Bulan Ramadan kehadirannya selalu dinanti. Bukan saja karena keberadaannya sebagai bulan istimewa. Tapi juga terkait tradisi yang menyertainya.
Ramadan di negeri kita tak lepas dari tradisi. Berbagai kelompok masyarakat punya tradisi tersendiri sebagai bagian dari rasa suka cita menyambut kedatangan Ramadan. Salah satunya adalah tradisi manjalang mintuo, tradisi wanita Minang menjelang Ramadan.
Manjalang mintuo, sesuai namanya yang bermakna berkunjung ke rumah mertua, maka tradisi manjalang mintuo tidak jauh-jauh dari sebuah kunjungan seorang menantu ke rumah mertuanya. Dalam hal ini dilakukan seorang menantu perempuan.
Kenapa hanya melibatkan menantu perempuan ?
Hal ini terkait tradisi dimana dalam masyarakat Minang, seorang perempuan yang telah menikah tetap tinggal bersama keluarga besarnya. Sementara kaum laki-lakinya ikut tinggal bersama keluarga sang istri. Maka acara manjalang mintuo merupakan ajang dimana seorang menantu perempuan bisa bersua dan bertatap muka dengan mertua dan keluarga besar suaminya.
Ya, acara manjalang mintuo bisa dimaknai sebagai ajang temu kangen dua pihak, yakni menantu perempuan dan mertuanya, yang lama tak bersua sekaligus mengingatkan bahwa diantara keduanya punya seseorang yang mungkin saja selama ini keberadaannya sedikit terlupakan karena mereka tidak bertempat tinggal dalam satu atap.
Manjalang mintuo biasanya dilakukan beberapa hari sebelum Ramadan datang. Seorang menantu perempuan dengan ditemani sang suami, orang tua dan juga anak-anaknya datang bertamu ke rumah mertua dengan membawa makanan tradisi seperti randang, pangek, lamang, nasi lamak, kue bolu dan sebagainya sebagai buah tangan.
 Tidak ada ritual khusus dalam acara perjumpaan ini. Acara manjalang mintuo biasanya dilangsungkan dengan cara sederhana. Yakni dengan makan bersama dan berbincang-bincang yang topik utamanya berkisar tentang saling bertanya kabar antara menantu dan mertua, saling bermaafan, saling mendoakan dan tak lupa juga dengan saling mengucapkan selamat berpuasa.
Sebagai sebuah tradisi, manjalang mintuo tidak hanya berarti sebagai sebuah kunjungan, tetapi punya makna filosofis yang patut untuk direnungkan.
Ada tiga makna penting yang bisa kita ambil dari tradisi ini