada harapan perbaikan di pemerintahan agar lebih baik, karena pada saat itu semua berujung pada selembar uang, kalau mau urusan cepat uanglah jalan paling cepat dan ampuh.

Harapan saya dulu pada saat reformasi akan ada generasi muda yg masih segar dan belum terkontaminasi oleh kotornya di legislatif dan eksekutif, akan membawa harapan yang baik, ternyata hanya isapan jempol saja. Ternyata oh ternyata reformasi lebih parah dibandingkan jaman orba.

Ibarat dulu korupsi masih dibawah meja, kalau sekarang meja juga ikut dibawa dan  korupsi sekarang lebih terang benderang dan dilakukan oleh kaum pria atau wanita, sudah ada emansipasi. Dulu wanita malu melakukan perbuatan negatif sedangkan saat ini sudah bebas tanpa malu, dan jika tertangkap akan tersenyum seolah olah tanpa dosa.

Persoalan KTP hingga kini belum tuntas juga, hingga kini sudah menjelang 2 tahun KTP kedua anak saya belum ada dengan alasan antri dan anak2 saya hnya dapat selembar kertas yang masa jangka waktu hanya 6 bulan dan harus selalu diperpanjang yang melelahkan dan merepotkan.

Minggu lalu saya ke Kota Bogor  urus KTP bersama teman, ada pengumuman yang menggelikan dan orang awam akan jadi bahan cemoohan, ternyata tulisan itu memang jadi bahan cemoohan warga yang datang ke Kantor Kecamatan tersebut.

Tulisan itu berbunyi "PENGUMUMAN ... Mohon Maaf Pencetakan KTP E mulai hari ini Kamis, 15 Februari 2018 untuk sementara dihentikan  dikarenakan persediaan tinta cetak habis".

Warga yang datang tidak habis pikir, kenapa tinta habis lebih dari 2 minggu lamanya dan tidak segera dibelikan dan warga berceloteh "beli aja tinta, kan harga nya murah, apa kantor ini tidak punya uang?, atau mau saya kasih uang untuk beli tinta?" dan macam macam celotehan warga, saya hanya tertawa geli.

Saya tahu bahwa tinta KTP berbeda dengan tinta biasa, tapi apakah persediaan selalu kurang atau mungkin dibatasi?? dan berapa lama membuat atau mengajukan pengadaan  tinta tersebut ke Kantor Pusat (Bogor)??? , bagaimana sih cara kerja mereka?.

Saat ini sudah serba canggih bahwa dunia sudah dalam satu genggaman, apakah memang disengaja dan dibuat sulit? ... Jaman Orba ada anekdot " kalau bisa dipersulit mengapa harus di permudah?". Semua berujung pada uang.

Dalam 3 tahun terakhir ini semua serba kesulitan cetak KTP karena blanko tidak ada, setelah blanko ada giliran Tinta habis, terus nanti tinta sudah ada  printer rusak, pada saat printer sudah baik, giliran petugas sakit ... kalau begini kapan jadinya KTP E nya ..... ini negara mirip dagelan atau pewayangan.

Ternyata kejadian di Bogor tidak beda jauh dengan di Bekasi, kemarin tanggal 6 Maret 2018, rekan saya urus KTP E di kantor kecamatan, sampai disana bahwa printer rusak dan di suruh datang besok pagi, ternyata cetak KTP tidak bisa satu hari harus nunggu 1 bulan ... masya allah sebenarnay pegawai2 itu di gaji apa tidak??.

Setelah teman saya gebrak meja , baru kepala kecamatan keluar karena ribut dan ditarik masuk ke ruangan camat dan dijanjikan besok setelah printer baik tidak perlu menunggu 1 bulan langsung jadi dan akan diantar kerumah .... gilaaaaaaa

Cara rekan saya dapat inspirasi dari saya pada saat saya urus paspor saya yang hilang beberapa bulan lalu, karena saya diputar putar dan setelah saya gebrak meja akhirnya semua tuntas hanya dalam waktu 2 jam.

Apakah kita harus bermain kasar dulu baru semua urusan beres??... mau dibawa kemana negara kita yang tercinta ini??. Bagaimana dengan masyarakat di pedesaan yang lugu2, mungkin mereka hanya pasrah menunggu keajaiban, kapan persoalan dengan pemerintahan didaerahnya akan selesai.....

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun