Mohon tunggu...
Suyut Utomo
Suyut Utomo Mohon Tunggu... Administrasi - Travel | Content creator | Video | Writing

Menceritakan apa yang dialamii lewat tuisan dan video

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

15 Jam menuju National Nusantaride Rally Ujung Kulon

21 Januari 2014   19:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu pagi (11/12/2014) dingin masih menyelimuti Cikarang, mungkin karena malam harinya hujan mengguyur kota yang biasanya membuat gerah ini. Mata belum sempat terbuka, tapiketukan pintu dan ucapan "Asalamualaikum" membuat saya beranjak dari tempat tidur untuk menengok siapa yang datang. Adalah Dadang dan Latanza sudah berada didepan halaman rumah beserta tunggangannya. Seolah mereka menjemput saya untuk berangkat mengikuti acara National Nusantaride RallyUjung Kulon (NNRUK), sebuah acara untuk mengumpulkan para pelaku pengendara sepeda motor yang biasanya melakukan perjalanan dengan berbagai misi, salah satunya adalah memperkenalkan keindahan alam Indonesia. Latanza yang baru saja melakukan perjalanan Jogja -Cikarang saya persilahkan isitrahat lebih dulu. Selang satu jam kami pun sudah bersiap menuju Jawa paling barat tempat berlangsungnya NNRUK. Kami memilih rute Cikarang-Setu-Cibubur-Bogor-Jasinga-Rangkasbitung-Pandeglang-Labuan-Lokasi. on the way Karena berangkat dari Cikarang sudah menunjukan pukul 9 pagi, beberapa ruas jalan sudah mengalami kemacetan. Sesampainya di jalan Cibubur, disana sudah menunggu mas Lukman, tampak sudah bersiap bergabung dengan kami menuju NNRUK. Sehabis ini saya menjemput Neni yang telah menunggu di jalan Margonda, untuk duduk manis di jok belakang Bishop. Menyusuri jalan raya Bogor, dengan kecepatan sedang karena sudah mulai padat lalu lintasnya, beberapa kali saya harus sering menengok kaca spion untuk mengecek teman-teman yang berada dibelakang, beberapa teman tidak begitu hafal dengan rute yang akan kami lalui. Tidak sengaja kami bertemu dengan om Ori di jalan ini, dengan mengendarai motor jenis trail beliau menyapa kami, karena sudah pernah beberapa kali ketemu sayapun membalas sapaannya. Tentu saja beliau akan menuju NNRUK juga. Ketika belok ke arah jalan baru Bogor yang mengarah ke Jasinga, kejadian pisah rombongan terjadi. Mas Lukman ternyata tidak belok, malah justru jalan lurus dan hilang dari pantauan. Setelah menelponya kami menunggunya, sementara om Ori yang berada didepan sudah melejit lebih dulu, dan kami merelakan beliau untuk jalan lebih dahulu. Setelah formasi lengkap kembali kami melanjutkan perjalanan. Kami berhenti beberapa kali untuk makan siang masih didaerah Bogor, dan beberapa kali di minimarket ketika memang dibutuhkan untuk sekedar istirahat. Seperti kebiasaan setiap melakukan perjalanan, untuk berhenti maksimal per  2 jam. Memasuki daerah Rumpin, rintik hujan terlihat menempel di kaca helm. Semakin jauh semakin deras, kami pun berhenti untuk memakai perlengkapan anti air. Jadilah sepanjang perjalanan ditemani oleh derasnya hujan.

pakai jas hujan Memasuki Jasinga, jalan berkelok khas pegunungan kami rasakan, dengan pemandangan pohon sawit, dan perbukitan yang memanjakan mata ketika sesekali menengok melihat sekitar jalan. Saking asyiknya menikmati setiap tikungan sampai kadang saya lupa jika masih ada teman yang dibelakang saya, tampaknya saya dengan Latanza yang lebih bisa menikmati jalan seperti ini. Beberapa kali Dadang dan mas Lukman luput dari pandangan kaca spion, itu berarti saya harus menurunkan kecepatan sampai mereka mendekat kembali.
kiss the rain Ketika memasuki Rangkasbitung hari semakin gelap, pada saat itu sekitar pukul 18.00, tetapi hujan sudah reda. Selelah berhenti sejenak disebuah mimarket untuk istirahat dan melepas jas hujan. Kami melanjutkan perjalanan menembus gelap menuju Pandeglang, yaitu kota setelah Rangkasbitung. Tidak ada hambatan berarti melewati kota Pandeglang, cuma ketika akan masuk kota Labuhan ada pengerjaan jalan yang mengharuskan tetap hati-hati melewatinya karena permukaanya tidak rata, dan kadang harus bergantian dengan pengendara yang lawan jalur karena jalan berubah jadi satu jalur.
Tidak disengaja kami ketemu dengan salah satu teman yang sedang melintas di jalan Pandeglang, serasa tidak asing dengan motor yang ditungganginya walaupun baru pertama kali ketemu disuatu acara. Adalah mas Bucek sang pengendaranya, yang akan menuju NNRUK pula, jadilah tambah satu lagi personil lagi. Karena mas Bucek motornya dilengkapi GPS, maka posisi terdepan dari rombongan digantikanya, karena dari perkiraaan lokasi tidak begitu jauh lagi, dan karena dari pihak panitia event untuk mencapai lokasi hanya dibekali oleh koordinat.
di sela waktu istirahat Tidak bisa banyak yang dilihat ketika malam tentu tidak bisa menceritakan kondisi sekitar. Lagi-lagi kami ketemu lagi ditengah perjalanan dengan mas Hendry bersama rekannya satu motor lagi, dalam perjalanannya ke lokasi yang sama, bertambah kembali anggota rombongan. 14 jam sudah berkendara diatas roda dua, rasa ngantuk, lelah sudah mulai terasa. Menengokgoogle map, diperkirakan 20 - 30 km lagi mencapai lokasi. Di luar dugaan kondisi jalan selanjutnya adalah berupa aspal rusak, berlubang atau lebih tepatnya disebut berkubang karena di isi oleh air sehabis hujan, tidak jarang juga diselingi batuan lepas, gravel tiada henti. Entah siapa yang memulai dahulu, saya, Dadang dan Latanza berinisiatif mendahului rombongan. Saat itu saya sendiri berpikir untuk mengusir rasa ngantuk dangan cara menambah kecepatan, sengaja melewati kubangan sehingga cipratan air terjadi, cukup membasahi bagian kaki. Ternyata apa yang saya pikirkan terjadi juga pada Dadang dan Latanza, saling menyalip ketika terdapat kubangan, guyuran cipratannya cukup membuat rasa ngantuk ini hilang, balas membalas pun terjadi antara kami. Malah seakan menjadi hiburan tersendiri ketika melewati jalan seperti ini. Karena terlalu menikmati jalan ini, sampai tidak terasa bahwa kami sudah dekat dengan lokasi, beberapa kilometer sebelum tiba dilokasi saya bertanya kepada penduduk, karena kondisi penerangan yang gelap gulita membuat ragu. Akhirnya kami tiba di lokasi tepatnya berada di Sunda Jaya Homestay, Taman Desa Jaya, Ujung Kulon Banten, koordinat Lat:S 6°47.022' (6°47'1.3") Long:E 105°30.164' (105°30'9.8") pada pukul 2.30 dinihari, disambut oleh beberapa teman yang sudah tiba lebih dahulu. Dengan kondisi basah kuyup, kami segera mencari kamar mandi, untuk selanjutnya mendirikan tenda dilokasi yang telah sediakan oleh panitia. dan tentu saja tertidur pulas setelahnya.
rute perjalanan (http://goo.gl/maps/Da8vh) *semua foto adalah dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun