Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Fenomena Semangat Beribadah yang Berkurang pada Fase Akhir Ramadan

15 April 2023   20:26 Diperbarui: 15 April 2023   20:28 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Getty Images/CiydemImages/detik.com

Ramadan, nama bulan yang satu ini selalu mendapatkan tempat yang istimewa. Alasannya sederhana. Karena Ramadan merupakan jalan yang harus dilalui seorang insan dalam mencapai predikat sebagai manusia yang bergelar muttaqin alias orang yang bertakwa.

Gelar muttaqin adalah gelar istimewa. Gelar yang mendeskripsikan kesempurnaan sebagai insan. Predikat yang hanya diberikan pada mereka yang berhasil memenangkan pertarungan selama Ramadan.

Ya, Ramadan sering juga diibaratkan sebagai sebuah pertarungan. Pertarungan seorang manusia dalam menundukkan hawa nafsunya sendiri. Pertarungan seorang manusia dalam meminimalisir kecintaannya pada dunia. Pertarungan seorang manusia dalam mengubah ego pribadinya menjadi kecintaan pada Tuhannya yakni ALLAH swt.

Semua orang tentu saja ingin menjadi pemenang dalam pertarungan ini. Tapi itu tak mudah. Faktanya, banyak yang menyerah dan memilih sebagai orang yang kalah.

Ya, fenomena akhir Ramadan memperlihatkan bagaimana semua fakta ini terlihat kasat mata. Banyak orang yang melambaikan tangan sebelum waktunya, merasa tak sanggup menyelesaikan pertandingan.

Jamaah masjid yang banyak berkurang. Lantunan ayat-ayat suci Alquran yang mulai jarang terdengar. Dan juga orang-orang yang sudah tak tertarik lagi mendengarkan pengajian, menggambarkan sedikit fakta dari fenomena ini.

KH Zainuddin MZ dalam sebuah ceramahnya menggambarkan fase akhir Ramadan ini sebagai babak final dalam sebuah turnamen. Pesertanya tinggal sedikit saja karena sejumlah peserta lainnya sudah kalah sebelum turnamen berakhir.

Ya, sebagian orang mulai kehilangan semangat beribadah pada fase akhir Ramadan. Mereka diibaratkan sebagai orang-orang yang kalah dalam sebuah pertandingan.

Kenapa ada orang-orang yang kalah ? Kenapa mereka gagal menyelesaikan lomba, padahal garis finis sudah sangat dekat ? Setidaknya ada dua penyebab dari kekalahan mereka.

1. Rasa jenuh yang mulai datang

Setiap orang pernah mengalami rasa jenuh dan bosan. Tak terkecuali dalam hal beribadah. Ini adalah sesuatu yang wajar.

Rasa jenuh biasanya muncul karena dua hal. Perasaan puas yang datang terlalu cepat atau juga karena seseorang berada pada situasi yang sama dan monoton secara terus menerus.

Nah, bagaimana kaitannya rasa jenuh ini dengan hilangnya semangat beribadah di masa-masa menjelang berakhirnya Ramadan ini ?

Euforia di awal Ramadan menjadi salah satu penyebabnya. Perasaan gembira yang berlebihan disertai semangat beribadah yang menggebu-gebu di awal Ramadan membuat energi kita sudah banyak terkuras saat mulai beraksi. Ibarat seorang pelari maraton, kita langsung melakukan sprint  begitu meninggalkan garis start. Akibatnya kita jadi ngos-ngosan sebelum memasuki finis.

Padahal puncak dari ibadah Ramadan itu sendiri ada di fase akhir. Ya, kita sangat dianjurkan sekali beribadah sebanyak mungkin demi meraih keutamaan Lailatul Qadar, mendapatkan ganjaran pahala serta ampunan dari ALLAH seperti yang telah dijanjikan.

Namun sayang, iming-iming yang luar biasa tersebut tetap saja tidak mampu membuat kita memaksakan diri memaksimalkan masa-masa akhir Ramadan ini. Kita justru bersikap santai atau bahkan mengurangi aktivitas ibadah.

Padahal nabi Muhammad SAW telah mencontohkan untuk meningkatkan ibadah di akhir Ramadan. Dalam sebuah hadia riwayat Bukhari disebutkan dari Aisyah bahwa nabi fokus beribadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan, menghidupkan malam dengan ibadah. Termasuk dengan mengajak anggota keluarga beliau untuk ikut beribadah.

2. Kurangnya motivasi dalam beribadah

Motivasi adalah dorongan yang ada pada diri untuk melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu. Dalam hal beribadah, motivasi mendapatkan ganjaran berlipat ganda dari ALLAH menjadi alasan bagi kita untuk giat beribadah,terutama di bulan Ramadan.

Seperti kita telah ketahui bahwa ALLAH memberikan hadiah luar biasa besarnya bagi hamba-Nya yang mengisi Ramadan dengan aktivitas ibadah. Banyak hadis nabi yang menjelaskan fakta tersebut.

Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa bagi siapa yang berpuasa dengan rasa iman dan ikhlas akan diampuni dosa-dosanya. Begitu juga dengan orang-orang yang memgerjakan shalat malam, juga akan mendapatkan pengampunan.

Sementara dalam hadis riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan bahwa ibadah sunat akan dinilai sebagai ibadah wajib di bulan Ramadan ini. Sementara ibadah wajib akan mendapat ganjaran 70 kali lipat.

Beberapa keterangan hadis diatas sejatinya sudah cukup untuk dijadikan motivasi mengapa kita harus meningkatkan frekuensi ibadah kita selama Ramadan ini. Tapi sayang, kita sering tidak ingat atau kurang meresapi makna dari dalil-dalil tersebut yang kemudian berefek pada kurangnya motivasi untuk beribadah.

Ya, sebagian dari kita hanya ikut-ikutan meramaikan, terjebak dalam euforia Ramadan tanpa faham esensi dari apa yang kita lakukan.

Kondisi seperti ini tentu saja tak boleh diabaikan begitu saja. Apalagi dibiarkan terjadi berulang kali pada tiap Ramadan. Karena itu perlu ada perubahan sikap dan pola pikir guna mengatasinya.

Bagaimana caranya ? Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan.

1. Menyadari dengan sepenuh hati bahwa menyia-nyiakan kesempatan beribadah di bulan Ramadan itu adalah sebuah kerugian besar.

Ramadan itu ibarat sebuah perdagangan dimana kita bertindak sebagai pedagang. Sebagai seorang pedagang tentu kita berharap akan keuntungan, bukan kerugian. Caranya ya kita harus memaksimalkan ibadah selama bulan Ramadan.

Kita juga harus ingat bahwa membuang-buang waktu selama Ramadan adalah sebuah kerugian besar. Karena kita kehilangan kesempatan mendapatkan berlipat ganda seperti yang dijanjikan ALLAH. Padahal kita butuh itu semua.

Jadi, mari paksa diri dengan mengingat balasan yang bakal kita terima sebagai bahan memotivasi diri. Bukan membayangkan beratnya melakukan aktivitas dari ibadah tersebut.

2. Berkumpul dengan ahli ibadah

Keadaan lingkungan amat berpengaruh pada pembentukan karakter seseorang. Tentang bagaimna dia bersikap dan berprilaku.

Lingkungan yang terdiri dari orang-orang baik akan mendorong seseorang berprilaku baik. Begitulah pula sebaliknya, lingkungan yang didominasi orang-orang berprilaku tidak baik bisa mempengaruhi seseorang berprilaku tidak baik pula.

Maka dari itu berkumpul dengan para ahli ibadah menjadi pilihan yang harus diambil sebagai upaya untuk konsisten beribadah selama Ramadan ini. Ayo bergabung bersama mereka yang masih setia hadir ke masjid, masih rajin membaca Alquran, masih aktif mengikuti pengajian dan ibadah lainnya.

Ya, dengan berada disisi mereka diharapkan kita akan mudah termotivasi untuk beribadah. Terbebas dari godaan-godaan yang selama ini menjadi penghalang bagi kita dalam beribadah.

3. Beribadah semampunya tapi konsisten

Memulai aktivitas ibadah itu tidaklah sulit. Buktinya kita begitu bersemangat melaksanakannya diawal bulan Ramadan. Yang sulit adalah menjaga konsistensi untuk terus melakukannya terus menerus.

Bagaimana caranya mempertahankan konsistensi beribadah ? Tidaklah sulit sebenarnya. Kita bisa mengakalinya dengan membuat variasi dalam beribadah. Artinya tidak melakukan ibadah yang sama secara terus menerus dalam waktu lama, namun melakukan beberapa ibadah secara bergantian.

Misal, setelah melakukan shalat malam kita selingi dengan membaca Alquran beberapa saat, kemudian diganti lagi dengan belajar ilmu agama dan banyak pilihan ibadah lain yang kita sukai. Hal ini bertujuan untuk mengusir kejenuhan akibat aktivitas yang monoton.

Selain itu kita juga perlu mengukur diri dalam melaksanakan ibadah. Sesuaikan dengan kemampuan diri masing-masing. Karena sesungguhnya ibadah yang konsisten dan terus menerus dilakukan lebih disukai ALLAH dari pada ibadah yang menggebu-gebu tapi diawal saja.

Baaimanapun juga kita tak boleh mengabaikan fakta bahwa faedah beribadah di fase akhir Ramadan ini amatlah luar biasa. Karena itu mari kita upayakan ibadah yang banyak dan sebaik mungkin sesuai kemampuan masing-masing agar bulan Ramadan yang kita lalui ini tidak berlalu begitu saja tanpa memberi manfaat bagi diri kita.

Saat ini kita sudah memasuki malam ke-25 Ramadan. Masih ada lima atau enam hari lagi yang akan kita lalui. Semoga kita tidak kehilangan momen beribadah pada hari-hari yang masih tersisa ini.

(EL)

Yogyakarta,15042023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun