Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juara Piala Dunia 2022, Romansa Lionel Messi dan Kebanggaan Argentina

21 Desember 2022   12:45 Diperbarui: 21 Desember 2022   12:55 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang kemudian mulai menyandingkan nama Messi dengan Maradona. Postur tubuhnya yang pendek, gaya bermainnya yang mengandalkan kaki kiri dan cara dirinya mengolah bola yang sangat mirip dengan Maradona membuat orang-orang mulai menaruh harapan pada Messi untuk mengembalikan jejak kejayaan Maradona.

Pandangan ini diperkuat oleh Maradona sendiri yang mengatakan bahwa Messi adalah pemain yang mewarisi jejak permainannya pada tahun 2006 lalu. Maka orang-orang pun semakin berimajinasi bahwa Messi adalah penjelmaan Maradona.

Messi pun kemudian mencobanya memainkan peran itu beberapa kali. Mulai dari era Jose Pekerman, Alfio Basile, Maradona, Gerrardo Martines, Alejandro Sabella, hingga Jorge Sampaoli sebagai pelatih. Mulai dari ketika Javier Saviola, Carlos Tevez, Javier Zanetti, Juan Riquelme hingga Javier Mascherano dan Sergio Aguero sebagai rekannya di lapangan. Mulai dari Piala Dunia 2006, Copa America 2007 hingga Piala Dunia 2018 dan Copa America 2019, semuanya berakhir sia-sia.

Empat kali kesempatan membawa pulang trofi ( tiga kali di Copa America 2007, 2015, 2016 dan sekali di Piala Dunia 2014 ), empat kali pula berakhir dengan kegagalan. Sebuah ujian berat yang mencabik-cabik perasaan Messi.

Messi dan kawan-kawan selalu tersungkur ketika mereka sebenarnya tinggal satu langkah lagi berhasil merebut trofi juara. Brasil, Chile dan Jerman menjadi tiga tim yang menjadi penghalang Messi dan rekan-rekan. Chile bahkan melakukannya dua kali.

Messi hanya bisa termenung dan menahan air mata. Dirinya tak menyangka jalan yang harus dilewatinya teramat terjal. Dalam kekecewaannya, Messi kemudian memutuskan mundur dari timnas pada tahun 2016 lalu, usai Argentina kalah adu pinalti dari Chile di final Copa America. Messi sendiri termasuk sebagai eksekutor yang gagal menjalankan tugasnya.

" Bagi saya timnas itu sudah berakhir. Timnas bukanlah untuk saya. Saya sudah lakukan semampu saya. Sudah empat kali saya gagal di partai puncak, tapi tak pernah mencapai target yang diinginkan, " ujar Messi waktu itu seperti yang ditulis bbc.com

Ya, Messi pantas kecewa. Empat kali terkapar di laga final bukanlah sebuah cerita yang patut dikenang. Rentetan kegagalan yang terjadi secara beruntun ini menjadi pukulan berat yang membuatnya tak pantas lagi mengenakan kostum La Albiceleste.

Adalah Edgardo Bauza yang berjasa mengajak Messi kembali ke timnas. Bauza, pelatih yang masuk menggantikan Gerardo Martinez usai dikalahkan Chile pada Copa America 2016 ini berhasil meyakinkan Messi untuk kembali.

Messi akhirnya kembali. Argentina membutuhkannya. Sebagai seorang patriot sejati, mundur ditengah jalan bukanlah sebuah keputusan yang jantan. Bukankah kegagalan itu bagian dari pembelajaran ?

" Saya pikir mundur di saat gagal pada Copa America 2016 itu bukanlah keputusan yang baik. Hal ini akan menjadi preseden yang kurang tepat dan memberi contoh yang tak benar bagi para pemain muda. Sebaliknya kita harus berusaha keras merebut impian," ujar Messi menyatakan alasan kembalinya dirinya ke dalam barisan timnas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun