Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong, Ketika Progres Lebih dari Sekadar Trofi

27 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 27 Januari 2024   07:31 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Shin Tae yong, nama pelatih Indonesia ini paling banyak disebut dalam beberapa hari belakangan ini. Ini tentunya terkait keberhasilannya mengantarkan timnas Indonesia menembus babak 16 besar Piala Asia 2023. Sebuah progres penting yang selama ini hanya dianggap mimpi.

Memiliki timnas yang kuat dan sering memenangkan banyak trofi tentu saja menjadi harapan semua pencinta sepak bola tanah air. Tapi untuk mencapainya tidaklah mudah. Perlu kerja keras dan usaha berdarah-darah.

Ya, raihan trofi sering dijadikan sebagai tolak ukur dari sebuah kesuksesan. Semakin banyak trofi yang diraih artinya semakin tinggi tingkat keberhasilan.       

Pandangan seperti ini tidaklah salah. Namun dalam konteks yang lebih luas, ada yang lebih penting dari sekedar trofi yakni sebuah progres. Sebuah perubahan menuju hal yang lebih baik.

Antara trofi dan progres sebenarnya berjalan beriringan. Bila ada progres maka jalan untuk meraih trofi akan terbuka. Sebaliknya tanpa progres, peluang untuk mendapatkan trofi tentunya akan semakin tertutup.

Berbicara tentang trofi dan progres, dua kata ini seolah hilang dalam dunia persepakbolaan kita dalam beberapa waktu belakangan ini. Sepak bola kita seolah stagnan dan bahkan mengalami kemunduran yang ditandai dengan hasil buruk dalam sejumlah event yang diikuti. Akibatnya, banyak orang memandang pesimis pada persepakbolaan kita.

Beruntunglah kemudian datang Shin Tae yong. Pelatih berkebangsaan Korea Selatan ini diberi tugas sejak 2020 lalu guna memperbaiki kondisi timnas yang tengah amburadul. Shin Tae yong dikontrak selama empat tahun.

Sebuah tugas yang maha berat tentunya bagi Shin Tae yong. Apalagi melihat kondisi persepakbolaan kita saat itu yang benar-benar terpuruk. Banyak persoalan yang muncul. Mulai dari konflik internal di tubuh PSSI hingga sanksi FIFA yang kesemuanya kemudian berimbas pada anjloknya prestasi timnas.

Tapi bukan Shin Tae yong namanya kalau dirinya tak berani menerima tantangan. Dirinya punya pengalaman dan sudah sampai pada level Piala Dunia kala menukangi negara sendiri, Korea Selatan, pada 2018 lalu. Jadi, sejatinya tak ada yang perlu diragukan dari dirinya.

Meski demikian, banyak pihak masih bertanya-tanya dengan gaya kepelatihannya. Maklum, Shin Tae yong melatih dengan cara yang tak biasa. Cara ekstrim dan tak terpikirkan selama ini.

Ya, Shin Tae yong menawarkan sebuah revolusi. Mulai dari potong generasi, naturalisasi hingga gonta ganti formasi. Yang pasti, apa yang dilakukan Shin Tae yong ini sulit dimengerti.

Bukan tanpa alasan tentunya Shin Tae yong memilih cara ini. Tuntutan untuk menghasilkan timnas yang solid dan kokoh memaksa pelatih berusia 53 tahun itu harus menyiapkan fondasi yang kokoh dan menata ulang kerangka timnas. Maka, hal-hal tak lazim pun harus dilakukannya.

Apa yang diperbuat Shin Tae yong ini sempat memunculkan keraguan. Kredibilitas Shin Tae yong pun dipertanyakan. Apalagi fakta bahwa dirinya belum pernah menghadirkan  trofi walau hanya sebatas tropi Piala AFF.

Suara-suara penolakan pun sempat muncul. Dan berlanjut dengan seruan STY out. Keberadaan Shin Tae yong sebagai manajer timnas dianggap tak lebih baik dari manajer-manajer sebelumnya.

Akan halnya Shin Tae yong tetap bertahan pada pendiriannya. Meneruskan rencana-rencananya. Menunggu saat-saat untuk menjawab kritikan sekaligus pembuktian akan kapabilitasnya.

Dan akhirnya hari pembuktian itu tiba jua. Shin Tae yong  memberi pembuktian dengan meloloskan tiga kelompok timnas, u-19, u-23, dan senior, ke putaran final Piala Asia. Sesuatu yang sudah lama sekali tak mampu diwujudkan keseblasan Indonesia.

Semua orang bersuka, semua orang berbangga. Timnas akhirnya berganti kasta, naik ke level Asia.

Tak puas sampai disitu. Shin Tae yong ingin pengakuan lebih tinggi. Dan Piala Asia level senior yang berlangsung bulan Januari 2024 ini di Qatar menjadi ajang pembuktiannya berikutnya.

Ya, Shin Tae yong tak ragu mematok target tinggi kali ini, meloloskan Indonesia hingga babak 16 besar, bukan sekedar tim penggembira.

Faktanya Shin Tae yong sukses meyakinkan publik. Indonesia lolos ke fase 16 besar untuk pertama kalinya dengan status salah satu peringkat tiga terbaik.

Sejarah baru akhirnya tercipta. Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Asia dengan Shin Tae yong sebagai sutradaranya. Sebuah pencapaian yang patut untuk dibanggakan.

Shin Tae yong memang belum mampu menghadirkan trofi, namun dirinya telah mewariskan progres yang berarti. Sebuah harapan bahwa sepak bola Indonesia akan terus berkembang dan berprestasi. Karena itu mari kita dukung dan beri apresiasi. Demi kejayaan sepak bola Indonesia saat ini dan nanti.

(EL)
Yogyakarta, 27012024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun