Mohon tunggu...
Suyut Utomo
Suyut Utomo Mohon Tunggu... Administrasi - Travel | Content creator | Video | Writing

Menceritakan apa yang dialamii lewat tuisan dan video

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bermalam di Markas Ricky Elson, Ciheras

22 September 2015   14:32 Diperbarui: 22 September 2015   20:42 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kendaraan roda dua kami dipacu lebih kencang dari sebelumnya, mengingat hari semakin gelap, lagipula waktu berbuka puasa akan segera tiba. Sebentar lagi kami akan tiba di paling tepi selatan Jawa, setelah keluar dari kota Tasikmalaya.

 

Dipertigaan Cipatujah, sempat saling bertanya, "ambil jalan yang mana nih?". Salah satu dari kami menyaut, "ambil kanan aja!". Matahari membulat berwarna jingga akan tenggelam di horizon samudera tampak samar dari kaca helm. Dadang saya salip karena tidak sabar untuk melihat sunset di pantai. Jalan setapak arah pantai nekat diambil untuk tujuan itu. Sedikit kecewa karena mentari sembunyi dari balik awan setelah kami sampai di hamparan pasir pantai.

 

menyasar memasuki pantai selatan

Kembali lagi menuju jalan aspal, menyusuri lengangnya dan mulusnya jalur selatan Jawa, seolah lupa akan sehari-hari dikemacetan kota industri, motor kami pacu sampai melebihi ambang batas aman. Sedikit menurunkan kecepatan setelah dari kejauhan terlihat beberapa tiang dengan baling-baling layaknya kincir angin. 

Sesuai wacana kami sebelum berangkat, untuk mengunjungi salah satu tempat yang menurut kami sangat inspiratif, adalah pengembangan pembangkit listrik tenaga angin yang di pimpin oleh seorang bernama Ricky Elson. 

Warung makan tidak jauh dari 'markas' Ciheras, menjadi tempat pemberhentian. Selang beberapa menit kemudian azan berkumandang tanda berbuka puasa. Setelahnya kami beristirahat disini setelah menempuh Bekasi-Karawang-Ciheras sejak berangkat sehabis sahur.

Waktu istirahat pun berlanjut sampai sempat memesan makan malam. Pemilik warung menjadi nara sumber ketika kami melontarkan beberapa pertanyaan,  tentang kegiatan apa saja di tempat penghasil energi listrik tenaga angin tersebut, apakah bisa menerima kami yang belum pernah sama sekali berkunjung, dan pertayaan lainnya yang dijawab dengan antusias oleh pemilik warung asal Jawa Tengah  ini.

Kurang lebih dua jam disini, kami bergegas untuk menuju tempat yang sudah menjadi rencana. Letaknya berada beberapa puluh meter dibelakang warung ini. Dengan mengandalkan lampu penerangan dari lampu motor kami melaju di jalan berpasir yang tidak begitu lebar.

Sesampainya lokasi ditandai dengan tampaknya menara-menara penyangga kincir angin. Motor kami parkir pada kumpulan motor yang sudah ada sebelum kami datang. Terdapat bangunan-bangunan rumah semi permanen beratap asbes disini. Terlihat sepi, tidak ada seorangpun yang lalu lalang. Setelah sejenak memperhatikan sekeliling, penglihatan kami tertuju ke salah satu bangunan yang terbuka pintunya, terlihat beberapa orang sedang melakukan ibadah sholat, jika dilihat dari waktunya sedang melaksanakan sholat tarawih.

Pintu lain terlihat terbuka, letaknya paling ujung dekat dengan menara kincir, ketika dihampiri ada seorang sedang asyik didepan laptopnya beserta tumpukan buku-buku disampingnya. Setelah saling menyapa kami pun berbicang. Adalah bernama Theo, seorang mahasiswa dari salah satu kampus di Bandung yang sedang melakukan kerja praktek di Ciheras ini. Tempat ini memang akhir-akhir ini digunakan oleh beberapa mahasiswa dari berbagai daerah untuk kerja praktek, atau untuk singgah untuk menggali pengetahuan tentang apa yang dilakukan bang Ricky Elson.

Terlihat jamaah sholat tarawih sudah keluar dari mushola, kebanyakan jamaahnya adalah mahasiswa praktek disini yang di imam-i oleh bang Ricky sendiri. Tidak selang begitu lama, kami dipanggil oleh bang Ricky dari depan mushola. Dan dipersilahkan masuk.

Dengan sambutan ramah dari beliau yang masih mengenakan sarung sehabis tarawih, dengan logat Jepang yang masih terdengar kental. Seperti diketahui dari berbagai media, bahwa bang Ricky pernah tinggal di negeri sakura sekitar 14 tahun untuk menempuh pendidikan tingginya dilanjutkan dengan bekerja disana, sebelum memutuskan untuk pulang ke Indonesia.

Bertiga kami duduk bersila, tuan rumah membuka obrolan dengan pertanyaan tujuan kami kesini. Sempat bingung juga menjawabnya, kami serasa grogi bertemu dengan orang mengisnpirasi ini dengan karya teknologinya, pada mulanya kami memang menuju Ciheras ini karena rasa penasaran tempat yang biasa kami lihat di berbagai media, selama kami hanya bisa memencet like sebagai tanda bahwa postingan-postingan beliau di media sosial tentang cerita sehari-hari di Ciheras sangat menggugah serta membuka mata  dan wawasan untuk berbuat sesuatu untuk negeri ini.

Saya urungkan bertanya detail masalah teknis kepada beliau, karena terlalu banyak pertanyaan di kepala karena ketidak tahuan kami tentang teknologi yang beliau kuasai, tidak cukup satu malam untuk itu. Bang Ricky memberi beberapa gambaran dan arahan, ada satu kalimat yang masih saya ingat, beliau berkata, "cintailah negeri dengan apa adanya". Dengan polosnya saya bertanya, "gimana caranya, bang?". Beliau menjawab, "dengan menulis". Belum sempat saya bertanya lagi, beliau melanjutkan kalimatnya, "tulislah apa saja, yang kamu sukai tanpa orang lain berkata apa, dan juga tulis yang orang lain sukai, sesuatu hal yang positif." Dengan menulis menurut beliau kita bisa berkomitmen dengan apa yang telah tertulis untuk diwujudkan secara nyata, Bang Ricky juga cerita, jika sedari tinggal di Jepang mulai rutin menulis dalam bentuk apapun, tentang mimpi-mimpinya, dan sekarang sudah tampak terwujud.

Beliau juga berpesan agar tidak mudah mencaki tentang apapun, amarah cuma akan menjauhkan dari hal positif, maraknya berita media yang membuat emosi dan provokatif serta belum tentu kebenarannya tidak perlu ditanggapi dengan caci makian, pesan bang Ricky. Diberikannya analogi sederhana, jika disuatu terminal ada seseorang teriak "maliiiing" dan menunjuk orang, apa yang terjadi? tentu sebagian besar yang ada diterminal akan mengejar orang yang ditunjuk tadi, padahal belum tentu dia malingnya".

Masing masing gelas kopi sudah mulai menipis, kami sepertinya juga sudah perlu istirahat. Bang Ricky mempersilahkan kami jikan ingin segera tidur, ditunjukan bangunan belakang mushola. Disana terdapat kamar-kamar yang memang diperuntukan tamu atau mahasiswa kerja praktek. Tidak lama kemudian bang Ricky mengambilkan alas tidur lalu mengantarkan kami untuk memilih kamar yang kosong. Sebelum meninggalkan kami, bang Ricky berkata, "entar saya bangunkan kalo waktu sahur tiba ya?". Tentu saja kami iyakan.


b e r s a m b u n g . . . .



**Cerita selanjutnya, kami juga diajak mengikuti beberapa kegiatan di Ciheras bersama teman-teman mahasiswa......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun