Aku mencintaimu di saat kau muncul di hadapanku, telanjang.
Aku mencintaimu ketika kau menangis di pelukku, Â telanjang.
Aku mencintaimu pada saat kau dan aku, Â telanjang.
--sepertinya, aku jatuh cinta ketika kau sedang telanjang--
Tapi, apakah dengan telanjang kau akan membuatku jatuh cinta.
Ahh..ku harap bukan karena itu.
Sebagai pejantan, aku menyukai lekukmu.
Yang indah menari laksana sungai di lereng merapi.
Sebagai penjantan, aku sangat berhasrat padamu.
Bahkan kadang tak terkendali.
Ketika pinggulmu begitu lentur bergoyang.
Pertanyaannya, ketika kau tak mampu telanjang untukku.
Apakah rasa dan hasratku tetap utuh.
Karena aku lelaki, seorang pejantan.
---jawablah tanpa harus melempar senyum binalmu--
**Catatan kaki dari sebuah sisa kopi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H