Mohon tunggu...
Otto von Bismarck
Otto von Bismarck Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mantan Kanselir Jerman .... Uber Alles ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Nyata Mengenal Sosok Emen Tahun 1968

11 Februari 2018   16:02 Diperbarui: 12 Februari 2018   07:13 6570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Masya Allah, beberapa detik kemudian mobil kami rem blong, ayah saya teriak-teriak rem blong dan kami semua nangis histeris mobil meluncur dengan kencang. Saya teringat ayah mengatakan "apa tabrak ke tebing?", Sopir "Jangan pak!".

Karena di sisi  kiri tebing dan sisi kanan jurang, mobil masih dapat dikendalikan oleh ayah saya dan pada saat melewati jembatan Emen (sekitar jam 10 malam), ada sesosok orang sedang jongkok di pinggir jalan dengan seluruh tubuh ditutupi sarung, itulah EMEN. 

Kenapa bisa saya katakan Emen? Secara logika pada saat itu daerah sana sangat sepi dikelilingi hutan, mana ada orang tengah malam sendirian di sana? Maka saya katakan itu EMEN.

Alhamdulillah, pada saat memasuki Ciater tiba-tiba mobil kami bisa direm dan berhenti, saya perhatikan ayah saya hanya duduk termenung dibelakang kemudi dan hanya diam, sedangkan kami disuruh turun untuk istirahat. Mungkin dalam benak ayah saya , hampir satu keluarga kami tewas, tapi Allah SWT masih melindungi kami sekeluarga.

Sesampainya kami dirumah ayah bercerita kenapa sejak awal bukan sopir yang bawa mobil tapi malah ayah saya, ayah saya tidak yakin akan sopir saya menjalankan mobil ke Kalijati tengah malam dengan legenda Emen nya.

Jika sopir ayah saya yg mengendalikan mobil, mungkin cerita akan lain dan semua atas petunjuk Allah SWT, dan Ayah saya bilang makin malam, Emen akan jongkok di tengah jalan, karena pada saat itu masih jam 9an malam maka masih di pinggir jalan belum ke tengah jalan.

Dengan perkembangan jaman pada tahun 1980an, Emen sudah tidak ada karena di sana sudah ramai oleh menjamurnya pedagang kaki lima dan jembatan Emen tersisa menjadi legenda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun