Mengembalikan Manchester United ke level permainan tertinggi menjadi misi utama pelatih Erik ten Hag.Â
Namun, enam kekalahan yang mereka derita di awal kompetisi musim 2023/2024 ini memantik keraguan atas kemampuannya. Sepertinya Ten Hag perlu menata ulang United demi mewujudkan misinya ini.
Ya, Manchester United menaruh kepercayaan besar pada Ten Hag. Keberhasilan mantan pelatih Ajax ini membawa United menjuarai Carabao Cup dan menduduki posisi tiga Liga Inggris musim lalu memunculkan harapan akan perubahan nasib United pada musim ini.
Apalagi United kini diperkuat beberapa pemain incarannya Ten Hag seperti kiper Andre Onana dan Rasmus Hojland. Hal ini makin menebalkan keyakinan bahwa pelatih asal Belanda ini bakal mampu mengembalikan kejayaan tim berjuluk Setan Merah ini.
Sayang, skenario Ten Hag tak berjalan mulus. United yang digadang-gadang akan menjadi pesaing Manchester City sebagai tim terbaik Inggris dan Eropa saat ini malah tampil melempem. Enam kekalahan dalam sebelas laga yang telah mereka mainkan sejauh ini menjadi catatan betapa buruknya kinerja Ten Hag dan pasukannya.
Ada apa dengan United? Kenapa rencana-rencana Ten Hag tak berjalan mulus sesuai yang diharapkan?
Ada tiga permasalahan yang menjadi sumber kegagalan United dalam menampilkan permainan terbaik mereka.
1. Badai cedera pemain.
Badai cedera merupakan masalah klasik, tapi sangat mempengaruhi performa United. Apalagi mayoritas diantaranya merupakan pemain utama. Sehingga ketidakhadiran mereka menjadi titik lemah yang sering dimanfaatkan lawan.
Setidaknya ada sembilan nama yang harus menepi di awal musim ini. Mayoritas merupakan pemain belakang. Sebut saja nama-nama seperti, Raphael Varane, Luke Shaw, Aaron Wan Bissaka, Tyrell Malacia. Mereka merupakan benteng kokoh yang selama ini menjadi penyelamat gawang United.
Absennya nama-nama diatas menimbulkan lubang di pertahanan United. Sektor belakang menjadi rapuh dan mudah ditembus lawan. Terbukti 19 gol sudah bersarang di gawang Andre Onana dari 11 laga yang telah dijalaninya.
2. Menurunnya performa beberapa pemain kunci.
Selain badai cedera, faktor menurunnya performa sejumlah pemain kunci juga memberi andil pada kemerosotan United belakangan ini. Mereka tak hanya bermain kurang maksimal, tapi tak jarang membuat blunder yang tentu saja merugikan tim.
Pemain sayap, Marcus Rashford dan kiper Andre Onana menjadi dua pemain yang paling banyak disorot dan dianggap sebagai titik lemah United.
Rashford yang musim lalu menjadi andalan United dengan catatan 30 golnya dari 54 laga, musim ini baru menghasilkan satu gol. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dan kegagalannya membangun komunikasi saat tim melakukan penyerangan merupakan hal yang paling sering terjadi.
Sementara kiper anyar, Andre Onana, beberapa kali melakukan blunder yang berujung pada bobolnya gawang United. Selain itu, gaya permainanya yang terkenal sebagai kiper jago build up dianggap tidak cocok dengan situasi tim dan gaya bermain United saat ini.
3. Tak adanya sosok pembeda dalam tim.
Setelah kepergian Cristiano Ronaldo dan David de Gea musim lalu, United praktis tak lagi memiliki sosok pemain senior yang memberi pengaruh kepada tim. Padahal, sebuah tim perlu kehadiran seorang sosok berpengaruh yang mampu menjadi pembeda dan menggerakkan semangat juang tim.
Di masa kejayaan mereka tiga dekade silam, United punya sosok Roy Keane, sosok kapten yang menjadi panutan dan disegani rekan-rekannya. Keberadaan Keane dengan gaya temperamentalnya, terbukti mampu menjadikan United menjadi tim yang ditakuti waktu itu.
Saat ini United belum menemukan lagi sosok sefenomenal Keane. Bruno Fernandes yang biasa didapuk memegang ban kapten hanya tampil biasa saja. Belum mampu memberi efek signifikan pada tim.
Situasi seperti ini tentu tak boleh dibiarkan terus begini. Ten Hag sebagai pelatih kepala perlu menata ulang strategi untuk memperbaiki keadaan. Apalagi tuntutan fans semakin kencang agar sang pelatih segera menghadirkan prestasi.
Apa langkah yang seharusnya diambil Ten Hag?
1. Rotasi pemain
Rotasi pemain menjadi sesuatu yang urgen dan perlu dilakukan Ten Hag sesegera mungkin. Hal ini penting untuk menjaga kondisi dan kebugaran para pemain.
Bagaimanapun juga kemampuan seorang pemain ada batasnya. Tenaga mereka tak bisa diforsir terus menerus. Memaksakan seorang pemain bermain terus menerus beresiko membuat cedera seorang pemain.
Disinilah insting seorang Ten Hag diuji. Bagaimana dirinya memilih dan menentukan susunan pemain yang bakal diturunkan dengan menyesuaikan kondisi dan karakteristik lawan yang bakal dihadapi.Â
2. Bersikap tegas dan tak ragu mencadangkan pemain yang tampil buruk.
Keputusan Ten Hag yang terus memainkan beberapa pemain yang performa mereka sedang menurun menimbulkan tanda tanya sekaligus memicu keresahan para penggemar.
Ya, Ten Hag dianggap kurang tegas dan cenderung menganakemaskan beberapa pemain dengan terus memainkan mereka meski tampil jelek.
Keputusan ini dianggap keliru dan tidak memberi keuntungan bagi tim. Karena berpotensi membuat hilangnya kompetisi diantara pemain dan bisa melemahkan semangat bertarung tim.
Ya, dalam beberapa kesempatan terlihat beberapa pemain-pemain berlabel bintang dan dekat dengan sang pelatih akan selalu menjadi pilihan utama, meskipun penampilan mereka sedang menurun.
Sebaliknya, mereka-mereka yang tak berlabel bintang akan jarang-jarang mendapat kesempatan.
Situasi seperti ini tak boleh dibiarkan terus terjadi. Ten Hag harus bisa bersikap tegas dan siap mencadangkan siapa saja pemain yang sedang under perform dan hanya memainkan mereka yang benar-benar siap.
Dengan begini nantinya diharapkan para pemain tidak main-main dan selalu berusaha tampil maksimal agar bisa menjadi pilihan utama pelatih.
3. Membentuk karakter pemenang bagi tim.
Ada satu hal yang hilang dari Manchester United saat ini yakni hilangnya karakter pemenang. Hal yang menjadi sumber kemerosotan tim berjuluk Red Devil ini. Karena itu, penting bagi pelatih Ten Hag untuk membangkitkan kembali karakter ini.
Semasa kegemilangan mereka dibawah kepelatihan Alex Ferguson, United dikenal sebagai tim yang punya semangat juang tinggi.Â
Para pemain berjuang sampai menit akhir dan tak jarang menciptakan kejutan di menit-menit akhir pertandingan. Senjata pamungkas yang diistilahkan sebagai " Fergie time ".
Satu hal yang perlu diingat adalah untuk membentuk mental pemenang, United perlu kehadiran seorang sosok pembeda. Sosok pemain yang tampil sebagai leader dan pembakar semangat perlawanan rekan-rekannya. Ini menjadi tugas penting yang harus segera diterapkan pelatih Ten Hag.
Laga melawan Brentford pada hari Minggu kemarin menunjukkan betapa pentingnya sebuah perubahan bagi Manchester United.Â
Bayang-bayang kekalahan yang sempat menghantui mereka setelah tertinggal satu gol sejak menit 26 berhasil dihapus dan diganti dengan senyum kemenangan.
Ya, keputusan Ten Hag untuk menarik beberapa pemain yang tampil kurang menggigit seperti Casemiro, Sofyan Amrabat dan Rashford dan memasukkan tenaga baru seperti Alejandro Garnacho dan Scott McTominay berbuah manis. Tominay hadir sebagai pahlawan dengan dua golnya di masa injury time dan menjadikan timnya menang dramatis 2-1.
Manchester United tetaplah sebuah tim besar, meskipun perjalanan mereka sedikit terseok di awal musim ini. Mereka punya sejarah dan tradisi juara.Â
Dua kelebihan yang sekaligus menjadi modal penting bagi United untuk segera bangkit dan kembali ke habitatnya sebagai salah satu tim kuat Inggris dan Eropa. Kini tinggal bagaimana Ten Hag berkreasi, menata ulang timnya untuk tampil memenuhi ekspektasi. (EL)
Yogyakarta,10102023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H