Jadi, kenapa mereka dilarang pamer hidup mewah ? Ada beberapa alasannya.
1. Pamer kemewahan menunjukkan kurangnya rasa empati.
Pamer kemewahan oleh pegawai pemerintahan itu melanggar azas kepatutan publik, demikian tulis Bu Menteri di akun media sosialnya. Kenapa demikian ? Karena perbuatan itu menunjukkan kurangnya rasa empati mereka terhadap masyarakat.
Ya, di masa resesi seperti sekarang ini, dimana jutaan orang tengah berjuang memperbaiki kesulitan perekonomian mereka, maka pamer kemewahan hanya akan membawa kesedihan dan rasa sakit hati bagi kalangan yang tak berpunya.
Padahal dengan status mereka sebagai abdi masyarakat, seorang pegawai pemerintahan itu dituntut tampil sebagai pelayan dan memberi rasa nyaman bagi masyarakat. Bukan mengompori masyarakat dengan aksi-aksi pamer kemewahan tanpa pernah berpikir untuk berbagi.
2. Menimbulkan persepsi negatif di masyarakat.
Ketika seorang pegawai pamer kemewahan, masyarakat pasti akan bertanya-tanya, dari mana mereka mendapatkan segala kemewahan itu. Apakah dari sumber yang halal atau bukan.
Alih-alih akan merasa takjub, masyarakat malah akan curiga mereka bisa hidup mewah dari hasil tak halal seperti korupsi. Apalagi kalau nilai kekayaan mereka cukup fantastis.
Situasi seperti ini tentu bisa menimbulkan persepsi negatif masyarakat. Citra para pegawai pemerintahan akan buruk dan memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap mereka.
3. Pamer kemewahan bukanlah cara terbaik meningkatkan derjat. Justru hidup sederhanalah yang akan meninggikan derjat.
Bagi sebagian orang memiliki harta berlimpah itu adalah sebuah kebanggaan sehingga mereka merasa perlu memamerkannya. Ya, mereka butuh pengakuan dan ingin melihat orang-orang terpukau pada mereka.