1. Nilai gizi lebih rendah dari ikan segar
Nilai gizi ikan kaleng kemasan lebih rendah dari ikan segar. Hal ini terjadi karena sejumlah zat gizi hilang selama proses pengolahan.
Sebagaimana diketahui pengolahan ikan kaleng melalui beberapa kali tahap pemanasan. Baik ketika dimasak maupun ketika disterilkan dengan suhu tinggi. Dan banyaknya proses pemanasan ini membuat sejumlah zat gizi rusak atau hilang.
2. Penggunaan gula, garam dan bahan pengawet yang bisa berdampak terhadap kesehatan.
Pemakaian gula dan garam menjadi sebuah keharusan dalam proses pengawetan ikan kaleng kemasan. Tingginya jumlah gula dan garam yang digunakan tentu saja tidak baik karena bisa memicu penyakit-penyakit seperti hipertensi dan diabetes.
Selain itu penambahan bahan pengawet guna memperpanjang usia produk tentu saja tak bagus untuk kesehatan.
3. Gangguan Kesehatan yang terjadi karena ikan terkontaminasi.
Kondisi kaleng yang rusak, bocor ataupun penyok karena penananganan yang tidak baik beresiko membuat ikan kaleng terkontaminasi bakteri maupun logam. Hal ini bisa berdampak pada serangan penyakit berbahaya dan bahkan kematian.
Ya, kaleng yang rusak bisa membuat ikan di dalamnya terkontaminasi bakteri Clostridium Botulinum. Bakteri berbahaya yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Selain itu, kaleng yang rusak juga beresiko mempercepat terjadinya oksidasi besi yang akan membuat konsentrasi logam semakin tinggi dan bila bercampur makanan bisa menimbulkan keracunan.
4. Dampak lingkungan berupa puluhan juta limbah kaleng bekas.
Selain dampak kesehatan, penggunaan ikan kaleng kemasan dalam program Makan Bergizi Gratis ini juga dikhawatirkan bakal menimbulkan dampak lingkungan berupa puluhan juta kaleng bekas wadah ikan kaleng tersebut.