Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Kue Sapik, Kue Klasik Orang Minang yang Bikin Lebaran jadi Asyik

21 April 2023   19:29 Diperbarui: 21 April 2023   19:50 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu persatu kue berbentuk mirip kipas itu terus berpindah dari dalam toples masuk ke dalam mulut. Toples kaca yang semula penuh kini tinggal separuhnya saja.

Beginilah cerita di setiap lebaran di kampung penulis di ranah Minang. Cerita tentang kue sapik, kue klasik yang menjadi favorit banyak orang.

Kue sapik, demikian kami menyebutnya. Kue kering berbentuk seperti kipas berwarna krem kecoklatan. 

Tidak anak-anak, tidak orang tua, semua orang menyukainya. Rasanya yang tak terlalu manis dan sedikit gurih dengan tekstur renyah merupakan paduan yang pas di mulut yang membuat kita tidak cepat enek kala menikmatinya.

Bagi orang Minang sendiri, kehadiran kue sapik pada momen lebaran adalah bagian dari tradisi. Lebaran terasa kurang lengkap tanpa suguhan kue sapik. Apalagi penggemarnya cukup banyak.

Kue klasik ini sendiri telah eksis dalam waktu lama dan terus bertahan hingga kini. Kehadiran kue-kue kekinian seperti nastar, kastengel, kue semprit dan sebagainya tetap belum mampu menggoyahkan posisi kue sapik sebagai kue favorit.

Proses pembuatan kue jadul ini cukup simpel tapi perlu kesabaran dan memakan waktu lama. Sementara bahan-bahan pembuatnya sangat sederhana. Hanya membutuhkan tepung beras, telur, gula pasir, garam, santan dan kayu manis.

Telur dikocok lepas. Kemudian dicampur dengan tepung beras, gula dan garam yang sebelumnya telah dicampur jadi satu. Selanjutnya diberi santan sedikit demi sedikit sampai adonan kalis dan ditambah dengan kayu manis.

Adonan selanjutnya dituang ke dalam cetakan berupa dua potong besi berukuran 20 cm x 20 cm. Kemudian " disapik " (dijepit/ diapit) ditengah-tengah cetakan untuk membentuk tekstur pipih dan dipanggang diatas kompor. Proses " disapik " ini agaknya mengilhami penamaan camilan yang satu ini menjadi kue sapik.

Setelah matang  kue dicungkil sedikit untuk mengeluarkannya dari cetakan dan selagi panas dan lembut, segera dilipat membentuk segitiga.

Dalam perkembangannya kini juga dijumpai kue sapik dengan penambahan coklat untuk variasi rasa serta penggunaan tepung ketan hitam sebagai bahan dasar. Meski demikian, kue sapik rasa original tetap lebih disukai.

Waktu terus berganti. Tapi urusan selera tidaklah ikut berganti. Kue sapik tetap menjadi pilihan pertama untuk dinikmati. Karena kue sapik adalah kue klasik yang bikin lebaran jadi asyik.

(EL)

Yogyakarta,21041023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun