"Adalah Thomas Alva Edison seorang sebagai penemu lampu pijar, pada tahun 1879 silam. Dimulai dari negaranya, Amerika. Kini seluruh dunia bisa menikmati hasil kerjanya, yaitu menikmati cahaya lampu dari energi listrik"
Kesasar Membawa Terang
Ternyata ada bagian dunia lain, belum bisa merasakan temuan Thomas A. Edisson ini. Di negara tercinta ini tepatnya di kampung Palasari. Belum terdapatnya jaringan listrik menuju kampung ini, berdampak tempat ini seperti bukan bagian dunia yang sebagian sudah terang benderang, dan bisa mengalami modernisasi lewat perangkat elektronik yang bisanya dapat berfungsi jika teraliri arus listrik.
Lokasi krisis listrik ini "ditemukan" ketika kang Rama dan kang Yudi pada awal bulan September 2014 saat berkendara melewati rute Cisalak (Subang) - Lembang, jalur ini banyak dihiasi oleh beberapa perkebunan teh salah satu namanya adalah Bukanagara. Ketika melewati rute yang didominasi oleh jalan gravel, setelah masuk dari desa Darmaga, kedua rider tersebut penasaran dengan jalan setapak dan menanjak, maka diikuti lah jalan tersebut. Dan tidak terduga, disana ada satu kampung yang masih jauh dari kata sejahtera. Kampung Palasari, Desa Sukakerti, kecamatan Cisalak, Subang tepat nya nama lokasi ini jika ditinjau secara administratif. Setelah berbagai informasi dikumpulkan dari warga setempat, salah satunya adalah bahwa kampung ini belum pernah sama sekali teraliri arus listrik, atau belum pernah menikmati manfaat dari energi listrik sama sekali sejak dibangunnya kampung yang terdiri dari 10 kepala keluarga ini. Sebagai gambaran, menurut cerita dari ketua RT setempat jika beliau umurnya sekitar 50 tahun dan merupakan keturunan kedua perintis kampung ini, yang keberadaan kampung ini kurang lebih sejak Belanda membangun jalan akses keperkebunan teh. Beberapa faktor yang menjadikan kampung ini fakir energi listrik, jauhnya dari sumber jalur distribusi listrik membuat perusahaan listrik negara enggan melaksanakan tugasnya, serta juga faktor ekonomi warga kampung yang sehari hari bekerja sebagai pembuat gula aren atau berkebun ini, belum sanggup membayar jika harus mengeluarkan uang untuk pemasangan tiang listrik beserta instalasinya dengan penghasilannya perhari yang tidak seberapa. Berangkat dari keprihatinan kang Rama dan kang Yudi dua minggu setelah kunjungan pertama di Palasari, dibawakannya lah satu buah genset dan perlengkapan instalasi penerangannya, dari mulai kabel sampai lampu LED. Semua yang dibawanya dibeli secara swadana. Enam rumah warga serta satu mushola kini setelah semua terinsatalasi dapat menikmati terangnya lampu dari energi listrik unutk pertama kalinya sejak kampung ini ada. Sudah bisa dibayangkan wajah-wajah begitu gembiranya warga Palasari.
BBM Naik, Cahaya tak Terbeli
Disaat para netizen mengomentari kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) lewat akun media sosialnya masing-masing, kang Rama malah mengusulkan untuk segera ke kampung Palasari untuk segera memasang solar panel dan lampu LED dengan harapan warga Palasari tidak mengunakan bensin untuk mengoperasikan genset, karena dalam semalam mereka bisa menghabiskan 3 sampai 4 liter bensin untuk menerangi seluruh kampung.
Sabtu (24/11/2012) rencana yang disusun sehari sebelumnya langsung dieksekusi, saat itu saya dan kang Rama menuju kampung Palasari terlebih dahulu dengan lengkap membawa peralatan termasuk solar panel dan LED, sementara kang Yudi dan Dadang sedianya akan menyusul sore harinya.
[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="beberapa kilometer sebelum Palasari"]
Saat masuk kota Subang hujan mengguyur, membuat sedikit membuat perjalanan kami melambat. Tapi pukul dua siang, kami tiba di Palasari, langsung disambut oleh ketua RT setempat.
Tanpa banyak membuang waktu, peralatan segera disiapkan. Kali ini kami membawa sebuah panel surya dengan kapasitas 20 wp, akan digunakan sebagai sumber energi listrik untuk menghidupkan lampu LED di 10 rumah. Pemasangan panel surya dipusatkan di atap mushola, untuk selanjutrnya disalurkan keseluruh rumah-rumah melalui kabel yang sudah terinstalasi sebelumnya ketika memasang genset. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="tiba di Palasari, langsung bongkar peralatan"]
Pemasangan LED dilengkapi saklar tiap rumah diselesaikan hingga malam menjelang, dengan bantuan cahaya dari senter, target membuat kampung Palasari bersinar dengan LED dari energi terbarukan yaitu solar panel, telah terlaksana. Walau daya listrik yang dihasilkan dari panel surya masih terbatas, dan hanya bisa menyalakan lampu LED, dan perangkat pengeras suara mushola, tapi itu yang mereka butuhkan saat ini. Mereka bisa berkegiatan lebih leluasa saat malam hari, tanpa takut kehabisan bahan bakar, tanpa harus membeli lilin tiap hari. Semoga kampung ini bisa semakin bisa bergeliat dengan aktifitas-aktifitasnya.
Setelah malamnya kami menginap di mushola Palasari, pagi hari kami bersiap untuk kembali. Kebahagian bagi kami adalah ketika mereka tersenyum dan becerita ketika malam hari rumah mereka terang sinar cahaya LED lebih terang dari sebelumnya, setelah berapa puluh taun silam hanya mengandalkan sinar lampu berbahan bakar minyak tanah, dengan sumbu terbakar api. Bagi saya sendiri itu sangat mengharukan. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Palasari kini berseri"]
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H