Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Lebaran Tinggal Menunggu Hari, Tape Ketan Banyak Dicari

18 April 2023   12:27 Diperbarui: 18 April 2023   12:29 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran tinggal menunggu hari. Pasar-pasar ramai pembeli. Orang-orang mulai berbelanja berbagai kebutuhan menyambut lebaran.

Pagi tadi penulis mengunjungi pasar Demangan, kota Yogyakarta. Pasar terlihat belum begitu ramai. Mungkin karena masih pagi, sekitar jam 6 kurang. Beberapa pedagang tampak masih duduk santai menunggu pembeli. Tapi ada satu pedagang yang terlihat sudah ramai diserbu pembeli. Pedagang apakah dia gerangan ?

Ternyata seorang pedagang tape ketan. Ya, tape ketan menjadi barang yang banyak dicari konsumen pagi tadi. Seorang wanita muda melayani dengan cekatan para pembelinya yang mayoritas para ibu-ibu tersebut.

Tape ketan merupakan makanan fermentasi dari beras ketan putih. Beras ketan yang telah dicuci bersih dikukus, ditaburi ragi dan dibungkus daun pisang. Selanjutnya diperam hingga tiga hari.

Setelah tiga hari tape akan matang yang ditandai dengan keluarnya air hasil fermentasi dan tape siap dikonsumsi.

Tape ketan memang banyak dicari mendekati hari lebaran tiba. Makanan yang satu ini menjadi suguhan favorit dikala lebaran nanti. Sejak empat hari sebelum lebaran biasanya sudah banyak kita temui orang-orang menjajakan tape ketan di pasar-pasar.

Bagi masyarakat Yogyakarta sendiri, tape ketan adalah bagian dari tradisi. Kurang lengkap rasanya merayakan lebaran tanpa ditemani tape ketan. Biasanya tape di dimakan bersama emping melinjo.

Cara makannya cukup unik. Tape ketan yang dibungkus daun pisang tersebut dimakan bersamaan dengan kerupuk emping melinjo yang sekaligus berfungsi sebagai penyendoknya. Rasanya seperti apa ? Yang pasti lezat sekali. Perpaduan rasa manis dan masam dari tape dengan rasa gurih dan getir dari emping.

Tradisi ini sudah berlangsung lama. Tak ada catatan pasti bagaimana tradisi ini dimulai. Namun menurut penuturan banyak orang tua, tradisi makan tape bersama kerupuk emping ini sudah ada sejak mereka kecil dulu.

Tape ketan disajikan dengan kerupuk emping. Foto: Guntur Aga Tirtana/radarjogja
Tape ketan disajikan dengan kerupuk emping. Foto: Guntur Aga Tirtana/radarjogja

Tape ketan biasanya mulai banyak dijual pada lima hari sebelum lebaran. Mbak Yati, salah satu pedagang tape ketan yang penulis temui pagi tadi mengatakan bahwa dirinya biasanya mulai mempersiapkan tape ketan sejak empat hari sebelum lebaran.

Ada yang dijual dalam bentuk setengah matang. Namun memasuki H-1, semuanya sudah dalam kondisi matang dan siap disajikan esok harinya. Tape yang telah matang tersebut tahan hingga seminggu ke depan.

Setiap bungkusnya dijual Rp 1.000,00 dan dijual per 10 bungkus. Dalam sehari, menurut Mbak Yati lagi, dirinya setidaknya menerima pesanan 10 hingga 15 kg beras ketan yang nantinya menghasilkan 400- 600 bungkus tape ketan. Dan pesanan terus meningkat hingga menjelang hari-H yang bisa mencapai seribu bungkus perharinya.

Bisnis tape ketan memang menjadi lahan bisnis yang menjanjikan dalam menyambut lebaran. Pola hidup masyarakat yang masih menjaga tradisi namun ogah repot dan lebih memilih sesuatu yang instan menciptakan peluang bagi para pelakunya untuk memaksimalkan momen ini.

Keberadaan camilan tape ketan dan kerupuk emping melinjo di saat lebaran tak hanya sebagai bentuk cara merayakan hari istimewa ini. Tapi juga sekaligus sebagai bagian dari praktik mempertahankan tradisi kudapan milik kita.

(EL)

Yogyakarta, 18042023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun