Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pantai Gading, Kisah Infinite Game Juara Piala Afrika 2023

12 Februari 2024   08:54 Diperbarui: 12 Februari 2024   21:09 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Infinite game, istilah yang satu ini sering diartikan sebagai permainan jangka panjang dimana sebuah tim dituntut berproses lebih baik demi hasil yang terbaik.

Dalam hal ini yang akan muncul sebagai pemenang adalah tim yang mampu bertahan sampai akhir permainan. Dan keseblasan Pantai Gading baru saja memainkan permainan ini.

Infinite game, Pantai Gading baru saja memainkan permainan ini. Sebuah permainan yang terangkum dalam kisah penuh kejutan dan mendebarkan dada di sepanjang perjalanan mereka hingga akhirnya tampil sebagai juara Piala Afrika 2023.

Ya, keseblasan Pantai Gading baru saja mengukuhkan diri mereka sebagai pemenang Piala Afrika 2023 usai menang 2-1 atas Nigeria dalam laga final di stadion Alassane Ouattara, Abidjan pada Senin, 12 Februari 2024.

Dua gol comeback dari Franck Kessie dan Sebastien Heller memastikan kemenangan The Elephants dan membuat keunggulan Nigeria lewat William Troost Ekong selama satu jam sebelumnya menjadi sia-sia.

Bagaikan sebuah plot twist, tak ada yang menduga kalau Pantai Gading akan menghadirkan kejutan di akhir cerita. Apalagi mengingat perjalanan mereka yang penuh drama sejak awal turnamen.

Para pemain Pantai Gading merayakan gol kemenangan atas Nigeria dalam final Piala Afrika 2023. Foto : Issouf Sanogo/AFP/kompas.com.
Para pemain Pantai Gading merayakan gol kemenangan atas Nigeria dalam final Piala Afrika 2023. Foto : Issouf Sanogo/AFP/kompas.com.

Ya, kisah Pantai Gading adalah sebuah kisah tak terduga. Tim yang pada awalnya dikomandoi oleh Jean Louis Gasset ini bahkan hampir saja tereleminasi di fase awal.

Usai menang atas Guienia Bissau di laga perdana, Franck Kessie dan kawan-kawan takluk 0-1 dari Nigeria dan dibantai 0-4 oleh Guienia Equatorial. 

Hasil yang mengecewakan ini menjadikan The Elephants berada di ujung tanduk dan terancam lolos dari fase grup.

Namun dewi fortuna ternyata masih berpihak pada mereka. 

Pantai Gading lolos ke putaran kedua dengan status satu dari empat peringkat tiga terbaik. Dan dari sinilah kisah kejutan demi kejutan mereka dimulai.

Kejutan pertama adalah pemecatan manajer Gasset di tengah persiapan menghadapi babak knock out. Nama Emerse Fae pun kemudian naik sebagai pelatih sementara.

Diluar dugaan, kisah-kisah Pantai Gading berikutnya berlanjut dengan kisah penuh keberuntungan. Mereka melaju mulus di fase-fase berikutnya meski harus menjalani pertarungan yang tak mudah.

Ya, kisah keberuntungan Pantai Gading dimulai saat menyingkirkan juara bertahan Senegal di babak 16 besar. 

Pinalti Franck Kessie menyelamatkan Pantai Gading dari kekalahan setelah tertinggal sejak menit kempat oleh gol Habib Diallo dan memaksakan laga harus diakhiri dengan adu pinalti. 

Dan laga pun berakhir dengan kemenangan 5-4 untuk Pantai Gading.

Keberuntungan kembali menyertai The Elephants saat menghadapi Mali di babak berikutnya. 

Gol Nene Dorgeles pada menit 71 hampir saja melenyapkan mimpi juara Franck Kessie dan kawan-kawan. Namun siapa menduga, Simon Adingra muncul sebagai penyelamat lewat golnya menjelang akhir laga. Dan laga pun harus berlanjut dengan babak tambahan.

Tak mudah bagi tim asuhan Emerse Fae ini menjalani babak ini, apalagi mereka kalah jumlah pemain menyusul kartu merah yang diterima Odillon Kossounou sejak babak pertama.

Tapi, dasar memang dewi fortuna berpihak pada mereka. Pemain pengganti Oumar Diakite mencul sebagai pahlawan pada menit 120+2 yang merubah skor menjadi 2-1 untuk Pantai Gading dan memastikan langkah mereka ke semi final.

Keberuntungan terus berlanjut. 

Menghadapi Republik Demokratik Kongo di semi final, The Elephants tampil percaya diri. Sebastien Heller kemudian tampil sebagai pahlawan dengan gol tunggalnya di menit 65 yang mengantar timnya melenggang ke babak final.

Menghadapi laga final saat bertemu kedua kalinya dengan Nigeria, Pantai Gading tampil percaya diri. Mereka telah melupakan kekalahan 0-1 di fase grup. Statistik menunjukkan Pantai Gading mendominasi laga dan membuat lebih banyak peluang. 

Meski demikian, satu gol sundulan pemain Nigeria, William Troost Ekong, di menit 38 cukup membuat khawatir.

Beruntung  Pantai Gading sudah teruji dalam fase-fase sebelum ini. 

Tandukan Franck Kessie pada menit 62 membuat skor menjadi imbang 1-1. 

Dan puncaknya, sentuhan kaki kanan Sebastian Haller dari dalam kotak pinalti pada menit 81 memastikan Pantai Gading tampil sebagai pemenang dan merengkuh trofi ketiga mereka di ajang turnamen sepak bola antar negara-negara Afrika ini.

Pantai Gading telah mengajarkan kita bahwa untuk menjadi pemenang memerlukan ketahanan mental yang kuat. 

Khususnya ketika berhadapan dengan situasi yang serba tak memungkinkan. Sebuah tantangan untuk mengubah peluang sekecil apapun menjadi sebuah keuntungan yang nyata.

(EL)
Yogyakarta, 12022024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun