Mbappe bukanlah Ronaldo. Meski namanya kerap disandingkan dengan sosok idolanya tersebut namun fakta mengatakan Kylian Mbappe sejauh ini belum mampu mengikuti jejak pemain favoritnya tersebut.
Ya, melewatkan tiga laga awal La Liga tanpa kontribusi gol maupun assist bukanlah sebuah catatan bagus bagi seorang Kylian Mbappe ? Keraguan pun muncul akan harapan publik bahwa Mbappe akan menjadi superstar bagi Madrid.
Nama Kylian Mbappe digadang-gadang bakal mengguncang persepakbolaan dunia terkini seiring keputusannya bergabung dengan Real Madrid pada jeda transfer musim panas lalu. Kehadiran Mbappe diharapkan tak hanya sekedar mempertajam lini serang klub terbaik dunia ini, tapi juga memperkuat imej mereka sebagai tim bertabur bintang.
Ya, kehadiran Mbappe diharapkan mampu mengobati kerinduan para Madridista akan sosok Cristiano Ronaldo, salah satu sosok pemain terbaik Madrid di awal abad milenial ini. Sosok yang tak hanya mengantarkan Madrid merebut trofi, namun juga menjadikan Madrid berada di garis terdepan daftar tim terbaik.
Sebagaimana diketahui, Ronaldo yang bergabung dengan El Real pada musim 2009/2010 lalu sukses menasbihkan dirinya sebagai sosok penting dalam sejarah Madrid. Selama delapan musim masa baktinya, Ronaldo sukses menyumbangkan 15 trofi dan menghasilkan 450 gol dalam 438 laga yang dimainkannya.
Satu catatan penting dari Ronaldo adalah pencetak gol terbanyak Madrid ini sukses mengawali liga dengan menyumbangkan gol pada empat laga awalnya dengan seragam Madrid. Sebuah catatan positif sekaligus sinyal bahwa Ronaldo mampu cepat beradaptasi sekaligus memainkan perannya dengan baik.
Situasi berbeda terjadi pada Mbappe saat ini. Ya, situasinya berbanding terbalik. Meski berhasil mencetak gol dalam laga debutnya melawan Atalanta pada perebutan trofi UEFA Super Cup pada pertengahan Agustus lalu, namun Mbappe gagal mengulanginya saat terjun di liga domestik. Dan catatan tanpa gol dan tanpa assist serta hanya mencatatkan 17 tembakan yang ditorehkan Mbappe dalam tiga laga awal La Liga ini menimbulkan keraguan akan kemampuan Mbappe.
Ada apa dengan Mbappe ?
Ada tiga alasan yang mengapa adaptasi Mbappe bersama Madrid seolah terlihat sulit.
1. Adaptasi sebagai penyerang tengah yang belum maksimal.
Sebagai seorang penyerang, posisi terbaik Mbappe adalah sebagai penyerang sayap kiri. Hal ini sudah dibuktikannya saat berada di PSG maupun timnas Perancis.
Berbeda dengan kondisi sebelumnya, pelatih Carlo Ancelotti memplot Mbappe sebagai penyerang tengah. Hal ini bisa kita lihat dalam formasi 4-2-3-1 yang dipasang Ancelotti dalam beberapa laga yang telah dijalani. Mbappe  ditempatkan sebagai penyerang tunggal.
Sayang sekali adaptasi Mbappe belum maksimal. Apalagi selama ini Mbappe sering bermain dalam formasi 4-4-2 dengan posisinya di sisi kiri. Dan minimnya peluang yang dibuat Mbappe perlu menjadi bahan evaluasi bagi Madrid sebagai sebuah tim maupun bagi Mbappe sendiri.
2. Chemistry yang belum begitu kuat dengan lini kedua.
Sebagai seorang striker, Mbappe tentu saja butuh dukungan dari lini kedua. Karena itu perlu dibangun jalinan chemistry yang maksimal antara Mbappe dengan anggota tim lain, khususnya para gelandang.
Ya, komposisi pemain depan dan barisan gelandang yang tak banyak berubah dalam beberapa musim terakhir memungkinkan chemistry diantara anggota tim terjalin dengan kuat. Barisan gelandang yang diisi Toni Kroos, Luka Modric, Casemiro dan juga Federico Valverde memberi pengaruh kuat bagi moncernya para penyerang. Tak heran kalau gol demi gol tak henti dihasilkan para penyerang seperti Ronaldo, Karim Benzema, maupun Vinicius Jr.
Ya, Mbappe butuh seorang gelandang kreatif dalam mendukung pergerakannya sebagai striker. Sayangnya tak semua gelandang mampu berperan sebagai seorang gelandang kreatif. Apalagi barisan tengah Madrid saat ini banyak diisi muka-muka baru yang juga masih perlu adaptasi lebih dengan pola permainan Ancelotti.
Sebenarnya Madrid punya Jude Bellingham yang bisa diandalkan dalam mendukung seorang penyerang tengah seperti Mbappe. Namun sang gelandang saat ini harus menepi karena cedera. Alhasil, Mbappe harus sedikit bersabar dan banyak bereksplorasi lagi.
3. Ancaman persaingan diantara para pemain bintang.
Berkumpulnya para pemain bintang di sebuah tim seperti Madrid tak hanya bakal membuat Madrid lebih kuat, tapi juga bisa sebaliknya, memperlemah kinerja tim. Hal ini bisa muncul manakala terjadi persaingan tidak sehat diantara para pemain atau diantara mereka lebih menonjolkan egonya masing-masing.
Terkait dengan posisi Mbappe sekarang cukup berpotensi untuk terjadinya situasi yang kedua ini. Status bintang yang sudah tersemat pada para pemain lawas dan posisi mereka yang sama dengan Mbappe seperti Vinicius Jr bisa memicu persaingan pribadi dan menjadi duri dalam daging bagi kinerja Real Madrid.
Malam ini Madrid akan melakoni laga keempat La Liga dengan menghadapi Real Betis dalam partai kandang. Laga ini menjadi tantangan bagi Mbappe untuk segera membuka keran golnya sekaligus sebagai pembuktian bahwa dirinya sosok pemain bintang yang dibutuhkan Madrid saat ini.
Mbappe bukanlah Ronaldo. Namun Mbappe perlu membuktikan kualitasnya sebagai seorang superstar, khususnya bagi Real Madrid.
(EL)
Pekanbaru, 01092024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H