Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Ramadan dan Kewajiban Menjaga Lisan

16 Maret 2024   21:07 Diperbarui: 17 Maret 2024   10:30 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa Ramadan tak hanya mengajarkan tentang menahan lapar dan dahaga di siang hari, tapi juga melatih diri menjaga lisan. Seberapa pentingkah kewajiban menjaga lisan dan bagaimana kaitannya dengan puasa Ramadan ?

Ya, menjaga lisan di saat puasa Ramadan adalah sebuah keharusan. Bukan untuk menentukan sah atau tidaknya puasa yang dilakukan. Tapi, menjaga lisan akan memberi pengaruh pada kualitas dan kesempurnaan ibadah puasa itu sendiri.

Setidaknya ada alasan kenapa penting bagi kita untuk menjaga lisan ketika berpuasa.

1. Menjaga lisan disaat berpuasa adalah sebuah kewajiban

Meskipun tidak disebutkan secara gamblang, namun sejatinya menjaga lisan disaat berpuasa adalah sebuah kewajiban. Hal ini bisa kita lihat dari redaksi hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah dan Hakim.

Dalam hadis itu disebutkan Nabi bersabda bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menjaga diri dari perkataan kotor dan sia-sia. Bila dicela atau dihina seseorang, katakan bahwa " Aku sedang berpuasa."

Ya, dari keterangan hadis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa menjaga lisan disaat berpuasa adalah sebuah keharusan dimana kita dilarang berkata kotor atau yang tidak berguna. Serta anjuran tidak  membalas penghinaan atau perlakuan tidak baik dari seseorang dengan mengatakan " Aku sedang berpuasa."

2. Menjaga lisan untuk meningkatkan kualitas puasa.

Meskipun sama-sama melaksanakan puasa, namun tiap orang tidak mendapatkan kualitas yang sama dari puasa yang dilakukannya. Ada yang levelnya biasa saja, dan ada yang istimewa.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan ada tiga tingkatan orang yang berpuasa. Yakni tingkatan orang awam, tingkatan orang khusus dan orang yang sangat khusus.

Mereka berada di level orang awam adalah orang-orang yang ketika berpuasa hanya melibatkan fisik semata. Yakni menahan diri dari perbuatan yang membatalkan puasa seperti makan, minum, bercampur dengan istri dan sebagainya.

Disisi lain mereka abai dengan aspek lain yakni aspek batin. Hal ini ditandai dengan kebiasaan mereka yang tidak menjaga diri dari perbuatan dosa. Termasuk diantaranya melakukan dosa lisan seperti berkata kotor, berdusta, bergunjing dan sebagainya.

Berikutnya mereka yang berada dalam kelompok orang khusus adalah orang-orang yang tak hanya melibatkan aspek fisik saja dalam berpuasa, tapi juga menjaga batin mereka agar tidak terjatuh dalam perbuatan dosa. Orang-orang yang mampu menjaga lisan mereka berada dalam kelompok ini. Mereka berusaha agar perkataan, pendengaran, penglihatan, hati dan pikiran mereka hanya digunakan untuk beribadah kepada ALLAH dan menjaganya agar jauh dari perbuatan dosa.

3. Menjaga lisan agar tidak merusak pahala dan kesempurnaan puasa.

Kelalaian kita dalam menjaga lisan bisa berakibat buruk dengan hilangnya pahala puasa itu sendiri. Dan oleh karena itu, menjaga lisan menjadi sesuatu yang urgen untuk dilakukan.

Sebagaimana kita ketahui ada lima perbuatan yang bisa menghilangkan pahala puasa Ramadan. Hal ini disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Ad-Dailami.

Satu diantara yang lima itu berhubungan dengan penglihatan yakni memandang dengan syahwat. Sementara itu empat perbuatan lainnya semuanya berhubungan dengan lisan. Keempatnya adalah berkata dusta, bergunjing, bersumpah palsu, dan mengadu domba.

Terhadap perkara ini, Nabi pernah mengingatkannya dalam sebuah hadis dari Abi Hurairah yang diriwayatkan Bukhari.
Dalam hadis itu disebutkan bahwa terhadap orang yang tidak meninggalkan perbuatan dusta dan membiasakannya, maka ALLAH tidak butuh pengorbanan atas rasa lapar dan haus mereka selama berpuasa. Atau dengan kata lain, puasa mereka tidak dihargai karena kesalahan mereka yang tak pandai menjaga lisan.

Begitu besarnya pengaruh yang ditimbulkan, maka perkara menjaga lisan menjadi hal yang tak boleh diabaikan. Perlu usaha dan kerja keras agar tuntutan menjaga lisan ini bisa terpenuhi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkannya.

1. Menjaga lidah dari berbicara berlebihan.

Mengurangi bicara atau irit bicara menjadi cara yang tepat untuk menjaga lisan. Dalam hal ini kita bicara seperlunya saja. Fokus pada pembicaraan yang memberi manfaat. Hindari pembicaraan yang membawa kemudharatan atau kesia-siaan. Serta batasi diri untuk tidak mengatakan apa yang pernah didengar.

Terkait poin yang terakhir diatas, Nabi pernah memberi peringatan bahwa seseorang bisa saja dikatakan pendusta ketika sibuk mengatakan kembali semua yang pernah di dengarnya. Karena itu berhati-hatilah !

2. Jauhi kebiasaan ghibah

Ghibah atau mencari-cari dan memperbincangkan kejelekan orang lain merupakan perbuatan yang dilarang agama. Perkara ini tertulis jelas dalam Alquran surat Alhujurat ayat 12.
Disana ALLAH dengan jelas menyuruh kita untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk seperti berprasangka buruk, bergunjing dan mencari-cari kesalahan orang lain. Disini dapat disimpulkan bahwa ghibah merupakan perbuatan yang dilarang ALLAH, maka bila kita tetap melakukannya akan dihukumi sebagai perbuatan dosa.

3. Berpikir sebelum berbicara

Berpikir sebelum berbicara artinya memilah-milah dahulu apa saja yang hendak dikatakan dan memastikan bahwa kata-kata yang terlontar dari mulut adalah kata-kata yang membawa manfaat dan kebaikan.

Gunakan hati dan pikiran yang jernih untuk memilih pembicaraan dan pikirkan dampak dari setiap perkataan kita. Jika sekiranya membawa keburukan maka lebih baik diam saja.

Perlu juga diingat bahwa jangan sampai kata-kata yang kita ucapkan menyebabkan kemarahan, kesedihan, ataupun bernada kebencian. Ingat, karena mulut bisa terjadi pertengkaran, dendam, ataupun permusuhan. Karena itu sangat penting untuk berpikir sebelum bicara agar kata-kata yang terucap kata-kata penuh makna.

Puasa Ramadan tidak hanya mengajarkan tentang penderitaan orang lain, tapi juga tentang menghormati perasaan. Yakni dengan menjaga sikap dan lisan, berhati-hati dalam berkata dan kalaupun berbicara cukup seperlunya saja.
(EL)
Yogyakarta,16032024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun